1.
Judul
: Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R & D )
Pengarang
: Prof. Dr. Sugiyono
Penerbit
: Alfabeta, CV, Bandung
2. Judul
: Metodologi Penelitian Kualitatif
Pengarang
: Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A.
Penerbit
: PT, Remaja Rosdakarya, Bandung
3. Judul
: Penelitian Kualitatif (Komunis, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya )
Pengarang
: Prof. Dr. H. M. Burhan, S. Sos., M. SI.
Penerbit
: Kencana Prenada Media Grop, Jakarta
BAB I
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
KUALITATIF
A.
Tahap Pra-lapangan
Ada enam tahap kegiatan yang harus
dilakukan oleh peneliti dalam tahap ini ditambah dengan satu pertimbangan yang
perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan dan pertimbangan
tersebut diuraikan berikut ini:
1.
Menyusun
Rancangan penelitian
Dalam meneliti, seorang peneliti
harus merancang apa yang akan diteliti. Berupa tema serta gars besar dalam
penelitian.
2.
Memilih
Rancangan Penelitian
Pemilihan lapangan penelitian
diarahkan oleh teori substantif yang dirumuskan dalam betuk hipotesis kerja
walaupun masih tentatif sifatnya. Hipotesis kerja itu baru akan diumuskan
secara tetap setelah dikonfirmasi dengan data yang muncul ketika penelitian sudah
memasuki kancah latar penelitian.
Setiap situasi merupakan
laboratorium didalam lapangan penelitian kualitatif. Cara yang baik yang perlu
ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan jalan
mempertimbangkan teori substantif dan dengan mempelajari serta mendalami fokus
serta rumusan masalah penelitian untuk itu pergilah dan jajakilah lapangan
untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan.
Keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga, perlu dipertimbangkan
dalam penentuan lokasi penelitian.
3.
Mengurus
Perizinan
Pertama-tama yang perlu dilakukan
oleh peneliti ialah siapa saja yang berwenang memberi izin bagi pelaksanaan
penelitian. Yang berwenang memberikan izin untuk mengadakan penelitian ialah
kepala pemerintah setempat dimana penelitian itu akan diselenggarakan,
seperti gubernur/kepala daerah, bupati, camat sampai kepala RW/RT mereka
memiliki kewenangan secara formal. Jalur informal ini perlu dan harus ditempuh
agar pengumpulan data tidak mengalami gangguan. Selain mengetahui siapa yang
berwenang, segi lain yang perlu diperhatikan ialah persyaratan lain yang diperlukan
dapat berupa (1) surat tugas, (2) surat izin instansi di atasnya, (3)
identitas diri seperti KTP, foto dan lain-lain, (4) perlengkapan penelitian
barangkali perlu diperlihatkan juga sperti kamera foto, tape recorder, video
recorder, dan sebagainya, (5) barang kali dalam hal tertentu pemberi izin
mempersyaratkan agar peneliti memaparkan maksud, tujuan, hasil penelitian yang
diharapkan, siapa-siapa yang harus dihubungi, bahkan mungkin ada yang
memerlukan waktu untuk mempelajari rancangan penelitian.
Hal berikutnya yang perlu
dipersoalkan ialah apa yang harus dikemukakan kepada pemberi izin. Jika perlu,
sebelum menghadap pemberi izin, peneliti terlebih dahulu mencari tahu sikap,
perilaku, kegemaran, dan latar belakang pendidikannya agar permintaan izin
menjadi lebih lancar dan mulus, malah bisa tokcer. Untuk itu sebaiknya peneliti
menanyakan kepada pemberi izin atau kepada yang berwenang lainnya, misalnya
kepada lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) atau lembaga penelitian
lainnya.
Setelah izin diberikan jangan lupa
memelihara hubungan baik dengan yang berwenang atau pemberi izin pada akhir
kegiatan jangan lupa pamitan. Barang kali ada baiknya apabila peneliti
menyediakan bingkisan sebagai tanda ucapan terimakasih dan tanda
kenang-kenangan kepada mereka yang telah membantu terselenggaranya penelitian
dengan baik.
4.
Mejajaki dan
Menilai Lapangan
Penjajakan dan penelitian lapangan
akan terlaksana dengan baik apabila peneliti sudah membaca terlebih dahulu dari
kepustakaan atau mengetahui melalui orang dalam tentang situasi dan kondisi
daerah tempat penelitian dilakukannya. Maksud dan tujuan penjajahan lapangan
adalah berusaha mengenal segala unsur lingkungan sosial, fisik, dan keadaan
alam. Pengenalan dan penjajahan lapangan diteruskan sehingga peneliti menjadi
bagian anggota kelompok masyarakat yang ditelitinya,misalnya disekolah,
kecamatan, dan lembaga agama jika peneliti sudah masuk sebagai anggota ia akan
mudah memahami dan menghayati apa yang terjadi didalam masyarakat atau lembaga
tempat penelitian diadakan.
Kirk dan Miller (1986:59-70)
merumuskan segi-segi yang perlu diketahui pada tahap ivensi ini ke dalam tiga
aspek,yaitu:
a)
Pemahaman atas
petunjuk dan cara hidup
b)
Memahami
pandangan hidup
c)
Penyesuaian
diri dengan keadaan lingkungan tempat penelitian
5.
Memilih dan
Memanfaatkan Informasi
Informasi adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
penelitian. Jadi, ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar
penelitian. Kegunaan informasi bagi peneliti ialah membantu agar secepatnya dan
tetap seteliti mungkin dapat membenamkan diri dalam konteks setempat terutama
bagi peneliti yang belum mengalami latian etnografi. Usaha untuk menemukan informasi
dapat dilakukan dengan cara (1) melalui keterangan orang yang berwenang, baik
secara informal (pemerintah) maupun secara informal (pemimpin masyarakat
seperti tokoh masyarakat pemimpin adat). (2) melalui wawancara pendahuluan yang
dilakukan oleh peneliti. Dalam hal tertentu informasi perlu direkrut seperlunya
dan diberi tahu tentang maksud dan tujuan penelitian jika hal itu mungkin
dilakukannya.
6.
Menyiapkan
Perlengkapan Penelitian
Penelitian hendaknya menyiapkan
tidak hanya perlengkapan fisik, tetapi segala macam perlengkapan peneliti yang
diperlukan. Sebelum penelitian dimulai peneliti memerlukan izin mengadakan
penelitian, kontak dengan daerah yang menjadi latar penelitian melalui surat
atau melalui orang yang dikenal sebagai penghubung ataupun secara resmi dengan
surat melalui jalur instansi pemerintahan. Hal lain yang perlu dipersiapkan
adalah pengaturan perjalanan terutama jika lapangan penelitian itu jauh
letaknya. Perlu pula dipersiapkan kotak kesehatan, alat tulis seperti pensil,
atau ball point, kertas, buku catatan, map, klip, kartu, karet, dan lain-lain
jangan dilupakan pula alat perekam seperti tape recorder, video-cassetee
dan kamera foto. Persiapan penelitian lainnya yang perlu dipersiapkan ialah
jadwal yang mencakup waktu kegiatan yang dijabarkan secara rinci. Yang penting
ialah penelitian sejauh mungkin sudah menyiapkan segala alat dan perlengkapan
penelitian yang diperlukan sebelum ia terjun kedalam kancah penelitian
penyiapan perlengkapan.
7.
Persoalan Etika
Penelitian
Salah satu ciri utama penelitian
kualitatif ialah orang sebagai alat atau sebagai instrumen yang mengumpulkan
data. Penelitian akan berhubungan dengan orang-orang, baik secara perorangan
maupun secara kelompok atau masyarakat, akan bergaul hidup, dan merasakan serta
menghayati bersama tata cara dan tata hidup dalam suatu latar penelitian.
Persoalan etika akan timbul apabila penelitian tidak menghormati, tidak
mematuhi, dan tidak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut.
Persoalan etika itu akan muncul jika peneliti tetap berpegang pada latar
belakang, norma, adat, kebiasaan, dan kebudayaannya sendiri dalam menghadapi
situasi dan konteks latar penelitiannya. Jika hal demikian terjadi, maka
benturan nilai, konflik, frustasi, dan semacamnya, dapat diramalkan akan
terjadi. Akibatnya besar sekali pada kemurnian pengumpulan data.
Dalam menghadapi persoalan etika
tersebut, peneliti hendaknya mempersiapkan diri baik secara fisik, psikologi
maupun mental. Secara fisik seyogyanya ia memahami peraturan, norma, nilai
sosial masyarakat melalui (a) kepustakaan (b) orang, kenalan, teman yang
berasal dari latar belakang tersebut dan (c) orientasi penelitian. Selain
persiapan fisik, persiapan mentalpun perlu dilatih sebelumnya. Hendaknya
diusahakan agar peneliti tahu menahan diri, menahan emosi dan perasaan terhadap
hal-hal yag pertama kali dilihatnya sebagai sesuatu yang aneh, menggelikan, dan
tidak masuk akal, dan sebagainya. Oleh karena itu, peneliti hendaknya menerimanya
dengan jujur, dengan tangan terbuka dan dengan penuh pengertian.
Persiapan psikologi dan mntal demikian akan banyak membantunya dalam
pekerjaannya menggumpulkan data.
Beberapa segi praktis yang perlu
dilakukan peneliti dalam menghadapi etika diuraikan berikut ini:
1)
Sewaktu tiba
dan berhadapan dengan orang-orang pada latar penelitian
2)
Pandangi dan
hargailah orang-orang yang teliti bukan sebagai objek
3)
Hargai,
hormati, dan patuhi semua peraturan, norma, nilai masyarakat, kepercayaan, adat
istiadat, kebiasaan, kebudayaan, tabu yang hidup dalam masyarakat tempat
penelitian dilakukan
4)
Peganglah
kerahasiaan segala sesuatu yang berkenaan dengan informasi yang diberikan oleh
subjek
5)
Tulislah segala
kejadian, peristiwa, cerita dan lain-lain secara jujur dan benar, jangan
ditambah dan diberi bumbu serta nyatakanlah sesuai dengan keadaan aslinya
B.
Tahap Pekerjaan Lapangan
1.
Memahami Latar
Penelitian dan Persiapan Diri
1)
Pembatasan
latar penelitian
Untuk memasuki pekerjaan lapangan,
peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. Peneliti hendaknya
mengenal adanya latar terbuka dan latar tertutup disamping itu, peneliti
hendaknya tahu menempatkan diri, apakah sebagai peneliti yang dikenal atau yang
tidak dikenal.
2) Penampilan
Peneliti hendaknya menyesuaikan
penampilannya dengan kebiasaan adat, tata cara, dan kultur latar penelitian.
Penampilan fisik seperti cara berpakaian pun hendaknya diberi perhatian secara
khusus oleh peneliti.
Penampilan fisik bukan hanya
ditampakkan melalui cara berpakaian dapat pula diperhatikan melalui cara
bertingkah laku. Peneliti hendaklah menjaga perasaan orang-orang yang menjadi
subjeknya agar mereka tidak merasa terganggu, merasa tidak senang, atau
merasa diabaikan. Untuk melakukan dan menunjukkan penampilan fisik seperti itu,
peneliti hendaknya mempersiapkan diri secara mental persiapan mental maupun
fisik hendaknya didahului dengan memahami etika penelitian tersebut.
3)
Pengenalan
hubungan peneliti dilapangan
Bila penliti telah lama bekerja pada
latar penelitian, biasanya para anggota masyarakat atau subjek penelitian ingin
mngenali terlebih dalam tentang pribadinya. Peneliti hendaknya selektif artinya
tahu membedakan mana informasi yang diperlukan dan tahu menghindari sesuatu
yang dapat yang telah mempengaruhi data. Tugas peneliti ialah pengumpulan
informasi yang relavan sebanyak mungkin dari sudut pandang subjek tanpa
mempengaruhi mereka. Dipihak lain peneliti hendaknya menganggap bahwa dalam
mengumpulkan data, baik dari tingkatan atas, bawah, kaya, maupun miskin.
4)
Jumlah waktu
studi
Faktor waktu dalam penelitian cukup
menentukan, jika tidak diperhatikan oleh peneliti, ada kemungkinan peneliti
demikian asyik dan tenggelam kedalam kehidupan orang-orang pada latar
penelitian sehingga waktu yang direncanakan itu menjadi berantakan. Mengenai
pembatasan waktu pada dasarnya peneliti sendirilah yang perlu menentukan
pembagian waktu agar waktu yang digunakan dilapangan seefisien dan seefektif
mungkin. Peneliti hendaklah perpegang pada tujuan, masalah, dan jadwal yang
telah disusun sebelumnya.
2.
Memasuki
Lapangan
a)
Keakraban
hubungan
Keakraban pergaulan dengan subjek
perlu dipelihara bahkan sampai sesudah tahap pengumpulan data. Jangan sampai
terjadi seorang subjek dalam hubungan keakraban itu merasa dirugikan, misalnya
penliti barang kali tampak terlalu dekat dengan lawannya. Dalam hubungan
pergaulan ketika pengumpulan data mungkin saja terjadi seorang pemimpin
kelompok atau masyarakat yang diwawancarai tidak bersedia, kurang waktu,
kemudian ia menunjuk orang lain sebagai penggantinya.
b)
Mempelajari
bahasa
Peneliti perlu dianjurkan agar
mempunyai buku catatan khusus. Ia hendaknya secepatnya mencatat dan menanyakan
makna tertentu dari yang didengar jika pada saat itu ia tidak mengerti. Yang
jelas, bahasa lisan ataupun tertulis, verbal maupun non-verbal merupakan
wahana seseorang untuk mengungkapkan perasaannya. Oleh karena itu,perhatikan
khusus pada upaya mempelajari bahasa merupakan kegiatan yang mau tidak mau
hanya dilakukan peneliti.
c)
Peranan
peneliti
Dari segi penelitian biasanya
terbawa oleh arus kesenangan, misalnya senang main catur, sifat dan sikap,
serta tujuan penelitiannya, peran serta peneliti biasanya diarahkan oleh
hal-hal tersebut. Sering terjadi bahwa peranserta peneliti baru dapat terwujud
seutuhnya apabila ia membaur secara fisik dengan kelompok komunitas yang
ditelitinya. Kadang-kadang dengan jalan memberikan bantuan tertentu barulah ia
diterimah peransertanya. Apapun dan bagaimana pun peranan yang dapat dimainkan
oleh peneliti, hendaknya disadari dan diperhatikan bahwa tugas utamanya adalah
mengumpulkan informasi.
3.
Berperan- serta
Sambil Mengumpulkan Data
a)
Pengaruh batas
studi
Peneliti hendaknya memperhitungkan
pula keterbatasan waktu, tenaga, dan mungkin biaya sehingga ia tidak sampai
terpancing untuk mengikuti arus kegiatan masyarakat atau orang pada latar
penelitian. Faktor-faktor pembatas tersebut hendaknya selalu dijadikan
pertimbangan untuk memutuskan apakah mengikuti permulaan, sebagai, separuh,
atau seluruh kegiatan suatu peristiwa sosial. Peneliti hendaknya menjadwalkan
topik kegiatan apa saja yang dapat diikuti. Jika hal itu dilakukan, peneliti
dapat melakukan pengendalian dirinya sendiri pada seluruh lingkungan latar
penelitian.
b)
Mencatat data
Alat penelitian penting yang
biasanya yang digunakan adalah catatan lapangan. Catatan lapangan tidak lain
adalah catatan yang dibuat oleh peneliti sewaktu mengadakan pengamatan,
wawancara, atau menyaksikan suatu kejadian tertentu biasanya catatan lapangan
dibuat dalam bentuk kata-kata kunci, singkatan, pokok-pokok utama saja,
kemudian dilengkapi dan disempurnakan apabila sudah pulang ke tempat tinggal.
c)
Petunjuk
tentang cara mengingat data
Penelitian tidak dapat melakukan
pengamatan sambil membuat catatan yang baik, tidak dapat membuat catatan yang
baik sambil mengadakan wawancara secara mendalam dengan seseorang. Alat perekam
seperti perekam video kaset akan besar manfaatnya jika tersedia dan subjek
tidak berkeberatan.
Dikemukakan beberapa petunjuk
tentang cara mengingat data seperti yang dikemukakan oleh Bogdan (1972:41-42)
sebagai berikut:
1)
Buatlah catatan
secepatnya,jangan menunda-nunda pekerjaan
2)
Jangan bicara
dengan orang lain terlebih dahulu tentang hasil pengamatan sebelum peneliti
menuangkannya ke dalam catatan lapangan
3)
Usahakan agar
tidak terjadi gangguan sewaktu peneliti menulis,mengetik,atau mendengarkan
serta menyalin hasil rekaman dari perekam kaset
4)
Usahakan untuk
menggambarkan dalam diagram keadaan fisik yang diamati atau struktur organisasi
yang ditemui
5)
Buatlah garis
besar yang berisi judul-judul tentang sesuatu yang ditemui dalam suatu
pengamatan atau wawancara yang cukup lama dilakukan
6)
Dalam jadwal
yang disusun hendaknya disisakan banyak waktu sesudah pengamatan atau wawancara
yang dipergunakan untuk menulis catatan lapangan
7)
Mencatat apa
yang dikatakan oleh subjek secara verbatim hendaknya
8)
Sering apa yang
telah dilakukan atau yang diamati terlupakan sesudah beberapa hari berlalu
d)
Kejenuhan,
keletihan dan istirahat
Menghadapi pekerjaan yang itu-itu
juga, tidak bervariasi serta menekuninya secara terus menerus biasanya pada
saat-saat tertentu menimbulkan perasaan jenuh dan bosan apabila penelitian
bekerja terus-menerus sepanjang hari bahkan sering sampai larut malam. Jika
sudah demikian, satu-satunya jalan yang harus ditempuh ialah beristirahat
secukupnya.
e)
Meneliti suatu
latar yang didalamnya terdapat pertentangan
Dalam hal ini peneliti hendaknya
berusaha sekuat tenaga agar tetap netral, tidak memihak, dan sejauh mungkin
menengai persoalan yang terjadi. Jika pun peneliti dapat mencari jalan untuk
mendamaikan kedua kelompok yang bertikai tanpa ada pihak yang merasa dirugikan
hal ini akan baik sekali. Masalah yang dihadapi apabila pertentangan tetap
terjadi dan tetap berlangsung ialah situasi yang akan menyulitkan peneliti
dalam mencari informasi yang benar
f)
Analisis di
lapangan
Hipotesis kerja mungkin sudah atau
belum muncul pada waktu peneliti sudah berada dilapangan. Apabila peneliti
sudah mulai mencatat sudah mulai memberikan kode pada data, akan tampak bahwa
ada kecocokan atau ketidak cocokan dengan hipotesis kerja yang telah dirumuska
sewaktu pertama kali berada dilapangan. Hal demikian pada dasarnya merupakan
sebagaian dari pekerjaan analisis data selama berada pada latar penelitian yang
tentunya masih akan diperdalam sesudah meninggalkan lapangan dan mulai
mengadakan analisis data secara intensif.
BAB II
MENULIS LATAR BELAKANG YANG BAIK
Menjelaskan konsep dalam penelitian
kualitatif ditujukan untuk menjelaskan operasional fenomena-fenomena
penelitian. Untuk merancang konsep penelitian kualitatif memang sering
mengalami kesulitan bila dibandingkan ketika mengkonsepsilkan konsep penelitian
kuantitatif. Hal ini disebabkan fenomena penelitian kualitatif umumnya adalah
kasus-kasus tertentu yang tidak bisa digeneralisasi. Karena konsep penelitian
bersifat kasuistik, maka kepekaan penelitian dalam merancang konsep penelitian
harus semakin tajam dan mengkristal pada persoalan operasionalisasi yang lebih
konkret dalam mengurai persoalan makna dibalik fenomena yang tampak. Jadi
umpamanya, ketika konsep penelitian berhubungan dengan perilaku birokrasi dalam
implementasi kebijakan publik, sebagaimana umumnya tema-tema penelitian dalam
kebijakan publik, maka konsep perilaku birokrasi dapat berupa “Makna
tindakan birokrasi dalam implementasi”, makna “keputusan-keputusan
birokrasi dalam implementasi”, makna pilihan-pilihan birokrasi dalam
implementasi.
Merancang konsep dalam penelitian
kualitatif adalah suatu makna kognitif, atau makna sosiologis yang hidup dalam
alam pikiran informasi dan subjek-objek penelitian. Bukan suatu konsep yang
justru ditawarkan oleh peneliti untuk dikembangkan saat pengumpulan data. Dalam
hal ini persoalan etik dan emik menjadi dua konsep yang harus dapat dipisahkan
oleh peneliti saat berada dilapangan ataupun saat menganalisis hasil-hasil
penelitian. Etik adalah norma dan nilai, berhubungan dengan apa yang seharusnya
dilakukan, sedangkan emik berhubungan dengan apa yang dipahami, dimaknai, dan
dirasakan oleh informasi dan subjek objek penelitian sebagaimana yang mereka
maksudkan. Jadi, konsep penelitian kualitatif menjelaskan dan merumuskan
pemahaman makna tentang emik, bukan etik. Konsep emik akan mengungkapkan dunia
rasional pemaknaan informasi dan subjek-objek penelitian terhadap diri mereka
dan lingkungannya terhadap fenomena yang menjadi realitas sosial yang diteliti.
BAB III
MENULIS RUMUSAN MASALAH YANG BAIK
Rumusan masalah merupakan bentuk
pertanyaan yang dapat memandu penelitian untuk mengumpulkan data di lapangan.
Berdasarkan level of explanation suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga
bentuk rumusan masalah, yaitu rumusan masalah deskriptif ,komporatif dan
asosiatif.
1.
Rumusan masalah
deskriptif
Adalah suatu rumusan masalah yang
memandu penelitian untuk mengeksplorasi atau memotret situasi sosial yang akan
diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam.
Contoh: Bagaimanakah profil pendidikan di indonesia ?
2.
Rumusan masalah
komporatif
Adalah rumusan masalah yang memandu
penelitian untuk membandingkan antara koteks sosial atau domain satu
dibandingkan dengan yang lain.
Contoh: Adakah perbedaan dinamika murid di kelas yang
diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi ?
3.
Rumusan masalah
asosiatif
Adalah rumusan masalah yang memandu
penelitian untuk mengkonstruksi hubungan anatara situasi sosial atau domain
satu dengan yang lainnya. Rumusan masalah asosiatif dibagi menjadi tiga yaitu,
hubungan simetris, kausal dan reciprocal atau interaksi.
Hubungan simetris adalah hubungan
suatu gejala yang munculnya bersama sehingga bukan merupakan hubungan sebab
akibat atau interaksi. Contoh: Adakah hubungan antara kupu-kupu yang datang kerumah
dengan kedatangan tamu. Adakah hubungan antara kejatuhan binatang cecak dengan
musibah keluarga ? Adakah hubungan antara menabrak kucing dengan kemungkinan
mendapat kecelakaan ? Adakah hubungan antara puasa sunat (senin kamis) dengan
hasil belajar anak ?
Hubungan kausal adalah hubungan yang
bersifat sebab dan akibat. Hubungan ini merupakan salah satu asumsi ilmu dalam
metode kuantitatif, di mana segala sesuatu itu ada karena ada sebabnya. Dengan
demikian dalam paradigma penelitian selalu ada variabel independen sebagai
penyebab dan variabel dependen sebagai akibat. Contoh: Adakah pengaruh insentif
terhadap kinerja guru? Adakah pengaruh gaya kepemimpinan dengan kedisiplinan
murid?
Selanjutnya hubungan reciprocal
adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam penelitian kualitatif hubungan
yang diamati atau ditemukan adalah hubungan yang bersifat reciprocal atau
interaktif. Contoh: Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan
jenjang pendidikan masyarakat. Hubungan ini merupakan hubungan interaktif
karena dengan adanya radio maka masyarakat lebih terbuka mendapat berbagai
informasi. Dengan informasi ini, maka aspirasi untuk memperoleh pendidikan
semakin tinggi. Selanjutnya dengan pendidikan yang tinggi akan mendapatkan
pekerjaan dengan penghasilan yang memadai sehingga dapat digunakan untuk
membeli radio. Contoh: Bagaimanakah antara peran orang tua,guru dan murid dalam
pembentukan kepribadian anak?
Dalam penelitian kualitatif seperti
yang dikemukakan,rumusan masalah yang merupakan fokus penelitian masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian masuk lapangan atau situasi
sosial tertentu. Namun demikian setiap peneliti baik kuantitatif maupun
kualitatif harus membuat rumusan masalah. Pertanyaan penelitian kualitatif
dirumuskan dengan maksud untuk lebih memahami gejala yang masih remang-remang,
tidak teramati, dinamis, dan kompleks, sehingga setelah peneliti menjadi lebih
jelas apa yang ada dalam situasi sosial tersebut. Peneliti yang menggunakan
pendekatan kualitatif, pada tahap awal penelitiannya, kemungkinan belum
memiliki gambaran yang jelas tentang aspek-aspek masalah yang akan ditelitinya.
Ia akan mengembangkan fokus penelitian sambil mengumpulkan data.
BAB IV
FUNGSI TEORI KAJIAN PUSTAKA
Pada dasarnya landasan teoristis
dari penelitian kualitatif itu bertumpu secara mendasar pada fenomenologi.
Karena itu bada bagian ini fenomenologi dijadikan sebagai dasar teoretis utama
sedangkan yang lainnya yaitu interaksi simbolik, kebudayaan, dan etnometodologi
dijadikan sebagai dasar tambahan yang melatarbelakangi secara teoretis
penelitian kualitatif.
Seorang peneliti yang mengadakan
penelitian kualitatif biasanya (yang lazim pada penelitian klasik) berorientasi
pada teori yang sudah ada. Pada penelitian kualitatif, teori dibatasi pada
pengertian: suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat
proposisi yang berasal dari data dan diuji kembali secara empiris. Dalam uraian
tentang dasar teori tersebut, bagdan dan biklen (1982:30) menggunakan paradigma
diartikan sebagai kumpulan longgar tentang asumsi yang secara logis dianut
bersama, konsep, atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan cara
penelitian. Orientasi atau perspektif teoretis adalah cara memandang dunia,
asumsi yang dianut orang tentang sesuatu yang penting, dan apa yang membuat
dunia bekerja. Dalam suatu penelitian,apakah dinyatakan secara eksplesit atau
tidak, biasanya paradigma penelitian atau orientasi teoretis tertentu
mengarahkan pelaksanaan penelitian itu. Penelitian yang baik menyadari dasar
orientasi teoritisnya dan memanfaatkan nya dalam pengumpulan dan analisis data.
Teori membantu menghubungkannya dengan data. Pada bagian berikut dikemukakan beberapa
kemungkinan teori yang menunjang pendekatan kualitatif namun yang menjadi
landasan pokoknya adalah fenomenoogi
BAB V
MANFAAT METODELOGI PENELITIAN
Mahasiswa, dosen, profesional,
pusat penelitian dan pemerintah banyak melakukan penelitian sosial .Oleh karena
itu, tiap orang yang juga mempelajari dan terlibat dalam kegiatan sosial dan
praktik organisasional disemua bidang fungsional memerlukan pelatihan dalam
metode penelitian. Para mahasiswa dapat menyusun sikripsi, tesis, disertasi,
atau tugas akhir dengan baik dan benar jika mereka memiliki ketrampilan dalam
metode penelitian. Ada beerapa keuntungan mempelajari dan memiliki ketrampilan
di bidang penelitian sosial. Jika anda mencari informasi yang dibutuhkan untuk
membuat keputusan, anda dituntut memiliki pengetahuan dan ketrampilan dibidang
metode penelitian. Hal ini disebabkan jika anda memiliki tingkat ketrampilan
penelitian terbatas, anda tidak akan mendapat informasi yang dapat diandalkan.
Jika anda menelia secara benar bahwa
hasil penelitian orang lain bermutu, dengan menggunakan hasil penlitian
tersebut, mutu pengambilan keputusan peneliti akan lebih baik. Untuk menilai
apakah hasil suatu penelitian bermutu atau tidak layak atau tidak untuk
digunakan dalam pengambilan keputusan, diperlukan pengetahuan dan ketrampilan
bidang metode penelitian sosial ini berarti bahwa penguasaan metode ilmiah
merupakan persyaratan untuk dapat memahami jalan pikiran yang terdapat dalam
langka-langka penelitian. Makin luas pemahaman seseorang terhadap proses-proses
metode ilmiah, akan semakin tambah pula ketrampilannya dalam mengembangkan
rencana penelitian ilmiah.
Menurut beberapa sumber kegunaan/fungsi metode
penelitian:
1) Manfaat metode
penelitian dapat dikemukakan dalam dua sisi
a) Manfaat teoritis
Penelitian ini
diharapkan memberikan manfaat secara teoritis sekurang-kurangnya dapat
digunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan
b) Manfaat praktis
Menambah
wawasan penulis untuk melanjutkan dijadikan acuan dalam berprilaku yang baik
dan benar
EmoticonEmoticon