BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejak zaman penjajahan, Pesantren
merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah
masyarakat. Eksistensi lembaga tersebut telah lama mendapat pengakuan
masyarakat. Pesantren terlibat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
memberikan sumbangsih yang cukup signifikan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Lembaga keagamaan tersebut dapat berbentuk jalur pendidikan sekolah atau jalur
pendidikan luar sekolah. Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang
mempunyai kekhasan sendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya.
Pendidikan dipesantren meliputi pendidikan islam, dakwah, pengembangan
kemasyarakatan dan pendidikan lainnya yang sejenis. Para peserta didik pada
pesantren disebut santri yang umumnya menetap di lingkungan pesantren yang
disebut dengan pondok. Dari sinilah timbul istilah Pondok Pesantren.[1]
Pesantren merupakan lembaga
pendidikan tradisional Islam yang masihbisa survive sampai hari ini. Hal ini
berbeda dengan lembaga pendidikantradisional Islam di kawasan dunia muslim
lainya, dimana akibat gelombangpembaharuan dan modernisasi yang semakin kencang
telah menimbulkanperubahan-perubahan yang membawanya keluar dari eksistensi
lembaga-lembagapendidikan tradisional.[2]Pondok
pesantren pertama kali didirikan oleh Syekh Maulana MalikIbrahim atau Syekh
Maulana Magribi, yang wafat pada tanggal 12 RabiulAwal 822 H, bertepatan dengan
tanggal 8 April 1419 M.Menurut RonaldAlan Lukens Bull, Syekh Maulana Malik
Ibrahim mendirikan Pondokpesantren di Jawa pada tahun 1399 M untuk menyebarkan
Islam di Jawa.Namun dapat dihitung bahwa sedikitnya pondok pesantren telah ada
sejak300–400 tahun lampau. Usianya yang panjang ini kiranya sudah cukup dijadikan alasan
untuk menyatakan bahwa pondok pesantren telah menjadi milik budayabangsa dalam
bidang pendidikan, dan telah ikut serta mencerdaskankehidupan bangsa.[3]
Pondok pesantren adalah lembaga
pendidikan Islam yang diperkenalkan di Jawasekitar 500 tahun yang lalu. Pondok
pesantren merupakan lembaga pendidikan, lernbagaperjuangan dalarn sejarah
nasional yang hingga kini masih merupakan aset bangsayang cukup mengakar dalam
kehidupan masyarakat. Sebagai lembaga dakwah, pesantrenmempunyai peran besar dalam
pembinaan umat. Pondok pesanten dapat dilihat sebagailembaga pendidikan Islam
tertua di Indonesia yang telah mencetak kader-kader ulama,mencerdaskan
masyarakat, berhasil menanamkan semangat kewiraswastaan dan memiliki potensi
untuk menjadi pelopor pembangunan masyarakat dilingkungannya. Cakupan kegiatan
pondok pesantren semakin luas dan mendalam,kegiatan tidak lagi terbatas pada
pendidikan agama, dakwah, pembinaan umat dankegiatan sosial lainnya tetapi juga
telah merambah pada kegiatan ekonomi.Pondok pesantren yang cukup besar
jumlahnya dan tersebar di wilayah pedesaan,menjadikan lembaga ini memiliki
posisi yang strategis dalarn mengemban peran-peran pengembangan pendidikan
maupun sosial ekonomi bagi masyarakat sekitar. Terlebih lagidewasa ini pondok pesantren
telah mengalami berbagai pengembangan internal yangmemungkinkan besarnya
peluang pondok pesantren untuk berperan sabagai agenpembangunan dalam rangka
menjembatani dan memecahkan persoalan sosial ekonomimasyarakat pedesaan.Sejak
saat itu, lembaga pesantren tersebut telah mengalami banyak perubahan
danmemainkan berbagai macam peran dalam masyarakat Indonesia. Pada zaman
walisongo,pondok pesantren memainkan peran penting dalam penyebaran agama Islam
di pulauJawa.
Kemampuan pesantren untuk tetap
bertahan karena karakter eksistensinya,yang dalam bahasa Nurcholis Madjid
disebut sebagai lembaga yang tidak hanyaidentik dengan makna ke-Islaman, tetapi
juga mengandung makna keaslianIndonesia (indigenous).[4]
Penyelenggaraan pesantren berbentuk asrama yangmerupakan komunitas tersendiri
di bawah pimpinan kyai dibantu beberapa ustadzyang hidup bersama di tengah para
santri, dengan bangunan masjid sebagai pusatkegiatan peribadatan keagamaan dan
sekaligus tempat belajar mengajar, sertapondok-pondok sebagai tempat tinggal
para santri. Mereka hidup bersama-samaantara kyai, ustadz, santri serta
pengasuh lainnya, sebagai satu keluarga besar.
Tradisi pondok pesantren paling
tidak memiliki lima elemen dasar, yaknipondok, masjid, santri, pengajaran
kitab-kitab Islam klasik, dan kyai.[5]Dalam sebuah
pesantren, kyai merupakan elemen yang paling esensial.Beliau merupakan figur
sentralistik, otoritatif, dan pusat seluruh kebijakan. Kyaimerupakan pemimpin
tunggal yang memegang peran hampir mutlak. Beliaumerupakanpusat kekuasaan
tunggal yang mengendalikan sumber-sumber yang ada dan juga merupakan sumber
utama apa yang berkaitan dengankepemimpinan, ilmu pengetahuan dan misi
pesantren.
Pesantren sangatlah erat kaitannya
dengan sejarah. Sejarah sangatlah di butuhkan, setiap suatu permasalahan yang
terjadi agar tidak menjadi mitos dongeng belaka bagi masyarakat sekitarnya
membutuhkan fakta sejarah. Sejarah banyak yang mengartikan baik menurut bahasa
indonesia, bahasa arab dan bahasa yang lain tapi di semua bahasa tersebut
tujuannya sama, Sejarah atau history berasal dari bahasa Yunani yaitu
'hisotira' yang berarti penyelidikan atau pengetahuan yang diperoleh melalui
penelitian yang mendalam.Hal tersebut menunjukan bawah penkajian sejarah
sepenuhnya bergantung pada penyelidikan yang mendalam terhadap perkara atau
kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampu.
Kata sejarah itu sendiri berasal
dari bahasa Arab 'syajaratun' yang berarti pohon kayu yang bercabang-cabang.
Pohon kayu yang bercabang-cabang diibaratkan sebagai sejarah karena sejarah
berkembang dari satu titik kejadian bercabang ke titik kejadian yang lain yang
saling berhubungan. Pohon yang bercabang-cabang juga diibaratkan sebagai suatu
silsilah keturunan dari suatu individu, raja atau
orang-orang penting pada masa lampau.
Sedangkan dalam bahasa Jawa, sejarah
diistilahkan sebagai 'babad' yang berarti riwayat dan sejarah. Kata 'babad'
juga bisa berarti memotong tumbuhan dengan pisau sehingga terang. Begitulah
fungsi sejarah, mengurai kejadian di masa lalu sehingga jelas dan terang
mengenai apa yang sebenarnya terjadi.
Sebagaimana juga dengan desa
Ganjaran yang banyak terdapat pesantren didalamnya. Kurang lebih ada 15
pesantren di desa Ganjaran yang pengasuhnya berbeda-beda.[6] Pasti ada sejarah dibalik itu
semua, sehingga muncullah beberapa pesantren yang memiliki kesamaan nama dan
masih ada hubungan kekerabatan. Dalam penelitian ini, penulis akan menguraikan bagaimana
PP Zainul Ulum. Dilihat dari segi sejarah, bagaimana sejarah berdirinya
pesantren ini dan perkembangannya hinnga kini. Profil pendiri hingga peran
sosial keagamaannya.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1.
Bagaimana
Sejarah dan Perkembangan PP Zainul Ulum ?
2.
Bagaimana
profil pendiri PP Zainul Ulum ?
3.
Bagaimana
Sistem Pembelajaran di PP Zainul Ulum ?
4.
Bagaimana Peran
Pendidikan Sosial Keagamaan PP Zainul Ulum diawal pendirian hingga hari ini ?
C.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah
:
1.
Mengetahui
bagaimana sejarah berdirinya dan perkembangan mulai awal berdiri hingga
sekarang dari pesantren Zainul Ulum Ganjaran
2.
Mengetahui
seperti apa keseharian serta biografi dari pendiri pesantren Zainul Ulum
Ganjaran
3.
Memahami system
pembelajaran yang diterapkan di pesantren Zainul Ulum Ganjaran
4.
Memahami
bagaimana peran pendidikan sosial keagamaan pesantren ini mulai awal berdiri
hingga sekarang
D.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini
yakni :
1.
Manfaat
Teoritis
a.
Dapat
memberikan gambaran umum bagaimana sejarah dan perkembangan pesantren Zainul
Ulum
b.
Dapat
memberikan informasi tentang biografi pendiri pesantren Zainul Ulum
c.
Dapat
memberikan gambaran umum tentang system pembelajaran yang diterapkan serta
peran pendidikan sosial keagamaan pesantren Zainul Ulum
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi pesantren
lain dapat dijadikan acuan untuk system pebelajaran serta apa yang ada di
pesantren Zainul Ulum untuk perbandingan perbaikan kedepannya
b.
Untuk warga
setempat dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan atau informasi dari
pesantren Zainul Ulum yang mana bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk
mengikuti jejak santri ZU atau tidak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah dan Perkembangan Pesantren
Seperti kebanyakan sejarah sebuah
tempat, jalan atau lainnya pada umumnya. Penamaan dari tempat tersebut
dinisbatkan kepada yang membabat pertama kali. Hal ini juga serupa dengan asal
muasal berdirinya ponpes Zainul Ulum. Nama pesantren ini dinisbatkan kepada
pendirinya. Yang mana pondok pesantren Zainul Ulum ini dirintis oleh Almarhum
Almagfurlah Kiai Zainal Alim alias “Kiai Tombu” pada tahun 1908. Awal mulanya,
Almaghfurlah bukanlah ingin mendirikan sebuah pesantren, namun hanya musholla
yang mana bisa dimanfaatkan ganda. Yakni, selain untuk tempat beribadah warga
sekitar musholla ini diharapkan mampu untuk menjadi wadah bagi anak kampung
yang ingin mengenyam pendidikan agama kepada beliau. Tidak seperti keadaan sekarang,
saat pertama kali berdiri Ponpes Zainul Ulum yang masih berupa musholla / surau
kecil di kenal dengan sebutan langgar tengah. Disebut dengan langgar tengah
karena langgar ini lokasinya tepat ada ditengah desa ganjaran, diantara
langgar-lanngar yang lain. Hingga saat ini, ponpes Zainul Ulum sering juga di
sebut Pondok Langgar Tengah.[7]
Seiring dengan berjalannya waktu,
musholla yang digunakan untuk tempat sholat warga dan tempat mengaji anak
sekitar ini berkembang. Waktu demi waktu, santri yang mengenyam pendidikan
kepada beliau semakin banyak jumlahnya, bahkan ada diantaranya yang berdatangan
dari tempat jauh dan memerlukan untuk tinggal atau menetap di langgar tengah.
Awalnya santri yang berdatangan dari jauh masih bisa diatasi dengan tinggal di
musholla tersebut, namun lama kelamaan santri yang berdatangan semakin
membludak sehingga memerlukan tempat tinggal lagi. Oleh karenanya, Kiai Zainal
dengan di dukung masyarakat setempat berinisiatif untuk membangun asrama
atau pondok pesantren bagi tempat tinggal para santri yang mau menetap, baik
yang dari jauh maupun santri sekitar pondok.
Saat itu pondok atau asrama yang di
bangun hanya berupa kamar yang berjumlah 17 kamar.Sedangkan langgar tempat
belajar mengajar tetap di pertahankan bahkan dikelilingi pohon-pohon nangka
yang menambah keasrian suasana belajar mengajar.[8] Santri setiap harinya belajar
mengajar dengan khidmat dibawah asuhan Kyai Zainal. Berkat ketekunan dan
keikhlasan beliau. Secara fisik, pondok pesantren yang di kelolahnya kian
berkembang pesat. Santri semakin banyak yang berdatangan sehingga kamar yang
sebelumnya hanya terdiri dari 17 kamar , kini telah berjumlah 43 kamar. Para
santri yang mengkaji juga terdiri dari santri putra dan putri.30 kamar untuk
santri putra dan 13 kamar untuk santri putri.[9]
Pondok Pesantren Zainal Ulum yang
terletak di jalan Sumber Ilmu Nomor 37 Ganjaran Gondang Legi Malang, saat ini
dipimpin / diasuh oleh Drs Agus Zaian Alim Hs dan Agus Abdul Malik Sy. Keduanya
merupakan generasi ketiga. Generasi Pertama yaitu KH.Zainal Alim atau kiai
tombu (1908-1953).Generasi kedua yaitu KH. Hasbullah Mukri dan KH syahid Mukri.[10]
Tujuan didirikannya
Pondok Pesantren Zainul Ulum adalah membimbing para santri untuk menjadi
manusia berkepribadian muslim yang kamil, berilmu agama islam dan beramal demi
kemaslahatan bersama,baik dalam hubungan nya dengan sesama manusia maupun
dengan alam sekitarnya, demi mendapatkan keridhoan dari Allah SWT.[11]
B.
Profil Pendiri PP Zainul Ulum (KH Zainal Alim)
1.
Kelahiran
K.H. Zainal
Alim. atau yang lebih di kenal dengan “Kiai Tombu” lahir di Desa Ombul
Kecamatan Tambelangan Kabupaten Sampang Madura. Beliau adalah seorang ulama
sufi dan merupakan orang yang pertama kali mendirikan salah satu lembaga
pendidikan agama islam berupa pondok pesantren di daerah Malang Selatan pada
tahun 1980 M. Tepatnya di Desa Ganjaran yang di beri nama “Pondok Pesantren
Zainul Ulum” atau di kenal dengan “Langgar Tengah”.[12]
Zainal Alim adalah putera dari Kiai
Yahya yang berprofesi sebagai seorang petani. Meski hidup dalam penjajahan
belanda, Kiai Yahya merupakan tokoh masyarakat yang cukup di segani karena
kealiman nya dalam menjalankan syariat agama Islam.
2.
Silsilah
Di tinjau dari segi nasab
(keturunan). Silsilah K.H.Zainal Alim berasal dari keturunan yang mulia karena
nasab beliau terus bersambung hingga kepada Nabi Muhammad SAW.
Berikut ini susunan silsilah nasab
K.H.Zainal Alim hingga Rasulullah SAW:
1)
Sayyida Fatimah
Azzahra binti Muhammad Rasulullah SAW,(wafat di Madinah)
2)
Sayyidina
Husain bin Fatimah Az Zahra,(wafat di Karbala)
3)
Sayyidina Ali
Zainal Abidin,(wafat di Madinah)
4)
Sayyidina
Muhammad Baqir,(wafat di Madinah)
5)
Sayyidina
Ja’far Sodiq,(wafat di Madinah)
6)
Sayyidina Ali
Al Uraidhi,(wafat di Madinah)
7)
Sayyidina
Muhammad Naqib,(wafat di Basrah)
8)
Sayyidina Isa
An Naqib,(wafat di Basrah)
9)
Sayyidina Ahmad
Muhajir,(wafat di Hasisah)
10)
Sayyidina
Ubaidillah, (wafat di Al Ardibur)
11)
Sayyidina Alwi,
(wafat di Samal)
12)
Sayyidina
Muhammad, (Wafat di Bait Jubir)
13)
Sayyidina Alwi,
(Wafat di Bait Jubir)
14)
Sayyidina Ali
Kholi Qosam,(wafat di Tarim Hadramaut)
15)
Sayyidina
Muhammad Shahib Mirbath,(wafat di Zhifar)
16)
Sayyidina
Alwi,(wafat di Tarim Hadramaut)
17)
Sayyidina Abdul
Malik,(wafat di Hindustan)
18)
Sayyidina
Abdullah Azhmat Khan ,(wafat di Hindustan)
19)
Sayyidina Ahmad
Syah Jalal,(wafat di Hindustan)
20)
Sayyidina Jamaluddin
Kubro,(wafat di Bugis)
21)
Sayyidina
Ibrahim As Samarqondi
22)
Sayyidina
Mulana Ishaq,(wafat di Singapura)
23)
Sayyidina
Maulana Ainul Yaqin
24)
Sayyidina
Panembahan Kulon
25)
Nyai Gede
Kedaton (wafat di Putat Kebomas Gresik)
26)
Syeh Muhammad
Khotib (wafat di sampang Madura)
27)
Sinuwun Kencono
atau Bujuk Cendana
28)
Nyai Dewi
Kumala (wafat di Tunjung Burneh Bangkalan)
29)
Nyai Tapi Aji
Salasi
30)
Nyai Abdul
Fatah
31)
Nyai Qoribah
(wafat di Kekes Bendung Bangkala)
32)
Kiai Haji
Sholeh (wafat di Ombul Tambelengan Sampang)
3.
Masa di Pesantren
Zainal Alim muda tidak pernah
mengenyam pendidikan formal seperti sekolah ataupun univirsitas.Ia hanya
seorang santri berbakal ilmu agama yang di pelajarinya dari orang tua nya dan
dari Kiai Muhsin di Desa Belega Bangkalan Madura.Untuk pelajaran ilmu tauhid
dan tasawuf ,ia belajar khusus kepada Nyai Sepua di Belaga juga.
Setelah di rasa selesai belajar di
lingkungan keluarga dan juga dari Kiai Muhsin beserta Nyai Sepua, Kiai Yahya
sebagai ayah Zaenal melihat dan menyadari adanya bakat yang luar biasa pada
diri putra nya tersebut.Karena itu,Zaenal segera di kirim ke Pesantren
Kademangan untuk nyantri atau ngangsu kaweruh di bawa asuhan langsung
K.H.R.Muhammad Kholil di Bangkalan Madura yang terletak sekitar 200 meter dari alun-alun
kota Bangkalan.
Kyai Kholil adalah seorang ulama
besar yang di sebut-sebut sebagi pembawa kitab Alfiyah Ibnu Malik ke Indonesia
dan juga di kenal sebagai waliyullah yang banyak mencetak para ulama di penjuru
nusantara. Zaenal Alim adalah salah satu kader penerus yang di didik langsug
oleh Kiai Muhammad Kholil Bangkalan.
Akhlaqul Karimah yang telah di
terima Zainal Alim semasa berada di dalam lingkungan keluarga menjadikannya
sangat mudah beradaptasi dan berinteraksi di lingkungan pesantren yang baru di
temukan. Apabila ilmu tauhid dan tasawuf yang telah didalaminya,kini semakin
luas sehingga di dalam sanubarinya selalu bertambah rasa mahabbah (cinta)
Kepada Allah SWT.
Salah satu indikasinyayaitu apabila
malam telah tiba, Zaenal mempunyai cara unik untuk berdzikir. Setiap ba’da
salat magribia menebar biji kacang di halaman pesantren.Pada tengah malam ia
mulai memilih atau mengambil biji-biji kacang tadi sambil bertasbih. Ia akan
sangat menyesal apabila ada satu biji kacang saja yang tidak terambil dan baru
di temukan di pagi harinya.
Allah SWT befirman yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman,berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah dengan
dzikir sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kalian kepadanya di waktu pagi dan
petang” (QS Al Ahzaab:41-42)
Di kalangan pesantren,Zainal Alim
muda banyak di kenal sebagai santri yang suka berpuasa. Terkadang, Zainal
berpuasa hingga 2hari tanpa berbuka.Hal itu ia lakukan bukan karena tidak
mempunyai uang atau beras, akan tetapi semata-mata demi mengharapkan keridhaan
dari Allah SWT.
C.
Sistem Pembelajaran di PP Zainul Ulum
1.
Organisasi Kelembagaan
Pengelolaan Pondok Pesantren
Zainul Ulum (PPZU) di tangani oleh Yayasan Zainul Ulum yang saat ini di ketuai
oleh K.H.Ahmad Mukri dan di bantu para stafnya. Meski demikian, keberadaan
seorang kiai sebagai pengasuh sebagai pengasuh pesantren tetap menjadi figur
sentral dalam setiap kebijakan yang akan di ambil oleh PPZU.Secara
struktural,Yayasan Zainul Ulum berada di bawah induk Rabitha Maahid Al-Islamiyah
(RMI),yaitu sebuah organisasi yang menampung persatuan pondok Pesantren dan
organisasi RMI berada di bawah naungan ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU).
2.
Kegiatan Pendidikan
Kegiatan Pendidikan yang di kembangkan Yayasan Zainul Ulum terbagi menjadi 2
(dua);yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal.[14]
a.
Pendidikan
Formal (sekolah)
Pendidikan formal yang dikelola
Yayasan Zainul Ulum bertahap mulai dari tingkat kanak-kanak,tingkat dasar
hingga tingkat lanjutan menengah.
1)
Roudhotul –Atfal
(RA) yaitu taman kanak-kanak yang saat ini di kepalai oleh Nyai Farida SE
dengan jumlah murid 51 orang dan di asuh 3 orang guru.Status RA “di akui”.
2)
Madrasah
ibtidaiyah (MI) yaitu sekolah tingkat dasar dengan NS 112350771470 dan status
“Diakui”.Kepala Madrasah di jabat oleh Drs Agus Zainal Alim Hs dengan jumlah
siswa 140 orang dan guru 18 orang.Baik RA ataupun MI berdiri pada tahun 1951
yang di rintis oleh Almarhum K.H. Hasbullah Mukri.
3)
Madrasah
Tsanawiyah (MTS) yaitu sekolah tingkat lanjutan menengah dengan NS 212350714002
dan status “Diakui”.Kepala madrasah di jabat oleh Kiai Abdul Hakim dengan
jumlah siswa 131 orang dan guru 3 orang. MTS didirikan pada tahun 1966 yang
juga di rintis oleh Almarhum KH.Hasbullah Mukri.
b.
Pendidikan Non
Formal
Pendidikan non formal yang berada di bawah Yayasan Zainul Ulum meliputi :
Kajian Dalem (KD) dan madrasah diniyah(MD)
1)
Kajian
Dalem(KD)adalah pendidikan non formal dengan sistem pendidikan yang bercorak
sorogan dan bondongan. Metode ini sudah menjadi tradisi pesantren salaf dimana
seorang Kiai membacakan kitab-kitab kuning lalu ia menterjemahkan dan
menerangkan maksudnya. Sementara itu para santri hanya menyimak dan mengisi
kitab mereka dengan terjemahan yang di tulis dengan tulisan Arab pego. Bahasa
terjemahan yang digunakan di ponpes Zainul Ulum adalah Bahasa Madura.[15] Kajian Dalem (KD) di khusus kan
bagi para santri yang telah duduk di kelas 11 Madrasah Diniyah. Para Pengasuh
(KD)terdiri dari 3(tiga)orang kiai,yaitu: KH Ahmad Mukri ,Kiai Drs Zainal Alim
Hs,dan Kiai Abdul Malik.
2)
Madrasah
Diniyah (MD)yaitu lembaga pendidikan non-formal intra pesantren yang
didirikanpada tanggal 25 agustus 1999 dan di rintis oleh Kiai Ahmad Romsi Sy
yang sekaligus di tunjuk sebagai kepala madrasah dan di bantu oleh para
asatadiz atau para santri senior yang diangkat sebagai tenaga
pengajaran.MD terdiri dari 4 (empat) kelas yang diawali dengan kelas “isti’dat”
atau kelas persiapan,kemudian di lanjutkan ke kelas satu hingga ke kelas
tiga.Materi pelajaran yang diberikan mencakup berbagai bidang studi agama islam
seperti:Ilmu nahwu,Ilmu fiqih,Tauhid,Akhlaq-tasawuf. Hadis,Bahasa Arab,dan Al
Qur’an.
3.
Pengembangan Program
Program pengembangan ponpes Zainul Ulum kedepan adalah pengembangan fisik dan
non-fisik ,Pengembangan fisik yang di reencanakan ,Antara lain:renovasi langgar
yang saat ini masih belum selesai,pengembangan kelas untuk madrasah dan
kantor sekolah,Pengadaan perpustakaan dan penambahan kamar bagi santri putri.
Pengembangan non fisik meliputi:
peningkatan aktifitas belajar santri dan pengembangan kurikulum belajar
berbasis kopetensi dan dasarkan pada kebutuhan masyarakat agar para
santri selepas keluar atau boyong dari pesantrn tidak merasa canggung terjun
dimasyarakat. Diasampng itu, mereka diharapkan siap dan sanggup
menghadapi segala perubahan zaman serta memenuhi segala tuntutan di
masyarakat sekitarnya.
Pondok Pesantren Zainul Ulum juga
sedang merintis pngembangan di bidang pendidikan dan melibatkan partisipasi
seluruh keluarga besar alumni santri ponpes Zainul Ulum dan masyarakat luas.
Dengan kerja sama yang erat dan komunikasi intensif yang terjalin dari
banyak pihak.
4. Agenda
Pesantren
Berikut ini agenda penting kegiatan Ponpes Zainul Ulum
Ganjaran Gondanglegi Malang :
a.
Berdirinya
Pondok Pesantren Zainul Ulum atau Pondok Langar Tengah pada tahun 1908 M (atau
1910 M)
b.
KH. Zainal Alim
atau Kiai Tombu wafat pada hari Ahad,13 Sya’ban 1374 H (1953 M)
c.
KH. Hasbullah
Mukri wafat hari jum’at, pukul 14.05 WIB, pada tanggal 27 Agustus 1992 M (atau
1413 H)
d.
KH. Syahid
Mukri wafat dihari jum’at , pukul 11.25 WIB, pada tanggal 29 Mei 1998 M (atau
1417 H)
e.
Berdirinya
Raudlotul Atfal (RA) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Zainul Ulum pada tahun 1951
yang dirintis oleh Almarhum KH Hsabullah Mukri
f.
Berdirinya
Madrasah Tsanawiyah (MTS) Zainul Ulum pada tahun 1966 yang dirintis oleh
Almarhum KH Hasbullah Mukri
g.
Berdirinya
Madrasah Diniyah (MD) Zainul Ulum pada tanggal 25 Agustus 1999 M. yang dirintis
oleh KH Ahmad Romsi Sy
h.
Berdirinya
organisasi perkumpulan alumni-santri denga nama “Reuni Santri Alumni Zainul
Ulum” (RESAZ) pada tanggal 4 Desember 1999 M
i.
Berdirinya
organisasi perkumpulan alumni-santri sekabupaten Malang denga nama “Himpunan
Santri dan Alumni Zainul Ulum” (HISAZ) pada tanggal 18 Pebruari 2000 M[16]
5.
Resaz
Resaz adalah kependekan dari “Reuni
Santri dan Alumni Zainul Ulum” Yaitu sebuah organisasi perkumpulan alumni dan
santri pondok pesantren Zainul Ulum yang berdomisi dikelola Malang.[17]
Tujuan berdirinya Resaz adalah
mempertahankan budaya pesantren yang bernuansa islam. Titik tolak terbentuknya
Resaz berawal dari timbulnya pergeseran nilai dikalangan santri maupun Alumni
Pesantren dan kurangnya kepedulian terhadap lembaga pendidikan pesantren,
tempat dimana mereka menimba ilmu dan menanamkan akhlaqul karimah.
Dengan keberadaan Resaz ,di harapkan
para santri maupun alumni lebih intens dan memiliki rasa ghiroh yang tinggi
terhadap pengembangan pesantren. Lebih dari itu,Resaz dapat menjadi kontrol
moril di luar pesantren untuk para santri dan alumninya.
Ide berdirinya Resaz muncul pada
malam imtihan atau Haflah Akhir Sanah Ponpes Zainul pada tahun 1999 M. Saat
itu,beberapa alimni dari Malang diantaranya:H.Sofyan,H.Ali Suro,Rusli,Hamid,dan
Hariyanto mendiskusikan tentang perlunya wadah pemersatu alumni yang telah
menyebar luas di kawasn kota Malang.
Setelah berkomunikasi dan
berkonsultasi dengan para santri dan alumni yang dapat di hubungi,akhirnya para
penggagas Resaz memohon doa restu kepada para pengasuh Ponpes Zainul Ulum. Nur
Jalal dan H Sofyan meminta restu kepada Agus Ahmad Romsyi,Nur Jalal dan Sunaim
kepada Agus Abdul Malik ,dan Nur Laily dan Suhaidah kepada Drs Agus Zainal Alim.
Puji syukur bagi Allah SWT. Dengan
bekal doa restu dari semua pengasuh, maka pada tanggal 04 Desember 1999
Dilangsugkan pertemun di kota Malang antara para santri an alumni yang dihadiri
37 anggota yang terdiri dari santri anggkatan 1998-1999. Tujuan utama pertemuan
tersebut adalah membentuk wadah yang menghimpun keberadaan alumni dan santri
Zainul Ulum[18]
D.
Peran Pendidikan Sosial Keagamaan Dari Awal Hingga Kini
Dalam setiap pesantren sudah barang
pasti memiliki peranan bagi masyarakat sekitar. Yang mana peranan ini masih
terasa dan berlaku hingga saat ini. Seperti pondok pesantren pada umumnya,
pesantren Zainul Ulum memiliki peran pendidikan sosial keagamaan dari awal
berdiri hingga sekarang. Beberapa peran pendidikan pesantren Zainul Ulum yang
dapat dirasakan hingga sekarang adalah :
a) Pusat
kajian islam
Pada dasarnya Pondok Pesantren
merupakan lembaga pendidikan yang mendalami dan mengkaji berbagai ajaran dan
ilmu pengetahuan agama islam melalui buku-buku klasik atau modern berbahasa
arab. Dengan demikian secara tidak langsung Pondok Pesantren telah
menjadikan posisinya sebagai pusat pengkajian masalah keagamaan islam, dalam
kata lain Pondok Pesantren berperan sebagai pusat kajian Islam.
Pesantren Zainul Ulum, dari awal
berdiri hingga sekarang sangat berperan sekali dalam dunia pendidikan.
Pesantren ini mejadi pusat kajian islam karena santri dipondok ini banyak
mengenyam ilmu pendidikan islam. Dari dulu hingga sekarang, pesantren ini
tetaplah sebagai pusat kajian islam.
b)
Pusat pengembangan dakwah
Dakwah Islamiyah dapat diartikan
sebagai penyebaran atau penyiaran ajaran dan pengetahuan agama islam yang
dilakukan secara islami, baik itu berupa ajakan atau seruan untuk meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan maupun berupa uswah hasanah (contoh
yang baik).
Peranan Pondok Pesantren sebagai
pusat pengembangan Dakwah Islamiyah dapat dikategorikan kedalam tiga peranan
pokok, yakni :
1) Peranan
Institusi/Kelembagaan.
Dakwah Islamiyah merupakan hal
pokok yang menjadi tugas Pondok Pesantren untuk dilkukan, karena pada mula
berdirinya suatu Pondok Pesantren, dakwah merupakan landasan pijak yang dipakai
oleh para kyai dan ulama. Dalam upaya mencapai tujuan, Pondok Pesantren
menyelenggaran kegiatan pengajian atau tafaqquh fi al-din yang
dimaksudkan agar para santri mengerti dan paham secara integral tentang ajaran
dan pengetahuan agama islam.
2) Peranan
instrumental
Upaya penyebaran dan pengamalan
ajaran agama islam selain dilembagakan dalam tujuan Pondok Pesantren tentunya
memerlukan adanya sarana-sarana yang menjadi media dalam upaya aplikasi tujuan
tersebut. Dalam wacana inilah peranan Pondok Pesantren sebagai sarana Dakwah
Islamiyah tampak sangat berperan dan kemudian melahirkan peranan lain Pondok
Pesantren dalam Dakwah Islamiyah dan sumber daya manusia.
3) Peranan
sumber daya manusia
Dalam sistem pendidikan Pondok
Pesantren diupayakan pengembangan ketrampilan para santri dalam rangka mencapai
tujuan Pondok Pesantren termasuk dalam hal ini tentunya Dakwah
Islamiyah. Pondok Pesantren dalam tataran ini berperan dalam menyediakan
dan mempersiapkan sumberdaya manusia yang terampil dan capble dalam
pemenuhan Dakwah Islamiyah
Sedangkan dalam melaksanakan Dakwah
Islamiyah, ada dua metode dakwah yang terkenal; dakwah bi al-lisan(lisan
atau seruan) dan dakwah fi al-hal (aksi), yakni[19]
:
1)
Dakwah bi
al-lisan
Dakwah Islamiyah yang dilakukan
Pondok Pesantren yang bersifat seruan atau ajakan secara lisan dapat dipahami
sebagai sebuah dakwah yang menyerukan kepada anggota masyarakat untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT senantiasa ada dan cukup
relevan dengan apa yang terjadi dewasa ini.
2)
Dakwah fi
al-hal
Dakwah yang dilakukan dengan aksi
atau pemberian contoh adalah salah satu metode dakwah yang efektif dalam upaya
mengajak ummat dan masyarakat untuk berbuat kebaikan dan meningkatkan keimanan
dan ketakwaan.
c) Pusat pelayanan
beragama dan moral
Pelayan kehidupan beragama
di Indonesia tidak menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Namun
keterlibatan masyarakat cukup signifikan dalam upaya membantu pemerintah dalam
pelayanan beragama ini. Pondok Pesantren sebagai lembaga keagamaan yang
mengakar pada masyarakat tentunya memiliki peranan yang cukup besar dalam
mengupayakan pelayanan kehidupan beragama dan sebagai benteng ummat dalam
bidang akhlak.
d) Pusat
pengembangan solidaritas dan ukhuwah islamiayah
Selain dari bentuk ajakan atau
seruan atau pemberian contoh untuk berbuat baik, dakwah islamiyah yang
diselenggarakan oleh Pondok Pesantren dapat bermacam-macam bentuknya
meskipun dikategorikan sebagai dakwah bi al-hal. Kegiatan ini bahkan lebih
efektif dan berpotensi jika diselenggarakan oleh Pondok Pesantren
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pernyataan diatas dapat
disimpulkan bahwa :
1.
Pondok
pesantren Zainul Ulum merupakan pesantren yang dirintis oleh Almarhum
Almagfurlah Kiai Zainal Alim alias “Kiai Tombu” pada tahun 1908. Awal mula
perintisan pesantren ini yakni adanya beberapa pemuda sekitar pesantren yang
ingin mengenyam pendidikan agama dibawah asuhan beliau. Setelah murid beliau
bertambah banyak, beliau berinisiatif untuk mendirikan semacam asrama untuk
tempat tinggal bagi santri dari jauh yang menetap. Dengan bantuan masyarakat
sekitar, bedirilah semacam surau yang masih memiliki multifungsi yakni sebagai
tempat ibadah warga sekitar dan tempat mengaji santri. Seiring bergulirnya
waktu, dibangunlah pesantren yang memiliki kamar-kamar dan fasilitas lainnya
bagi santri sebagaimana pesantren pada umumnya
2.
Mengenai profil
pendiri pesantren. K.H. Zainal Alim atau yang lebih di kenal dengan “Kiai
Tombu” lahir di Desa Ombul Kecamatan Tambelangan Kabupaten Sampang Madura.
Beliau adalah seorang ulama sufi dan merupakan orang yang pertama kali
mendirikan salah satu lembaga pendidikan agama islam berupa pondok pesantren di
daerah Malang Selatan pada tahun 1980 M. Tepatnya di Desa Ganjaran yang di beri
nama “Pondok Pesantren Zainul Ulum” atau di kenal dengan “Langgar Tengah”.
Zainal Alim adalah putera dari Kiai Yahya yang berprofesi sebagai seorang
petani. Meski hidup dalam penjajahan belanda, Kiai Yahya merupakan tokoh
masyarakat yang cukup di segani karena kealimannya dalam menjalankan syariat
agama Islam. Zainal Alim muda tidak pernah mengenyam pendidikan formal seperti
sekolah ataupun univirsitas.Ia hanya seorang santri berbakal ilmu agama yang di
pelajarinya dari orang tua nya dan dari Kiai Muhsin di Desa Belega Bangkalan
Madura.
3.
Sistem
pembelajaran di pesantren Zainul Ulum ini dibagi menjadi dua, yakni pendidikan
formal dan non formal. Pendidikan formal terdiri dari RA MI dan MTs yang
dikelola sendiri oleh keluarga pesantren Zainul Ulum. Sedangkan pendidikan non
formalnya terdiri dari KD dan MD. KD adalah pendidikan non formal dengan sistem
pendidikan yang bercorak sorogan dan bondongan. Metode ini sudah menjadi
tradisi pesantren salaf dimana seorang Kiai membacakan kitab-kitab kuning lalu
ia menterjemahkan dan menerangkan maksud nya. Sementara itu para santri hanya
menyimak dan mengisi kitab mereka dengan terjemahan yang di tulis dengan
tulisan Arab pego. Bahasa terjemahan yang digunakan di ponpes Zainul Ulum
adalah Bahasa Madura. Kajian Dalem (KD) dikhususkan bagi para santri yang telah
duduk di kelas 11 Madrasah Diniyah. Sedangkan MD (Madrasah Diniah) merupakan
system pembelajaran non formal yang lazim ada dalam pesantren, system ini
lumrah disebut dengan ngaji diniah/sekolah diniah. Sekalin formal dan non
formal ini, masih banyak lagi system yang ada di pesantren Zainul Ulum seperti
yang telah dipaparkan sebelumnya.
4.
Seperti halnya
pesantren pada umumnya, pesantren memiliki peranan pendidikan sosial keagamaan
dari dulu hingga sekarang. Pesantren ini memiliki peran pendidikan bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar. Yakni sebagai sumber kajian islam, yang mana
dalam pesantren memang banyak mengkaji keagamaan dari kitab atau buku klasik
yang berbahasa arab. Selain itu pesantren juga sebagai sarana dakwah, banyak
pendakwah yang backgroundnya dari pesantren. Pesantren ini juga berperan
sebagai pusat pengembangan solidaritas dan ukhuwah islamiyah.
B.
Saran
Setelah mengetahui seluk eluk dari
pesantren Zainul Ulum. Penulis merekomendasikan agar selalu dan tetap
melestarikan apa yang sudah menjadi tradisi dan budaya pesantren Zainul Ulum.
Bagi para santrinya, hendaknya selalu mengenang jasa beliau yang sudah berjuang
sedemikian hingga akhirnya berdirilah Pesantren Zainul Ulum yang seperti sekarang.
Bagi para penerus pesantren ini, semoga senantiasa dilimpahkan kesabaran dalam
menjalankan amanah beliau.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Departemen Agama, Pondok Pesantren dan Madrasah
Diniyah (Jakata: 2003), hlm.1
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi Dan
Modernisasi Menuju Milenium Baru (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 95.
Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Proses
Perjalanan (Jakarta: Paramadina, 1997), hlm.3.
Zamakhsyari Dhofier. Tradisi Pesantren: Studi
tentang Pandangan Hidup Kiai (Jakarta: LP3ES, 1982), h. 44.
INTERNET :
Http//Dakwah -islam/2014/ pengertian dakwah islam//
diakses pada 28 Desember 2015
PP ZAINUL ULUM :
Wawancara dengan keluarga ndalem Zainul Ulum pada 25
Nov 2015
Data-data ini diperoleh dari dokumen yang didapat dari
pondok pesantren Zainul Ulum Ganjaran
Wawancara dengan pengurus pesantren Zainul Ulum pada
25 Nov 2015
[2]Azyumardi Azra, Pendidikan Islam:
Tradisi Dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999), hlm. 95.
[4]Nurcholis
Madjid, Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Proses Perjalanan (Jakarta: Paramadina,
1997), hlm.3.
[5]Zamakhsyari
Dhofier. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiai (Jakarta:
LP3ES, 1982), h. 44.
EmoticonEmoticon