logo blog

Sunday, October 8, 2017

KONSEP STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL


BAB I

PENDAHULUAN



A.                Latar Belakang

Ketika kita membicarakan tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari masalah peserta didik, pendidik/guru, manajemen pendidikan, kurikulum, fasilitas, proses belajar mengajar, dan lain sebagainya. Salah satu masalah yang banyak dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah lemahnya kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya banyak peserta didik yang ketika lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi mereka miskin aplikasi.

Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[1]

Sesuai fungsi pendidikan nasional tersebut terletak juga tanggung jawab guru untuk mampu mewujudkannya melalui pelaksanaan proses pembelajaran yang mampu bermutu dan berkualitas. Salah satu strategi yang dapat dipergunakan guru untuk memperbaiki mutu dan kualitas proses pembelajaran adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

CTL lebih menekankan pada pembelajaran dengan model siswa mengkonstruk sendiri pengetahuannya tanpa dominasi transfer ilmu dari guru. Dengan begitu siswa diharapkan akan menjadi terampil dalam memecahkan sendiri segala persoalan dalam kehidupnya kelak. Terdapat tujuh komponen dalam pembelajaran kontekstual/ CTL, yaitu a) konstruktivisme, b) inquiry, c) questioning, d) learning community, e) Modeling, f)reflection, dan g) authentic assesment. Masing-masing komponen tersebut akan dibahas lebih jelas dalam makalah ini.

Makalah ini secara khusus akan membahas pengertian model pembelajaran kontekstual, dasar pemikirannya, komponen-komponennya, prinsip dasar pembelajaran kontekstual, karakteristik pembelajaran kontekstual, dan penerapan pembelajaran kontekstual. Dalam pembahasan ini diharapkan, makalah ini memberikan kontribusi yang berarti bagi dunia pendidikan pada umumnya. lebih khusus lagi bagi penulis pribadi yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dengan peran sebagai guru.



B.                 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1.                  Apa pengertian dari model pembelajaran kontekstual ?

2.                  Apa konsep dasar dari model pembelajaran kontekstual ?

3.                  Apa saja komponen dalam model pembelajaran kontekstual ?

4.                  Bagaimana strategi implementasi dalam pembelajaran kontekstual ?



C.                Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari pembuatan makalah adalah :

1.                  Untuk mengetahui apa pengertian dari model pembelajaran kontekstual

2.                  Untuk mengetahui konsep dasar dari model pembelajaran kontekstual

3.                  Untuk mengetahui apa saja komponen dalam model pembelajaran kontekstual

4.                  Untuk mengetahui bagaiaman strategi implementasi dalam model pembelajaran kontekstual





BAB II

PEMBAHASAN



A.                Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual

Model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching And Learning/CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru dalam proses pembelajaran dengan mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan motivasi siswa yang membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, warga Negara dan tenaga kerja.[2] CTL juga merupakan sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna dengan menghubungakan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.

Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami. Siswa dapat belajar dengan baik jika dihadapkan dengan masalah aktual, sehingga dapat menemukan kebutuhan real dan minatnya.[1] CTL didesain dengan melibatkan siswa mengalami dan menerapkan apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung  jawab mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, warga negara dan tenaga kerja. Hal ini memungkinkan siswa mengaitkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademik mereka dalam memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang stimulisasi.

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kontekstual (CTL) adalah pembelajaran yang memiliki hubungan yang erat dengan pengalaman yang sesungguhnya. Dan ini merupakan suatu proses kompleks dan banyak fase yang berlangsung jauh melampaui drill-oriented dan metodologi stimulus-response.



B.                 Konsep Dasar Model Pembelajaran Kontekstual

Konsep dasar pembelajaran kontekstual adalah bagaimana siswa dapat mengembangkan cara belajarnya sendiri dan selalu mengaitkan dengan apa yang telah diketahui dan apa yang ada di masyarakat, yaitu aplikasi dan konsep yang dipelajari. Adapun konsep dasar pembelajaran kontekstual secara terperinci adalah sebagai berikut[3]:

1.      Menekankan pada pemecahan masalah

2.      Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti rumah, masyarakat dan tempat kerja

3.      Mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehingga menjadi pembelajar yang aktif dan terkendali

4.      Menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa

5.      Mendorong siswa belajar dari satu dengan lainnya dan belajar bersama-sama

Pembelajaran kontekstual ini membantu siswa dapat menguasai tiga hal, yaitu :

1.      Pengetahuan, yaitu apa yang ada di pikirannya membentuk konsep, definisi, teori dan fakta

2.      Kompetensi atau keterampilan, yaitu kemampuan yang dimiliki untuk bertindak atau sesuatu yang dapat dilakukan

3.      Pemahaman kontekstual, yaitu mengetahui waktu dan cara bagaimana menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata.



C.                Komponen Dalam Model Pembelajaran Kontekstual

Penerapan pembelajaran kontekstual ini memiliki 7 (tujuh) komponen utama pembelajaran efektif. Ketujuh komponen ini adalah sebagai berikut[4] :



1.         Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara belajar sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Siswa membangun pemahaman  mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. Dan pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.

Terdapat 5 (lima) elemen belajar yang konstruktivistik, yaitu (1) pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), (2) pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge), (3) pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), (4) mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman (applying knowledge), dan (5) melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut (reflecting knowledge).



2.         Inquiry (menemukan)

Inquiry (menemukan),  yaitu melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik. Siswa diminta untuk menangani sendiri permasalahan yang mereka hadapi ketika berhadapan dengan dunia nyata.[6] Dalam pembelajaran ini terdapat proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman serta siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis.



3.         Questioning (Bertanya)

Bertanya, yaitu mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan cara bertanya. Melalui cara ini, siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan mandiri. Siswa dirangsang untuk mengembangkan idenya dan pengujian baru yang inovatif, mengembangkan metode dan teknik untuk bertanya, bertukar pendapat dan berinteraksi. Dengan kegiatan bertanya ini , guru mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.



4.         Learning Community (Masyarakat Belajar)

Masyarakat belajar yaitu menciptakan masyarakat belajar dalam suatu kelompok. Siswa hidup dalam lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolahnya, sehingga ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya untuk mengembangkan pembahaman pembelajaran kontekstual. Misalnya dalam pembelajaran kontekstual siswa diajak ke sawah untuk melihat langsung bagai mana proses penanaman padi hingga panen dan menjadi beras. Dalam pembentukan masyarakat belajar  terdapat konsep bahwa bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri, tukar pengalaman, dan berbagi ide.



5.         Modeling (Pemodelan)

Pemodelan adalah menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Siswa menjadi mudah dalam belajar dan memahami  jika guru menyajikan baginya sebuah model bukan hanya berbentuk lisan. Siswa akan mampu mengamati dan mencontoh apa yang ditunjukkan oleh guru.



6.         Reflection (Refleksi)

Refleksi yaitu melakukan refleksi akhir pertemuan pembelajaran. Refleksi ini merupakan ringkasan dari materi pembelajaran yang telah disampaikan guru. Siswa mengungkapkan secara tulisan maupun lisan apa yang telah mereka pelajari. Dalam menyimpulkan siswa dapat melakukannya dalam bentuk catatan apa yang telah dipelajariatau  membuat jurnal, karya seni, dan /atau diskusi kelompok



7.         Authentic Assesment (Penilaian yang sebenarnya)

Penilaian sebenarnya, yaitu melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Tujuannya adalah mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa melalui penilaian produk (kinerja) atau tugas-tugas yang relevan dan kontekstual.



D.                Strategi Implementasi Dalam Pembelajaran Kontekstual

Kegiatan mengajar merupakan salah satu kegiatan mengatur agar tercipta suatu sistem lingkungan belajar. Caranya dengan memanfaatkan media lingkungan yang ada di sekitar sekolah sehingga proses belajar menjadi menyenangkan bagi siswa dan guru, agar tercipta suatu system lingkungan belajar. Perlu diupayakan proses belajar mengajar yang mengacu pada peserta didik yang dinamis, kreatif, suasana senang dan interaktif antara siswa dan guru. Dengan kata lain, proses belajar mengajar merupakan proses komulatif antara guru sebagai pemberi pesan, pengetahuan, keterampilan dan sikap serta budi pekerti yang bermoral tinggi dengan siswa sebagai peserta didik. Pada umumnya guru menyampaikan pesan dengan metode konvensional yaitu dengan ceramah. Dengan metode ini siswa sukar menangkap materi atau kehilangan kebermakanaannya meskipun materi yang diberikan sedikit dan tidak banyak memerlukan hafalan. Maka diperlukan suatu pendekatan yang sesuai, salah satunya adalah pendekatan kontekstual.

Lingkungan dan alat peraga dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran, selain itu yang lebih penting adalah penggunanan teknik dan metodologi pengajaran guru. Pendekatan kontekstual dapat menghilangkan kesan “seram” pada matematika, suasana mencekam, siswa pasif dan tidak interaktif. Dalam pelaksanaannya rancangan pembelajaran mengacu pada[5] :

1.      Pembelajaran dimulai dari hal konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke yang sulit dan dari yang sederhana ke yang kompleks

2.      Siswa diarahkan memiliki kemampuan untuk menggunakan prinsip teorema Phytagoras dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan dan media yang tepat

3.      Pelaksanaan pembelajaran memperhatikan pengoptimalan media yang mengarah pada pelibatan siswa secara aktif baik fisik, mental maupun sosial.

Pembelajaran matematika kontekstual dapat menggunakan beberapa media antara lain: Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berkarakteristik CTL, kartu masalah dan pemanfaatan lingkungan belajar.

1.         LKS berkarakteristik CTL

LKS ini merupakan pendukung pelaksanaan pembelajaran. Pengerjaan LKS ini dilaksanakan secara kelompok. Media ini dibuat sebagaimana LKS yang sudah ada tapi berkarakteristik CTL, dimana siswa diarahkan untuk melakukan penemuan (inquiry) dan pemecahan masalah (problem solving)

2.         Kartu masalah

Media ini berupa kartu yang mencantumkan masalah untuk diselesaikan oleh siswa. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan sehari-hari yang berhubungan dengan penggunaan materi yang diajarkan. Penggunaan kartu ini dimaksudkan untuk mengatasi keterbatasan ruang, dan lingkungan belajar siswa tanpa menghilangkan esensinya. 

3.         Lingkungan belajar

Penggunaan lingkungan belajar merupakan salah satu solusi dari keterbatasan prasarana belajar. Pada pelaksanannya digunakan beberapa benda yang ada di kelas sebagai media dan alat peraga. Penggunaannya dikaitkan dengan penggunaan LKS. Beberapa benda yang digunakan antara lain: meja, buku tulis, pigura dan lain-lain yang dimanfaatkan siswa.



BAB III

PENUTUP



A.                Kesimpulan

Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :

1.      Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah pembelajaran yang memiliki hubungan yang erat dengan pengalaman yang sesungguhnya. Dan ini merupakan suatu proses kompleks dan banyak fase yang berlangsung jauh melampaui drill-oriented dan metodologi stimulus-response.

2.      Pembelajaran kontekstual ini memiliki 7 (tujuh) komponen utama yaitu, a) konstruktivisme, b) inquiry, c) questioning, d) learning community, e) Modeling, f)reflection, dan g) authentic assesment.

3.      Konsep dasar pembelajaran kontekstual adalah : 1) penekanan pada pemecahan masalah; 2) pengenalan pembelajaran berbagai konteks; 3) pemantauan dan pengarahan belajar aktif dan terkendali; 4) penekanan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa; 5) mendorong siswa belajar bersama; 6) penilaian otentik. Pembelajaran kontekstual dapat membantu siswa menguasai tiga hal, yaitu : pengetahuan, kompetensi/ keterampilan, dan pemahaman kontekstual.

4.      Penerapan pembelajaran kontekstual ini lebih cocok untuk materi-materi pelajaran yang mudah ditemui/ diamati dalam kehidupan dunia nyata. Pembelajaran kontekstual dalam materi Pendidikan Agama Islam (PAI), misalkan saja pembelajaran tentang materi Fikih dalam bab muamalah, maka guru dapat mengajak siswanya pegi ke pasar dan mengamati bagaimana trasnsaksi jual beli itu berlangsung. Dengan begitu siswa akan lebih memahami bagaimana penerapan muamalah yang benar sesuai dengan materi yang ia terima dari gurunya. Pada sesi akhir pembelajaran, guru bersama para siswa melakukan kesimpulan dari hasil pembelajaran tersebut.



B.                 Saran

Dalam pembahasan ini diharapkan, makalah ini memberikan kontribusi yang berarti bagi dunia pendidikan pada umumnya. lebih khusus lagi bagi penulis pribadi yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dengan peran sebagai guru.



DAFTAR PUSTAKA

Http://ahmadaaye.blogspot.com/model-dan -strategi-pembelajaran-pai// di akses pada tanggal 14 September 2017

Http://gudangpengetahuan.com/komponen-pembelajaran-kontekstual// di akses pada tanggal 14 September 2017

Menurut Elaine B. Johnson (Riwayat,2008)

Http://Manorarjunes.blogspot.com/model-pembelajaran-pai// di akses pada tanggal 14 September 2017

(UU Sisdiknas, 2003).





[1] (UU Sisdiknas, 2003).

[2] Menurut Elaine B. Johnson (Riwayat,2008), 
[3] Http://Manorarjunes.blogspot.com/model-pembelajaran-pai// di akses pada tanggal 14 September 2017

[4] Http://gudangpengetahuan.com/komponen-pembelajaran-kontekstual// di akses pada tanggal 14 September 2017

[5] Http://ahmadaaye.blogspot.com/model-dan -strategi-pembelajaran-pai// di akses pada tanggal 14 September 2017


EmoticonEmoticon