logo blog

Sunday, October 8, 2017

PENDEKATAN DALAM MEMECAHKAN PROBLEM DI KELAS


BAB I

PENDAHULUAN



A.                Latar Belakang

Kegiatan guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas. Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa mencapai tujuan-tujuan seperti menelaah kebutuhan-kebutuhan siswa, menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan kepada siswa, menilai kemajuan siswa adalah contoh-contoh kegiatan mengajar. Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Memberi ganjaran dengan segera, mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan siswa, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok adalah contoh-contoh kegiatan mengelola kelas.[1]

Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

Menyandang jabatan guru memang penuh tantangan dan penuh dengan dinamika. Sebagai tugas pokok guru mengajarkan suatu mata pelajaran, ia tidak hanya mengutamakan mata pelajaran akan tetapi harus juga memperhatikan anak itu sendiri sebagai manusia yang harus dikembangkan pribadinya. Pikiran yang normatif mengatakan bahwa harus dipelihara keseimbangan antara perkembangan intelektual dan psikologis anak.hanya mementingkan bahan pelajaran dengan mengabaikan anak akan dapat merugikan anak itu sendiri.

Macam-macam cara yang digunakan oleh guru untuk menciptakan kelas yang kondusif banyak sekali. Guru bisa menerakan pendekatan dan teknik teknik tertentu untuk menicptakan kelas yang kondusif. Berangkat dari alasan tersebut maka penulis membat makalah ini dengan judul Konsep Pendekatan dalam Memecahkan Problem di Kelas.

B.                 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1.                  Bagaimana konsep pendekatan dalam memecahkan problem di kelas ?

2.                  Apa pengertian dari punishment ?

3.                  Bagaimana teknik dalam penerapan punishment ?



C.                Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari pembuatan makalah adalah :

1.                  Untuk mengetahui bagaimana konsep pendekatan dalam memecahkan problem dikelas

2.                  Untuk mengetahui bagaimana pengertian dari punishment (pemberian hukuman)

3.                  Untk mengetahui bagaimana teknik dalam penerapan punishment



BAB II

PEMBAHASAN



A.                Pendekatan Dalam Memecahkan Problem di Kelas

Dalam memecahkan problem diperlukan teknik khusus oleh seorang guru. Berikut teknik yang dapat digunakan untuk memecahkan problem dikelas[2]:



1.         Inner Control

Teknik inner control yakni kontrol perilaku berasal dari dalam diri siswa sendiri. Kepekaan akan kedisiplinan harus tumbuh dan berkembang dari dalam diri siswa sendiri. Kesadaran akan norma-norma, peraturan-peraturan, tata tertib yang diterapkan akan membuat siswa dapat mengendalikan dirinya sendiri . Teknik inner control memiliki arti yang sama dengan model pengaruh yang disebutkan di dalam buku Ramon. Penjelasan yang ditulis Ramon dijelaskan sebagai berikut. Pendekatan ini dinamakan pendekatan berpusat pada siswa dan terdiri dari teknik yang didesain untuk memberikan fasilitas pelatihan pengendalian diri pada siswa. Asumsi utama yang mendasari hal tersebut adalah kepercayaan bahwa anak-anak perlu mengatasi akibat dari sikapnya sendiri daripada meminta orang dewasa memberitahukan bagaimana untuk bersikap, karena hanya mereka yang dapat menentukan apakah masalah itu sebenarnya, jalan keluar yang paling cocok dan paling baik bagi mereka yang ditentukan oleh mereka sendiri.

Dalam melaksanakan model ini guru harus benar-benar mengetahui apakah masalah yang terjadi tersebut berasal dari guru atau siswa. Apabila masalahnya berasal dari siswa fungsi utama sebagai guru adalah mendorong siswa untuk mempelajari situasi secara verbal, sehingga guru memperlihatkan bahwa ia mengerti apa yang diceritakan oleh siswa. Seorang guru tidak boleh memaksakan kehendak bagaimana siswa harus bersikap, siswa lebih memahamai apa yang sedang dia rasakan saat itu.



2.         Eksternal Control

Teknik external control adalah pengendalian berasal dari luar diri siswa dan hal ini dapat berupa bimbingan dan konseling. Pengendalian diri dapat juga berupa pengawasan tetapi yang bersifat hukuman. Pemakaian teknik ini harus disesuaikan dengan perkembangan siswa. Misalnya teknik inner-control lebih sesuai untuk siswa pendidikan menengah dan tinggi, sedangkan untuk siswa pendidikan dasar lebih sesuai dengan teknik external control.
Teknik external control memiliki arti yang sama dengan model pengaruh yang disebutkan di dalam buku Ramon. Penjelasan yang ditulis Ramon menyatakan jika anak-anak belum mampu menyadari apa yang terbaik bagi mereka. Karena anak-anak juga dianggap mengambil keputusan tentang sikap mereka sendiri sering kali berdasarkan informasi yang kurang benar. Maka tugas gurulah untuk menunjukkan apa yang terbaik bagi siswanya. Hal ini didukung dengan kenyataan bahwa guru memiliki pengalaman yang lebih luas sehingga guru mampu menyadari akibat yang ditimbulkan dari sikap tidak layak. Meskipun pada awalnya guru akan merespon sikap tidak layak siswa dengan teknik-teknik sebelumnya, namun tetap pada akhirnya gurulah yang memiliki tanggung jawab untuk membuat siswanya berbuat baik. Respons ideal guru terhadap sikap tidak layak siswa ialah dengan bersikap tegas. Respon semacam ini membuat siswa mengetahui jika guru mengharapkan mereka melakukan apa yang diinginkan oleh guru. Respon tegas lebih dapat diterima dengan baik oleh siswa jika dibandingkan dengan respon yang tidak tegas dan teknik melawan.


3.         Cooperative Control

Cooperative control adalah kerjasama antara guru dan siswa . Teknik ini berangkat dari pendapat bahwa disiplin kelas yang baik mengandung adanya kesadaran kerjasama guru dan siswa secara harmonis, respektif, efektif, dan produktif. Oleh karena itu, harus ada kerjasama antara guru dan siswa. Bentuk-bentuk kerjasama guru dengan siswa di antaranya :

a.       Mengadakan perencanaan secara kooperatif dengan siswa

b.      Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab pada siswa

c.       Membina organisasi dan prosedur kelas secara demokratis

d.      Memberikan kesempatan untuk berdiri sendiri

e.       Berpikir sendiri, terutama dalam mengemukakan dan menerima pendapat orang lain.
Memberi kesempatan berpartisipasi secara luas sesuai dengan taraf kesanggupan siswa. Menciptakan kesempatan-kesempatan untuk mengembangkan sikap-sikap yang diinginkan: sosial, psikologis, biologis.



B.                 Pengertian Punishment

Punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Punishment biasanya dilakukan ketika apa yang menjadi target tertentu tidak tercapai, atau ada perilaku anak yang tidak sesuai dengan norma-norma yang diyakini oleh sekolah tersebut.[3] Punishment sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Ibnu Khaldun anti menggunakan kekerasan dalam mendidik anak beliau, beliau berkata: Siapa yang biasa di didik dengan kekerasan maka ia akan selalu di pengaruhi oleh kekerasan, akan selalu merasa sempit hati, akan bersifat pemalas, suka berdusta karna takut akan kepergok oleh penguasa. Hal ini selanjutnya akan mengajar dia menipu sehingga menjadi kebiasaan, selanjutnya ia menjadi pribadi yang kejam tanpa perasaan.

Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang dilakukan mesti bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik. Seorang guru atau orang tua diperbolehkan memukul dengan pukulan yang tidak keras. Ini dilakukan ketika beberapa cara seperti menasehati, menegur, tidak mempan juga. Hukuman ini terutama menyangkut kewajiban shalat bagi anak-anak yang usianya telah mencapai sepuluh tahun.
Nabi SAW bersabda yang artinya :

“Dari Amr Bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya berkata : Raulullah SAW bersabda : “perintahkanlah anakmu untuk melakukan shalat, pada saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka pada saat mereka berusia sepuluh tahun jika mereka meninggalkan shalat dan pisahkanlah mereka dalam hal tempat tidur.” (HR. Abu Dawud)



Dalam nasehat Rasulullah itulah terkandung cara mendidik anak yang dilandasi dengan kasih sayang, dan menomor duakan hukuman. Bukankah beliau terlebih dahulu menyuruh membiasakan anak mengerjakan shalat mulai usia tujuh tahun? Kalau tiga tahun setelah itu, ternyata belum juga shalat, sangat wajar jika diberikan hukuman.
Hukuman sesungguhnya tidaklah mutlak diperlukan. Ada orang-orang yang baginya teladan dan nasehat saja sudah cukup, tidak perlu lagi hukuman. Tetapi manusia itu tidak sama seluruhnya diantara mereka ada yang perlu dikerasi sekali-kali. Hukuman bukan pula tindakan yang pertama kali terbayang oleh seorang pendidik, dan tidak pula cara yang didahulukan. Nasehatlah yang paling didahulukan begitu juga ajaran untuk berbuat baik, dan tabah terus menerus semoga jiwa orang itu berubah sehingga dapat menerima nasehat tersebut.



C.                Teknik Punishment

Dalam menghukum siswa, guru tidak boleh semena-mena melainkan ada beberapa teknik yang harus digunakan dalam penerapan punishment[4], yaitu :

a.       Sebelum berumur 10 tahun anak tidak boleh dipukul

b.      Memberikan kesempatan pada siswa untuk taubat dari yang dia lakukan dan memperbaiki kesalahan

c.       Apabila hukuman pukulan terpaksa harus dilakukan maka pukulan tidak lebih dari 10 kali. Yang dimaksud disini bukan pukulan yang tidak mengenai wajah dan organ-organ vital

d.      Suatu hukuman jangan sampai menyinggung harga diri seorang anak

e.       Jangan berupa penghinaan atasnya

Banyak bentuk punishment yang diberikan guru kepada muridnya, dari yang mulai menggunakan kekerasan sampai pada hal yang lebih mendidik. Adapun bentuk-bentuk punishment itu adalah :

1.      Hukuman berupa penundaan dalam memberikan penghargaan: kelebihanya, murid akan berusaha mendapatkan rewordnya sehingga akan berusaha pula untuk segera memperbaiki kesalahan/prilakunya. Sayangnya kelemahan dari punishment ini secara tidak langsung akan bergantung pada pemberian reward, apalagi jika reward yang diberikan tidak proposional.

2.      Hukuman berupa pencabutan hak istimewa murid: kelebihanya, murid akan merasa rugi karena hak istimewanya dicabut dan umumnya ia akan berusaha memperbaiki kesalahan atau prilakunya dengan segera untuk mendapatkan kembali hak istimewanya. Lemahnya, jika sekali saja guru lalai akan konsekuensi dan konsistensi penerapan hukuman tersebut maka tidak akan memberikan hasil apa-apa dalam menerapkan disiplin pada murid

3.      Hukuman berupa skorsing: kelebihanya, dapat memberi waktu pada murid untuk merenungi kesalahanya dengan tidak mengizinkan mengikuti pembelajaran disekolah dengan harapan ada perasaan malu dan rugi, sehingga murit mau memperbaiki kesalahanya. Kekurangannya hampir sama dngan penyetrapan atau time out dimana untuk murid murid tertentu mengharapkan diskorsing atau tidak diperbolehkan masuk sekolah untuk beberapa hari shingga bisa “bebas” dari tanging jawab sekolah. Untuk itu penanganannya juga sama yaitu sekolah sebaiknya memberikan tugas yang harus diselesaikan selama murid yang diskorsing dan ikut melibatkan orang tua untuk memantaunya selain itu kekurangan lainnya adalah murid menjadi tertinggal pelajaranya karna tidak masuk sekolah, sehingga butuh waktu bagi murid tertentu yang cenderung lambat untuk bisa mengejar ketertinggalannya.



BAB III

PENUTUP



A.                Kesimpulan

Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :

1.      Teknik dalam memecahkan problem dikelas ada tiga, yaitu :

a.       Inner Control, yakni kontrol perilaku berasal dari dalam diri siswa sendiri. Kepekaan akan kedisiplinan harus tumbuh dan berkembang dari dalam diri siswa sendiri.

b.      Eksternal Control, yaitu pengendalian berasal dari luar diri siswa dan hal ini dapat berupa bimbingan dan konseling .

c.       Cooperative Control, yaitu kerjasama antara guru dan siswa . Teknik ini berangkat dari pendapat bahwa disiplin kelas yang baik mengandung adanya kesadaran kerjasama guru dan siswa secara harmonis, respektif, efektif, dan produktif

2.      Teknik Punishment merupakan teknik pemberian hukuman terhadap siswa, ada beberapa teknik dalam pemberian hukuman terhadap siswa.

3.      Adapun teknik yang dapat diterapkan dalam pemberian hukuman adalah :

a.       Hukuman berupa penundaan dalam memberikan penghargaan: kelebihanya, murid akan berusaha mendapatkan rewordnya sehingga akan berusaha pula untuk segera memperbaiki kesalahan/prilakunya.

b.      Hukuman berupa pencabutan hak istimewa murid: kelebihanya, murid akan merasa rugi karena hak istimewanya dicabut dan umumnya ia akan berusaha memperbaiki kesalahan atau prilakunya dengan segera untuk mendapatkan kembali hak istimewanya.

c.       Hukuman berupa skorsing: kelebihanya, dapat memberi waktu pada murid untuk merenungi kesalahanya dengan tidak mengizinkan mengikuti pembelajaran disekolah dengan harapan ada perasaan malu dan rugi, sehingga murit mau memperbaiki kesalahanya.



B.                 Saran

Dalam pembahasan ini diharapkan, makalah ini memberikan kontribusi yang berarti bagi dunia pendidikan pada umumnya, lebih khusus lagi bagi penulis pribadi yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dengan peran sebagai guru.



DAFTAR PUSTAKA

Http://ahmadaaye.blogspot.com/pengelolaan-kelas-guru// di akses pada tanggal 18 September 2017

Http://gudangpengetahuan.com/teknik-dalam-emecahkan-masalah-di-kelas// di akses pada tanggal 18 September 2017

Menurut Elaine B. Johnson (Riwayat,2008)

Http://Manorarjunes.blogspot.com/pemecahan-masalah-dalam-kelas// di akses pada tanggal 18 September 2017

Ali Imron, Pembinaan Guru DI Indonesia, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1995), hal. 189.





[1] Http://ahmadaaye.blogspot.com/pengelolaan-kelas-guru// di akses pada tanggal 18 September 2017

[2] Ali Imron, Pembinaan Guru DI Indonesia, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1995), hal. 189.
[3] Ibid
[4] Http://gudangpengetahuan.com/teknik-dalam-emecahkan-masalah-di-kelas// di akses pada tanggal 18 September 2017


EmoticonEmoticon