BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ketika kita membicarakan tentang pendidikan, kita
merasa bahwa kita sedang membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat
luas. Mulai dari masalah peserta didik, pendidik/guru, manajemen pendidikan,
kurikulum, fasilitas, proses belajar mengajar, dan lain sebagainya. Salah satu
masalah yang banyak dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah lemahnya
kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah. Dalam proses
pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk
menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai
informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya banyak peserta didik
yang ketika lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi
mereka miskin aplikasi.
Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[1]
Sesuai fungsi pendidikan nasional tersebut terletak
juga tanggung jawab guru untuk mampu mewujudkannya melalui pelaksanaan proses
pembelajaran yang mampu bermutu dan berkualitas. Salah satu strategi yang dapat
dipergunakan guru untuk memperbaiki mutu dan kualitas proses pembelajaran
adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL).
CTL lebih menekankan pada pembelajaran dengan model
siswa mengkonstruk sendiri pengetahuannya tanpa dominasi transfer ilmu dari
guru. Dengan begitu siswa diharapkan akan menjadi terampil dalam memecahkan
sendiri segala persoalan dalam kehidupnya kelak. Terdapat tujuh komponen dalam
pembelajaran kontekstual/ CTL, yaitu a) konstruktivisme, b) inquiry,
c) questioning, d) learning community, e) Modeling,
f)reflection, dan g) authentic assesment. Masing-masing komponen tersebut
akan dibahas lebih jelas dalam makalah ini.
Makalah ini secara khusus akan membahas pengertian
model pembelajaran kontekstual, dasar pemikirannya, komponen-komponennya,
prinsip dasar pembelajaran kontekstual, karakteristik pembelajaran kontekstual,
dan penerapan pembelajaran kontekstual. Dalam pembahasan ini diharapkan,
makalah ini memberikan kontribusi yang berarti bagi dunia pendidikan pada
umumnya. lebih khusus lagi bagi penulis pribadi yang berkecimpung dalam
dunia pendidikan dengan peran sebagai guru.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.
Apa pengertian dari model pembelajaran
kontekstual ?
2.
Apa konsep dasar dari model pembelajaran
kontekstual ?
3.
Apa saja komponen dalam model
pembelajaran kontekstual ?
4.
Bagaimana strategi implementasi dalam
pembelajaran kontekstual ?
C.
Tujuan
Masalah
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah adalah :
1.
Untuk mengetahui apa pengertian dari model
pembelajaran kontekstual
2.
Untuk mengetahui konsep dasar dari model
pembelajaran kontekstual
3.
Untuk mengetahui apa saja komponen dalam
model pembelajaran kontekstual
4.
Untuk mengetahui bagaiaman strategi
implementasi dalam model pembelajaran kontekstual
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching And Learning/CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru
dalam proses pembelajaran dengan mengaitkan konten mata pelajaran dengan
situasi dunia nyata dan motivasi siswa yang membuat hubungan antara pengetahuan
dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat,
warga Negara dan tenaga kerja.[2]
CTL juga merupakan sebuah sistem yang
merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna dengan
menghubungakan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.
Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami. Siswa
dapat belajar dengan baik jika dihadapkan dengan masalah aktual, sehingga dapat
menemukan kebutuhan real dan minatnya.[1] CTL didesain dengan melibatkan siswa
mengalami dan menerapkan apa yang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah
dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka
sebagai anggota keluarga, masyarakat, warga negara dan tenaga kerja. Hal ini
memungkinkan siswa mengaitkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan
ketrampilan akademik mereka dalam memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau
masalah-masalah yang stimulisasi.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran
kontekstual (CTL) adalah pembelajaran yang memiliki hubungan yang erat dengan
pengalaman yang sesungguhnya. Dan ini merupakan suatu proses kompleks dan
banyak fase yang berlangsung jauh melampaui drill-oriented dan
metodologi stimulus-response.
B.
Konsep
Dasar Model Pembelajaran Kontekstual
Konsep dasar pembelajaran kontekstual adalah bagaimana
siswa dapat mengembangkan cara belajarnya sendiri dan selalu mengaitkan dengan
apa yang telah diketahui dan apa yang ada di masyarakat, yaitu aplikasi dan
konsep yang dipelajari. Adapun konsep dasar pembelajaran kontekstual secara
terperinci adalah sebagai berikut[3]:
1. Menekankan pada pemecahan masalah
2. Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai
konteks seperti rumah, masyarakat dan tempat kerja
3. Mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan
belajarnya sehingga menjadi pembelajar yang aktif dan terkendali
4. Menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa
5. Mendorong siswa belajar dari satu dengan lainnya dan
belajar bersama-sama
Pembelajaran kontekstual ini membantu siswa dapat
menguasai tiga hal, yaitu :
1. Pengetahuan, yaitu apa yang ada di pikirannya
membentuk konsep, definisi, teori dan fakta
2. Kompetensi atau keterampilan, yaitu kemampuan yang
dimiliki untuk bertindak atau sesuatu yang dapat dilakukan
3. Pemahaman kontekstual, yaitu mengetahui waktu dan cara
bagaimana menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata.
C.
Komponen
Dalam Model Pembelajaran Kontekstual
Penerapan pembelajaran kontekstual ini memiliki 7
(tujuh) komponen utama pembelajaran efektif. Ketujuh komponen ini
adalah sebagai berikut[4]
:
1.
Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah mengembangkan pemikiran siswa
akan belajar lebih bermakna dengan cara belajar sendiri, menemukan sendiri, dan
mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Siswa membangun
pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada
pengetahuan awal. Dan pembelajaran harus dikemas menjadi proses
“mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.
Terdapat 5 (lima) elemen belajar yang
konstruktivistik, yaitu (1) pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating
knowledge), (2) pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge),
(3) pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), (4) mempraktekkan
pengetahuan dan pengalaman (applying knowledge), dan (5) melakukan
refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut (reflecting
knowledge).
2.
Inquiry (menemukan)
Inquiry (menemukan), yaitu melaksanakan sejauh
mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik. Siswa diminta untuk menangani
sendiri permasalahan yang mereka hadapi ketika berhadapan dengan dunia nyata.[6] Dalam pembelajaran ini terdapat proses perpindahan
dari pengamatan menjadi pemahaman serta siswa belajar menggunakan
keterampilan berpikir kritis.
3.
Questioning (Bertanya)
Bertanya, yaitu mengembangkan sifat ingin tahu siswa
dengan cara bertanya. Melalui cara ini, siswa akan mampu menjadi pemikir yang
handal dan mandiri. Siswa dirangsang untuk mengembangkan idenya dan pengujian
baru yang inovatif, mengembangkan metode dan teknik untuk bertanya, bertukar
pendapat dan berinteraksi. Dengan kegiatan bertanya ini , guru mendorong,
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
4.
Learning Community (Masyarakat Belajar)
Masyarakat belajar yaitu menciptakan masyarakat
belajar dalam suatu kelompok. Siswa hidup dalam lingkungan masyarakat dan
lingkungan sekolahnya, sehingga ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya
untuk mengembangkan pembahaman pembelajaran kontekstual. Misalnya dalam
pembelajaran kontekstual siswa diajak ke sawah untuk melihat langsung bagai
mana proses penanaman padi hingga panen dan menjadi beras. Dalam pembentukan
masyarakat belajar terdapat konsep bahwa bekerjasama dengan orang lain
lebih baik daripada belajar sendiri, tukar pengalaman, dan berbagi ide.
5.
Modeling (Pemodelan)
Pemodelan adalah menghadirkan model sebagai contoh
pembelajaran. Siswa menjadi mudah dalam belajar dan memahami jika guru
menyajikan baginya sebuah model bukan hanya berbentuk lisan. Siswa akan mampu
mengamati dan mencontoh apa yang ditunjukkan oleh guru.
6.
Reflection (Refleksi)
Refleksi yaitu melakukan refleksi akhir pertemuan
pembelajaran. Refleksi ini merupakan ringkasan dari materi pembelajaran yang
telah disampaikan guru. Siswa mengungkapkan secara tulisan maupun lisan apa
yang telah mereka pelajari. Dalam menyimpulkan siswa dapat melakukannya dalam
bentuk catatan apa yang telah dipelajariatau membuat jurnal, karya
seni, dan /atau diskusi kelompok
7.
Authentic Assesment (Penilaian yang sebenarnya)
Penilaian
sebenarnya, yaitu melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Tujuannya
adalah mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa melalui penilaian
produk (kinerja) atau tugas-tugas yang relevan dan kontekstual.
D.
Strategi
Implementasi Dalam Pembelajaran Kontekstual
Kegiatan mengajar merupakan salah satu kegiatan
mengatur agar tercipta suatu sistem lingkungan belajar. Caranya dengan
memanfaatkan media lingkungan yang ada di sekitar sekolah sehingga proses
belajar menjadi menyenangkan bagi siswa dan guru, agar tercipta suatu system
lingkungan belajar. Perlu diupayakan proses belajar mengajar yang mengacu pada
peserta didik yang dinamis, kreatif, suasana senang dan interaktif antara siswa
dan guru. Dengan kata lain, proses belajar mengajar merupakan proses komulatif
antara guru sebagai pemberi pesan, pengetahuan, keterampilan dan sikap serta
budi pekerti yang bermoral tinggi dengan siswa sebagai peserta didik. Pada
umumnya guru menyampaikan pesan dengan metode konvensional yaitu dengan
ceramah. Dengan metode ini siswa sukar menangkap materi atau kehilangan
kebermakanaannya meskipun materi yang diberikan sedikit dan tidak banyak
memerlukan hafalan. Maka diperlukan suatu pendekatan yang sesuai, salah satunya
adalah pendekatan kontekstual.
Lingkungan dan alat peraga dapat membantu tercapainya
tujuan pembelajaran, selain itu yang lebih penting adalah penggunanan teknik
dan metodologi pengajaran guru. Pendekatan kontekstual dapat menghilangkan
kesan “seram” pada matematika, suasana mencekam, siswa pasif dan tidak
interaktif. Dalam pelaksanaannya rancangan pembelajaran mengacu pada[5] :
1. Pembelajaran dimulai dari hal konkret ke hal yang
abstrak, dari hal yang mudah ke yang sulit dan dari yang sederhana ke yang
kompleks
2. Siswa diarahkan memiliki kemampuan untuk menggunakan
prinsip teorema Phytagoras dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan dan
media yang tepat
3. Pelaksanaan pembelajaran memperhatikan pengoptimalan
media yang mengarah pada pelibatan siswa secara aktif baik fisik, mental maupun
sosial.
Pembelajaran matematika kontekstual dapat menggunakan
beberapa media antara lain: Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berkarakteristik CTL,
kartu masalah dan pemanfaatan lingkungan belajar.
1.
LKS
berkarakteristik CTL
LKS ini merupakan pendukung pelaksanaan pembelajaran.
Pengerjaan LKS ini dilaksanakan secara kelompok. Media ini dibuat sebagaimana
LKS yang sudah ada tapi berkarakteristik CTL, dimana siswa diarahkan untuk
melakukan penemuan (inquiry) dan pemecahan masalah (problem solving)
2.
Kartu masalah
Media ini berupa kartu yang mencantumkan masalah untuk
diselesaikan oleh siswa. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan sehari-hari
yang berhubungan dengan penggunaan materi yang diajarkan. Penggunaan kartu ini
dimaksudkan untuk mengatasi keterbatasan ruang, dan lingkungan belajar siswa
tanpa menghilangkan esensinya.
3.
Lingkungan
belajar
Penggunaan lingkungan belajar merupakan salah satu
solusi dari keterbatasan prasarana belajar. Pada pelaksanannya digunakan
beberapa benda yang ada di kelas sebagai media dan alat peraga. Penggunaannya
dikaitkan dengan penggunaan LKS. Beberapa benda yang digunakan antara lain:
meja, buku tulis, pigura dan lain-lain yang dimanfaatkan siswa.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah pembelajaran
yang memiliki hubungan yang erat dengan pengalaman yang sesungguhnya. Dan ini
merupakan suatu proses kompleks dan banyak fase yang berlangsung jauh
melampaui drill-oriented dan metodologi stimulus-response.
2. Pembelajaran kontekstual ini memiliki 7 (tujuh)
komponen utama yaitu, a) konstruktivisme, b) inquiry, c) questioning, d) learning community, e) Modeling, f)reflection, dan g) authentic assesment.
3. Konsep dasar pembelajaran kontekstual adalah : 1)
penekanan pada pemecahan masalah; 2) pengenalan pembelajaran berbagai konteks;
3) pemantauan dan pengarahan belajar aktif dan terkendali; 4) penekanan
pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa; 5) mendorong siswa belajar bersama;
6) penilaian otentik. Pembelajaran kontekstual dapat membantu siswa menguasai
tiga hal, yaitu : pengetahuan, kompetensi/ keterampilan, dan pemahaman kontekstual.
4. Penerapan pembelajaran kontekstual ini lebih cocok
untuk materi-materi pelajaran yang mudah ditemui/ diamati dalam kehidupan dunia
nyata. Pembelajaran kontekstual dalam materi Pendidikan Agama Islam (PAI),
misalkan saja pembelajaran tentang materi Fikih dalam bab muamalah, maka guru
dapat mengajak siswanya pegi ke pasar dan mengamati bagaimana trasnsaksi jual
beli itu berlangsung. Dengan begitu siswa akan lebih memahami bagaimana
penerapan muamalah yang benar sesuai dengan materi yang ia terima dari gurunya.
Pada sesi akhir pembelajaran, guru bersama para siswa melakukan kesimpulan dari
hasil pembelajaran tersebut.
B.
Saran
Dalam pembahasan ini diharapkan, makalah ini memberikan kontribusi yang
berarti bagi dunia pendidikan pada umumnya. lebih khusus lagi bagi penulis
pribadi yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dengan peran sebagai guru.
DAFTAR
PUSTAKA
Http://ahmadaaye.blogspot.com/model-dan
-strategi-pembelajaran-pai// di akses pada tanggal 14 September 2017
Http://gudangpengetahuan.com/komponen-pembelajaran-kontekstual//
di akses pada tanggal 14 September 2017
Menurut Elaine
B. Johnson (Riwayat,2008)
Http://Manorarjunes.blogspot.com/model-pembelajaran-pai//
di akses pada tanggal 14 September 2017
(UU Sisdiknas, 2003).
[2]
Menurut Elaine B. Johnson (Riwayat,2008),
[3]
Http://Manorarjunes.blogspot.com/model-pembelajaran-pai//
di akses pada tanggal 14 September 2017
[4]
Http://gudangpengetahuan.com/komponen-pembelajaran-kontekstual//
di akses pada tanggal 14 September 2017
[5]
Http://ahmadaaye.blogspot.com/model-dan
-strategi-pembelajaran-pai// di akses pada tanggal 14 September 2017
EmoticonEmoticon