logo blog

Friday, July 21, 2017

RESUME BUKU PENELITIAN KUALITATIF



1.                  Judul                : Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,   dan R & D )
Pengarang       : Prof. Dr. Sugiyono
Penerbit           : Alfabeta, CV, Bandung

2.      Judul               : Metodologi Penelitian Kualitatif
Pengarang       : Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A.
Penerbit           : PT, Remaja Rosdakarya, Bandung

3.      Judul               : Penelitian Kualitatif (Komunis, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya )
Pengarang       : Prof. Dr. H. M. Burhan, S. Sos., M. SI.
Penerbit           : Kencana Prenada Media Grop, Jakarta


BAB I
LANGKAH-LANGKAH  PENELITIAN KUALITATIF


A.                Tahap Pra-lapangan
Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahap ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan dan pertimbangan tersebut diuraikan berikut ini:
1.        Menyusun Rancangan penelitian
Dalam meneliti, seorang peneliti harus merancang apa yang akan diteliti. Berupa tema serta gars besar dalam penelitian.
2.        Memilih Rancangan Penelitian
Pemilihan lapangan penelitian diarahkan oleh teori substantif yang dirumuskan dalam betuk hipotesis kerja walaupun masih tentatif sifatnya. Hipotesis kerja itu baru akan diumuskan secara tetap setelah dikonfirmasi dengan data yang muncul ketika penelitian sudah memasuki kancah latar penelitian.
Setiap situasi merupakan laboratorium didalam lapangan penelitian kualitatif. Cara yang baik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dan dengan mempelajari serta mendalami fokus serta rumusan masalah penelitian untuk itu pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan. Keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga, perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi penelitian.
3.        Mengurus Perizinan
Pertama-tama yang perlu dilakukan oleh peneliti ialah siapa saja yang berwenang memberi izin bagi pelaksanaan penelitian. Yang berwenang memberikan izin untuk mengadakan penelitian ialah kepala pemerintah setempat dimana penelitian itu akan diselenggarakan, seperti  gubernur/kepala daerah, bupati, camat sampai kepala RW/RT mereka memiliki kewenangan secara formal. Jalur informal ini perlu dan harus ditempuh agar pengumpulan data tidak mengalami gangguan. Selain mengetahui siapa yang berwenang, segi lain yang perlu diperhatikan ialah persyaratan lain yang diperlukan dapat berupa (1) surat tugas,  (2) surat izin instansi di atasnya, (3) identitas diri seperti KTP, foto dan lain-lain, (4) perlengkapan penelitian barangkali perlu diperlihatkan juga sperti kamera foto, tape recorder, video recorder, dan sebagainya, (5) barang kali dalam hal tertentu pemberi izin mempersyaratkan agar peneliti memaparkan maksud, tujuan, hasil penelitian yang diharapkan, siapa-siapa yang harus dihubungi, bahkan mungkin ada yang memerlukan waktu untuk mempelajari rancangan penelitian.
Hal berikutnya yang perlu dipersoalkan ialah apa yang harus dikemukakan kepada pemberi izin. Jika perlu, sebelum menghadap pemberi izin, peneliti terlebih dahulu mencari tahu sikap, perilaku, kegemaran, dan latar belakang pendidikannya agar permintaan izin menjadi lebih lancar dan mulus, malah bisa tokcer. Untuk itu sebaiknya peneliti menanyakan kepada pemberi izin atau kepada yang berwenang lainnya, misalnya kepada lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) atau lembaga penelitian lainnya.
Setelah izin diberikan jangan lupa memelihara hubungan baik dengan yang berwenang atau pemberi izin pada akhir kegiatan jangan lupa pamitan. Barang kali ada baiknya apabila peneliti menyediakan bingkisan sebagai tanda ucapan terimakasih dan tanda kenang-kenangan kepada mereka yang telah membantu terselenggaranya penelitian dengan baik.
4.        Mejajaki dan Menilai Lapangan
Penjajakan dan penelitian lapangan akan terlaksana dengan baik apabila peneliti sudah membaca terlebih dahulu dari kepustakaan atau mengetahui melalui orang dalam tentang situasi dan kondisi daerah tempat penelitian dilakukannya. Maksud dan tujuan penjajahan lapangan adalah berusaha mengenal segala unsur lingkungan sosial, fisik, dan keadaan alam. Pengenalan dan penjajahan lapangan diteruskan sehingga peneliti menjadi bagian anggota kelompok masyarakat yang ditelitinya,misalnya disekolah, kecamatan, dan lembaga agama jika peneliti sudah masuk sebagai anggota ia akan mudah memahami dan menghayati apa yang terjadi didalam masyarakat atau lembaga tempat penelitian diadakan.
Kirk dan Miller (1986:59-70) merumuskan segi-segi yang perlu diketahui pada tahap ivensi ini ke dalam tiga aspek,yaitu:
a)             Pemahaman atas petunjuk dan cara hidup
b)             Memahami pandangan hidup
c)             Penyesuaian diri dengan keadaan lingkungan tempat penelitian
5.        Memilih dan Memanfaatkan Informasi
Informasi adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Kegunaan informasi bagi peneliti ialah membantu agar secepatnya dan tetap seteliti mungkin dapat membenamkan diri dalam konteks setempat terutama bagi peneliti yang belum mengalami latian etnografi. Usaha untuk menemukan informasi dapat dilakukan dengan cara (1) melalui keterangan orang yang berwenang, baik secara informal (pemerintah) maupun secara informal (pemimpin masyarakat seperti tokoh masyarakat pemimpin adat). (2) melalui wawancara pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti. Dalam hal tertentu informasi perlu direkrut seperlunya dan diberi tahu tentang maksud dan tujuan penelitian jika hal itu mungkin dilakukannya.
6.        Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Penelitian hendaknya menyiapkan tidak hanya perlengkapan fisik, tetapi segala macam perlengkapan peneliti yang diperlukan. Sebelum penelitian dimulai peneliti memerlukan izin mengadakan penelitian, kontak dengan daerah yang menjadi latar penelitian melalui surat atau melalui orang yang dikenal sebagai penghubung ataupun secara resmi dengan surat melalui jalur instansi pemerintahan. Hal lain yang perlu dipersiapkan adalah pengaturan perjalanan terutama jika lapangan penelitian itu jauh letaknya. Perlu pula dipersiapkan kotak kesehatan, alat tulis seperti pensil, atau ball point, kertas, buku catatan, map, klip, kartu, karet, dan lain-lain jangan dilupakan pula alat perekam seperti tape  recorder, video-cassetee dan kamera foto. Persiapan penelitian lainnya yang perlu dipersiapkan ialah jadwal yang mencakup waktu kegiatan yang dijabarkan secara rinci. Yang penting ialah penelitian sejauh mungkin sudah menyiapkan segala alat dan perlengkapan penelitian yang diperlukan sebelum ia terjun kedalam kancah penelitian penyiapan perlengkapan.
7.        Persoalan Etika Penelitian
Salah satu ciri utama penelitian kualitatif ialah orang sebagai alat atau sebagai instrumen yang mengumpulkan data. Penelitian akan berhubungan dengan orang-orang, baik secara perorangan maupun secara kelompok atau masyarakat, akan bergaul hidup, dan merasakan serta menghayati bersama tata cara dan tata hidup dalam suatu latar penelitian. Persoalan etika akan timbul apabila penelitian tidak menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut. Persoalan etika itu akan muncul jika peneliti tetap berpegang pada latar belakang, norma, adat, kebiasaan, dan kebudayaannya sendiri dalam menghadapi situasi dan konteks latar penelitiannya. Jika hal demikian terjadi, maka benturan nilai, konflik, frustasi, dan semacamnya, dapat diramalkan akan terjadi. Akibatnya besar sekali pada kemurnian pengumpulan data.
Dalam menghadapi persoalan etika tersebut, peneliti hendaknya mempersiapkan diri baik secara fisik, psikologi maupun mental. Secara fisik seyogyanya ia memahami peraturan, norma, nilai sosial masyarakat melalui (a) kepustakaan (b) orang, kenalan, teman yang berasal dari latar belakang tersebut dan (c) orientasi penelitian. Selain persiapan fisik, persiapan mentalpun perlu dilatih sebelumnya. Hendaknya diusahakan agar peneliti tahu menahan diri, menahan emosi dan perasaan terhadap hal-hal yag pertama kali dilihatnya sebagai sesuatu yang aneh, menggelikan, dan tidak masuk akal, dan sebagainya. Oleh karena itu, peneliti hendaknya menerimanya dengan jujur, dengan  tangan terbuka dan dengan penuh pengertian. Persiapan psikologi dan mntal demikian akan banyak membantunya dalam pekerjaannya menggumpulkan data.
Beberapa segi praktis yang perlu dilakukan peneliti dalam menghadapi etika diuraikan berikut ini:
1)        Sewaktu tiba dan berhadapan dengan orang-orang pada latar penelitian
2)        Pandangi dan hargailah orang-orang yang teliti bukan sebagai objek
3)        Hargai, hormati, dan patuhi semua peraturan, norma, nilai masyarakat, kepercayaan, adat istiadat, kebiasaan, kebudayaan, tabu yang hidup dalam masyarakat tempat penelitian dilakukan
4)        Peganglah kerahasiaan segala sesuatu yang berkenaan dengan informasi yang diberikan oleh subjek
5)        Tulislah segala kejadian, peristiwa, cerita dan lain-lain secara jujur dan benar, jangan ditambah dan diberi bumbu serta nyatakanlah sesuai dengan keadaan aslinya

B.                 Tahap Pekerjaan Lapangan
1.                  Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri
1)        Pembatasan latar penelitian
Untuk memasuki pekerjaan lapangan, peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. Peneliti hendaknya mengenal adanya latar terbuka dan latar tertutup disamping itu, peneliti hendaknya tahu menempatkan diri, apakah sebagai peneliti yang dikenal atau yang tidak dikenal.
2)     Penampilan
Peneliti hendaknya menyesuaikan penampilannya dengan kebiasaan adat, tata cara, dan kultur latar penelitian. Penampilan fisik seperti cara berpakaian pun hendaknya diberi perhatian secara khusus oleh peneliti.
Penampilan fisik bukan hanya ditampakkan melalui cara berpakaian dapat pula diperhatikan melalui cara bertingkah laku. Peneliti hendaklah menjaga perasaan orang-orang yang menjadi subjeknya agar mereka tidak merasa terganggu,  merasa tidak senang, atau merasa diabaikan. Untuk melakukan dan menunjukkan penampilan fisik seperti itu, peneliti hendaknya mempersiapkan diri secara mental persiapan mental maupun fisik hendaknya didahului dengan memahami etika penelitian tersebut.
3)        Pengenalan hubungan peneliti dilapangan
Bila penliti telah lama bekerja pada latar penelitian, biasanya para anggota masyarakat atau subjek penelitian ingin mngenali terlebih dalam tentang pribadinya. Peneliti hendaknya selektif artinya tahu membedakan mana informasi yang diperlukan dan tahu menghindari sesuatu yang dapat yang telah mempengaruhi data. Tugas peneliti ialah pengumpulan informasi yang relavan sebanyak mungkin dari sudut pandang subjek tanpa mempengaruhi mereka. Dipihak lain peneliti hendaknya menganggap bahwa dalam mengumpulkan data, baik dari tingkatan atas, bawah, kaya, maupun miskin.
4)        Jumlah waktu studi
Faktor waktu dalam penelitian cukup menentukan, jika tidak diperhatikan oleh peneliti, ada kemungkinan peneliti demikian asyik dan tenggelam kedalam kehidupan orang-orang pada latar penelitian sehingga waktu yang direncanakan itu menjadi berantakan. Mengenai pembatasan waktu pada dasarnya peneliti sendirilah yang perlu menentukan pembagian waktu agar waktu yang digunakan dilapangan seefisien dan seefektif mungkin. Peneliti hendaklah perpegang pada tujuan, masalah, dan jadwal yang telah disusun sebelumnya.
2.                  Memasuki Lapangan
a)         Keakraban hubungan
Keakraban pergaulan dengan subjek perlu dipelihara bahkan sampai sesudah tahap pengumpulan data. Jangan sampai terjadi seorang subjek dalam hubungan keakraban itu merasa dirugikan, misalnya penliti barang kali tampak terlalu dekat dengan lawannya. Dalam hubungan pergaulan ketika pengumpulan data mungkin saja terjadi seorang pemimpin kelompok atau masyarakat yang diwawancarai tidak bersedia, kurang waktu, kemudian ia menunjuk orang lain sebagai penggantinya.
b)        Mempelajari bahasa
Peneliti perlu dianjurkan agar mempunyai buku catatan khusus. Ia hendaknya secepatnya mencatat dan menanyakan makna tertentu dari yang didengar jika pada saat itu ia tidak mengerti. Yang jelas,  bahasa lisan ataupun tertulis, verbal maupun non-verbal merupakan wahana seseorang untuk mengungkapkan perasaannya. Oleh karena itu,perhatikan khusus pada upaya mempelajari bahasa merupakan kegiatan yang mau tidak mau hanya dilakukan peneliti.
c)         Peranan peneliti
Dari segi penelitian biasanya terbawa oleh arus kesenangan, misalnya senang main catur, sifat dan sikap, serta tujuan penelitiannya, peran serta peneliti biasanya diarahkan oleh hal-hal tersebut. Sering terjadi bahwa peranserta peneliti baru dapat terwujud seutuhnya apabila ia membaur secara fisik dengan kelompok komunitas yang ditelitinya. Kadang-kadang dengan jalan memberikan bantuan tertentu barulah ia diterimah peransertanya. Apapun dan bagaimana pun peranan yang dapat dimainkan oleh peneliti, hendaknya disadari dan diperhatikan bahwa tugas utamanya adalah mengumpulkan informasi.
3.                  Berperan- serta Sambil Mengumpulkan Data
a)         Pengaruh batas studi
Peneliti hendaknya memperhitungkan pula keterbatasan waktu, tenaga, dan mungkin biaya sehingga ia tidak sampai terpancing untuk mengikuti arus kegiatan masyarakat atau orang pada latar penelitian. Faktor-faktor pembatas tersebut hendaknya selalu dijadikan pertimbangan untuk memutuskan apakah mengikuti permulaan, sebagai, separuh, atau seluruh kegiatan suatu peristiwa sosial. Peneliti hendaknya menjadwalkan topik kegiatan apa saja yang dapat diikuti. Jika hal itu dilakukan, peneliti dapat melakukan pengendalian dirinya sendiri pada seluruh lingkungan latar penelitian.
b)        Mencatat data
Alat penelitian penting yang biasanya yang digunakan adalah catatan lapangan. Catatan lapangan tidak lain adalah catatan yang dibuat oleh peneliti sewaktu mengadakan pengamatan, wawancara, atau menyaksikan suatu kejadian tertentu biasanya catatan lapangan dibuat dalam bentuk kata-kata kunci, singkatan, pokok-pokok utama saja, kemudian dilengkapi dan disempurnakan apabila sudah pulang ke tempat tinggal.
c)         Petunjuk tentang cara mengingat data
Penelitian tidak dapat melakukan pengamatan sambil membuat catatan yang baik, tidak dapat membuat catatan yang baik sambil mengadakan wawancara secara mendalam dengan seseorang. Alat perekam seperti perekam video kaset akan besar manfaatnya jika tersedia dan subjek tidak berkeberatan.
Dikemukakan beberapa petunjuk tentang cara mengingat data seperti yang dikemukakan oleh Bogdan (1972:41-42) sebagai berikut:
1)        Buatlah catatan secepatnya,jangan menunda-nunda pekerjaan
2)        Jangan bicara dengan orang lain terlebih dahulu tentang hasil pengamatan sebelum peneliti menuangkannya ke dalam catatan lapangan
3)        Usahakan agar tidak terjadi gangguan sewaktu peneliti menulis,mengetik,atau mendengarkan serta menyalin hasil rekaman dari perekam kaset
4)        Usahakan untuk menggambarkan dalam diagram keadaan fisik yang diamati atau struktur organisasi yang ditemui
5)        Buatlah garis besar yang berisi judul-judul tentang sesuatu yang ditemui dalam suatu pengamatan atau wawancara yang cukup lama dilakukan
6)        Dalam jadwal yang disusun hendaknya disisakan banyak waktu sesudah pengamatan atau wawancara yang dipergunakan untuk menulis catatan lapangan
7)        Mencatat apa yang dikatakan oleh subjek secara verbatim hendaknya
8)        Sering apa yang telah dilakukan atau yang diamati terlupakan sesudah beberapa hari berlalu
d)        Kejenuhan, keletihan dan istirahat
Menghadapi pekerjaan yang itu-itu juga, tidak bervariasi serta menekuninya secara terus menerus biasanya pada saat-saat tertentu menimbulkan perasaan jenuh dan bosan apabila penelitian bekerja terus-menerus sepanjang hari bahkan sering sampai larut malam. Jika sudah demikian, satu-satunya jalan yang harus ditempuh ialah beristirahat secukupnya.
e)         Meneliti suatu latar yang didalamnya terdapat pertentangan
Dalam hal ini peneliti hendaknya berusaha sekuat tenaga agar tetap netral, tidak memihak, dan sejauh mungkin menengai persoalan yang terjadi. Jika pun peneliti dapat mencari jalan untuk mendamaikan kedua kelompok yang bertikai tanpa ada pihak yang merasa dirugikan hal ini akan baik sekali. Masalah yang dihadapi apabila pertentangan tetap terjadi dan tetap berlangsung ialah situasi yang akan menyulitkan peneliti dalam mencari informasi yang benar
f)         Analisis di lapangan
Hipotesis kerja mungkin sudah atau belum muncul pada waktu peneliti sudah berada dilapangan. Apabila peneliti sudah mulai mencatat sudah mulai memberikan kode pada data, akan tampak bahwa ada kecocokan atau ketidak cocokan dengan hipotesis kerja yang telah dirumuska sewaktu pertama kali berada dilapangan. Hal demikian pada dasarnya merupakan sebagaian dari pekerjaan analisis data selama berada pada latar penelitian yang tentunya masih akan diperdalam sesudah meninggalkan lapangan dan mulai mengadakan analisis data secara intensif.


BAB II
MENULIS LATAR BELAKANG YANG BAIK

Menjelaskan konsep dalam penelitian kualitatif ditujukan untuk menjelaskan operasional fenomena-fenomena penelitian. Untuk merancang konsep penelitian kualitatif memang sering mengalami kesulitan bila dibandingkan ketika mengkonsepsilkan konsep penelitian kuantitatif. Hal ini disebabkan fenomena penelitian kualitatif umumnya adalah kasus-kasus tertentu yang tidak bisa digeneralisasi. Karena konsep penelitian bersifat kasuistik, maka kepekaan penelitian dalam merancang konsep penelitian harus semakin tajam dan mengkristal pada persoalan operasionalisasi yang lebih konkret dalam mengurai persoalan makna dibalik fenomena yang tampak. Jadi umpamanya, ketika konsep penelitian berhubungan dengan perilaku birokrasi dalam implementasi kebijakan publik, sebagaimana umumnya tema-tema penelitian dalam kebijakan publik, maka konsep perilaku birokrasi dapat berupa “Makna tindakan birokrasi dalam implementasi”, makna “keputusan-keputusan birokrasi dalam implementasi”, makna pilihan-pilihan birokrasi dalam implementasi.
Merancang konsep dalam penelitian kualitatif adalah suatu makna kognitif, atau makna sosiologis yang hidup dalam alam pikiran informasi dan subjek-objek penelitian. Bukan suatu konsep yang justru ditawarkan oleh peneliti untuk dikembangkan saat pengumpulan data. Dalam hal ini persoalan etik dan emik menjadi dua konsep yang harus dapat dipisahkan oleh peneliti saat berada dilapangan ataupun saat menganalisis hasil-hasil penelitian. Etik adalah norma dan nilai, berhubungan dengan apa yang seharusnya dilakukan, sedangkan emik berhubungan dengan apa yang dipahami, dimaknai, dan dirasakan oleh informasi dan subjek objek penelitian sebagaimana yang mereka maksudkan. Jadi, konsep penelitian kualitatif menjelaskan dan merumuskan pemahaman makna tentang emik, bukan etik. Konsep emik akan mengungkapkan dunia rasional pemaknaan informasi dan subjek-objek penelitian terhadap diri mereka dan lingkungannya terhadap fenomena yang menjadi realitas sosial yang diteliti.


BAB III
MENULIS RUMUSAN MASALAH YANG BAIK
                    
Rumusan masalah merupakan bentuk pertanyaan yang dapat memandu penelitian untuk mengumpulkan data di lapangan. Berdasarkan level of explanation suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu rumusan masalah deskriptif ,komporatif dan asosiatif.
1.        Rumusan masalah deskriptif
Adalah suatu rumusan masalah yang memandu penelitian untuk mengeksplorasi atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam.
Contoh: Bagaimanakah profil pendidikan di indonesia ?
2.        Rumusan masalah komporatif
Adalah rumusan masalah yang memandu penelitian untuk membandingkan antara koteks sosial atau domain satu dibandingkan dengan yang lain.
Contoh: Adakah perbedaan dinamika murid di kelas yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi ?
3.        Rumusan masalah asosiatif
Adalah rumusan masalah yang memandu penelitian untuk mengkonstruksi hubungan anatara situasi sosial atau domain satu dengan yang lainnya. Rumusan masalah asosiatif dibagi menjadi tiga yaitu, hubungan simetris, kausal dan reciprocal atau interaksi.
Hubungan simetris adalah hubungan suatu gejala yang munculnya bersama sehingga bukan merupakan hubungan sebab akibat atau interaksi. Contoh: Adakah hubungan antara kupu-kupu yang datang kerumah dengan kedatangan tamu. Adakah hubungan antara kejatuhan binatang cecak dengan musibah keluarga ? Adakah hubungan antara menabrak kucing dengan kemungkinan mendapat kecelakaan ? Adakah hubungan antara puasa sunat (senin kamis) dengan hasil belajar anak ?
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab dan akibat. Hubungan ini merupakan salah satu asumsi ilmu dalam metode kuantitatif, di mana segala sesuatu itu ada karena ada sebabnya. Dengan demikian dalam paradigma penelitian selalu ada variabel independen sebagai penyebab dan variabel dependen sebagai akibat. Contoh: Adakah pengaruh insentif terhadap kinerja guru? Adakah pengaruh gaya kepemimpinan dengan kedisiplinan murid?
Selanjutnya hubungan reciprocal adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam penelitian kualitatif hubungan yang diamati atau ditemukan adalah hubungan yang bersifat reciprocal atau interaktif. Contoh: Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jenjang pendidikan masyarakat. Hubungan ini merupakan hubungan interaktif karena dengan adanya radio maka masyarakat lebih terbuka mendapat berbagai informasi. Dengan informasi ini, maka aspirasi untuk memperoleh pendidikan semakin tinggi. Selanjutnya dengan pendidikan yang tinggi akan mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang memadai sehingga dapat digunakan untuk membeli radio. Contoh: Bagaimanakah antara peran orang tua,guru dan murid dalam pembentukan kepribadian anak? 
                    
Dalam penelitian kualitatif seperti yang dikemukakan,rumusan masalah yang merupakan fokus penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian masuk lapangan atau situasi sosial tertentu. Namun demikian setiap peneliti baik kuantitatif maupun kualitatif harus membuat rumusan masalah. Pertanyaan penelitian kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk lebih memahami gejala yang masih remang-remang, tidak teramati, dinamis, dan kompleks, sehingga setelah peneliti menjadi lebih jelas apa yang ada dalam situasi sosial tersebut. Peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif, pada tahap awal penelitiannya, kemungkinan belum memiliki gambaran yang jelas tentang aspek-aspek masalah yang akan ditelitinya. Ia akan mengembangkan fokus penelitian sambil mengumpulkan data.


BAB IV
FUNGSI TEORI KAJIAN PUSTAKA
    
Pada dasarnya landasan teoristis dari penelitian kualitatif itu bertumpu secara mendasar pada fenomenologi. Karena itu bada bagian ini fenomenologi dijadikan sebagai dasar teoretis utama sedangkan yang lainnya yaitu interaksi simbolik, kebudayaan, dan etnometodologi dijadikan sebagai dasar tambahan yang melatarbelakangi secara teoretis penelitian kualitatif.
Seorang peneliti yang mengadakan penelitian kualitatif biasanya (yang lazim pada penelitian klasik) berorientasi pada teori yang sudah ada. Pada penelitian kualitatif, teori dibatasi pada pengertian: suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data dan diuji kembali secara empiris. Dalam uraian tentang dasar teori tersebut, bagdan dan biklen (1982:30) menggunakan paradigma diartikan sebagai kumpulan longgar tentang asumsi yang secara logis dianut bersama, konsep, atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan cara penelitian. Orientasi atau perspektif teoretis adalah cara memandang dunia, asumsi yang dianut orang tentang sesuatu yang penting, dan apa yang membuat dunia bekerja. Dalam suatu penelitian,apakah dinyatakan secara eksplesit atau tidak, biasanya paradigma penelitian atau orientasi teoretis tertentu mengarahkan pelaksanaan penelitian itu. Penelitian yang baik menyadari dasar orientasi teoritisnya dan memanfaatkan nya dalam pengumpulan dan analisis data. Teori membantu menghubungkannya dengan data. Pada bagian berikut dikemukakan beberapa kemungkinan teori yang menunjang pendekatan kualitatif namun yang menjadi landasan pokoknya adalah fenomenoogi



BAB V
MANFAAT METODELOGI PENELITIAN

 Mahasiswa, dosen, profesional, pusat penelitian dan pemerintah banyak melakukan penelitian sosial .Oleh karena itu, tiap orang yang juga mempelajari dan terlibat dalam kegiatan sosial dan praktik organisasional disemua bidang fungsional memerlukan pelatihan dalam metode penelitian. Para mahasiswa dapat menyusun sikripsi, tesis, disertasi, atau tugas akhir dengan baik dan benar jika mereka memiliki ketrampilan dalam metode penelitian. Ada beerapa keuntungan mempelajari dan memiliki ketrampilan di bidang penelitian sosial. Jika anda mencari informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan, anda dituntut memiliki pengetahuan dan ketrampilan dibidang metode penelitian. Hal ini disebabkan jika anda memiliki tingkat ketrampilan penelitian terbatas, anda tidak akan mendapat informasi yang dapat diandalkan.
Jika anda menelia secara benar bahwa hasil penelitian orang lain bermutu, dengan menggunakan hasil penlitian tersebut, mutu pengambilan keputusan peneliti akan lebih baik. Untuk menilai apakah hasil suatu penelitian bermutu atau tidak layak atau tidak untuk digunakan dalam pengambilan keputusan, diperlukan pengetahuan dan ketrampilan bidang metode penelitian sosial ini berarti bahwa penguasaan metode ilmiah merupakan persyaratan untuk dapat memahami jalan pikiran yang terdapat dalam langka-langka penelitian. Makin luas pemahaman seseorang terhadap proses-proses metode ilmiah, akan semakin tambah pula ketrampilannya dalam mengembangkan rencana penelitian ilmiah.
Menurut beberapa sumber kegunaan/fungsi metode penelitian: 
1)      Manfaat metode penelitian dapat dikemukakan dalam dua sisi
a)      Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoritis sekurang-kurangnya dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan
b)      Manfaat praktis
Menambah wawasan penulis untuk melanjutkan dijadikan acuan dalam berprilaku yang baik dan benar









EmoticonEmoticon