BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Berbicara mengenai psikologi sudah tentu kita akan
sedikit menyinggung tentang manusia. Psikologi atau biasa disebut dengan ilmu
jiwa mestinya dikatakan sebagai ilmu yang membicarakan tentang jiwa sebagaimana
lazimnya definisi ilmu pengetahuan, tetapi psikologi tidak berbicara tentang
jiwa manusia secara murni. Psikologi berbicara tentang tingkah laku manusia
yang diasumsikan sebagai gejala dari jiwanya. Tidak ada satupun penelitian
psikologi yang meneliti tentang jiwa manusia, melainkan yang diteliti adalah
tingkah laku manusia melalui perenungan, pengamatan dan laboratorium. Kemudian
dari satu tingkah laku dihubungkan dengan tingkah laku lain dan selanjutnya
dirumuskan hukum-hukum kejiwaan manusia.[1]
Psikologi memiliki cabang yang luas diantaranya adalah
psikologi belajar. Psikologi dalam pembelajaran merupakan cabang dari psikologi
yang lebih menekankan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik
fisik maupun mental yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan
terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar anak. Sedangkan
belajar merupakan suatu hal yang sangat mendasar dan sangat penting bagi
kehidupan manusia karena dengan belajar seseorang dapat mengetahui segala
sesuatu yang belum diketahuinya. Selain itu belajar juga memiliki arti penting
bagi siswa dalam melaksanakan kewajiban keagamaan, meningkatkan derajat
kehidupan, dan mempertahankan serta mengembangkan kehidupan.
Manusia merupakan makhluk yang berjiwa, kehidupan
kejiwaan itu direfleksikan dalam bentuk tingkah laku dan aktivitas manusia.
Kegiatan kejiwaan sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh manusia dan
manusia mangadakan respon terhadap stimulus yang mengenainya. Jelas sekali
bahwa disini manusia merupakan sasaran utama dalam pendidikan yang menekankan
pada proses pembelajaran baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan
keluarga atau masyarakat.
Dalam proses belajar tentu akan mengalami banyak
tantangan, baik tantangan yang berasal dari luar atau tantangan yang berasal
dari dalam dirinya. Selama proses itu, ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Diantaranya yaitu pengalaman dan cara menghadapinya yang
sesuai dengan tingkat kesadaran atau usia, periode dalam menghadapi suatu
masalah, kondisi mental dan fisik serta bentuk tekanan yang diterima. Beberapa faktor
yang mempengaruhi proses tersebut akan mempengaruhi keadaan seorang manusia.
Untuk memahami lebih dalam mengenai psikologi seorang
dalam proses pembelajaran kita perlu memahami terlebih dahulu tentang keadaan
psikologi manusia secara umum. Kita perlu memahami bagaimana alur perubahan sifat
yang dialami manusia, hakikat manusia dan aktifitas kejiwaan manusia dalam
kehidupan. Oleh karena itu, kami membuat makalah dengan judul Psikologi Belajar : Studi Atas Sifat, Hakikat
dan Aktifitas Kejiwaan Manusia dalam Kehidupan yang akan membahas lebih
lanjut tentang sifat, hakikat dan aktifitas kejiwaan manusia dalam kehidupan.
- Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
- Bagaimana sifat dan hakikat manusia dalam kehidupan ?
- Bagaimana aktifitas kejiwaan manusia dalam kehidupan ?
- Tujuan MasalahAdapun tujuan dari pembuatan makalah adalah :
- Untuk memahami bagaimana sifat dan hakikat manusia dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengamatan terhadap perubahan emosi pada manusia lebih mudah untuk dilakukan
- Untuk memahami aktifitas kejiwaan manusia dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengamatan terhadap perubahan tingkah laku pada manusia lebih mudah untuk dilakukan
BAB
II
PEMBAHASAN
- Sifat dan Hakikat Manusia dalam Kehidupan
Ahli
psikologi menyatakan bahwa hakikat manusia adalah rohani atau jiwa. Sedangkan jasmani
dan nafsu merupakan alat atau bagian dari rohani. Sifat dan hakikat manusia
adalah ciri-ciri karakteristik yang secara prinsip membedakan manusia dari
hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama dilihat
dari segi biologisnya.[2]
Misalnya orang hutan, mereka memiliki tulang belakang seperti
manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan, menyusui
anaknya dan pemakan segala jenis makanan. Bahkan carles darwin (dengan teori
evolusinya) telah berjuang menemukan dan mengungkapkan bahwa bahwa manusia
berasal dari kera tapi ternyata gagal karena tidak ditemukan bukti-bukti yang
menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari kera.
Meskipun
demikian, manusia tetaplah manusia yang berbeda dari spesies lainnya. Manusia memiliki ciri khas yang disebut dengan
sifat dan hakikat yang melekat pada dirinya, hal ini lah yang membedakan
manusia dengan makhluk lainnya. Disebut sifat dan hakikat kejiwaan manusia
karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak
terdapat pada hewan atau makhluk lainnya seperti jin dan malaikat.[3]
Pemahaman pendidikan terhadap sifat dan hakikat kejiwaan manusia akan membentuk
peta tentang karakteristik manusia dalam bersikap, menyusun startegi, metode
dan teknik serta memilih pendekatan dan orientasi dalam merancang dan
melaksanakan komunikasi dalam interaksi edukatif.
Menurut John Amos Comenius,
manusia mempunyai tiga sifat dasar[4],
yaitu :
- Sifat Biologis. Sifat ini membuat manusia tumbuh secara alami dengan prinsip-prinsip biologis yang berkaitan erat dengan lingkungan di sekitarnya.
- Sifat Hewani. Dengan adanya perasaan-perasaan hakiki, manusia mengalami desakan internal untuk mencari keseimbangan hidup. Melalui peralatan inderanya, manusia menjadi sadar dan menuruti keinginan-keinginan dan seleranya.
- Sifat Intelektual. Dengan sifat ini manusia mampu menemukan benar atau salahnya sesuatu, dapat membedakan baik dan buruknya obyek, serta dapat mengarahkan keinginan dan emosinya. Sifat intelektual manusia inilah yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Dengan adanya sifat intelektual ini, manusia dilebihkan derajatnya dari makhluk-makhluk lain ketika dia mampu menggunakannya dengan baik.
- Aktifitas Kejiwaan Manusia dalam Kehidupan
Kejiwaan manusia terwujud
dengan adanya kekuatan serta aktivitas kejiwaan dalam diri manusia, yang mana semua
aktifitas itu mampu menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna dari pada makhluk
yang lainnya. Beberapa aktivitas kejiwaan manusia yang berhubungan dengan
psikologi belajar yaitu[5]
:
- PengamatanMata merupakan indra penglihatan manusia yang berfungsi untuk mengamati segala sesuatu yang ada dalam lingkungan sekitar yang akan menciptakan adanya kesan dan tanggapan. Manusia merupakan makhluk yang aktif dalam merespon segala situasi lingkungan yang dilihatnya. Sehingga manusia secara normal akan selalu mencari objek-objek dalam lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya secara sadar maupun secara tidak sadar. Makin baik daya reaksi terhadap lingkungan maka akan semakin banyak kesan yang didapat ketika melakukan pengamatan.Dalam proses belajar, ketika seorang siswa mampu
- TanggapanTanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok. Selain itu, tanggapan juga dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan ketika objek yang diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan. Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa demikian ini disebut tanggapan. Misalnya sekilas jika melihat Bapak Ir. Joko Widodo maka yang akan timbul adalah sebuah kesan seorang Presiden RI, laki-laki, gagah, berambut pendek, dan sebagainya.
- Fantasi
Fantasi adalah daya jiwa untuk
membentuk atau menciptakan tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan
tanggapan yang sudah ada. Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi
dalam dua keadaan, yaitu[6]
:
- Secara disadari, apabila fantasi terjadi secara sadar dan sengaja dimunculkan. Hal ini banyak ditemukan pada seorang pelukis, dan pemahat
- Secara tidak disadari, apabila individu secara tidak sadar telah dituntut oleh fantasinya. Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak ketika membayangkan bentuk hewan yang diterangkan oleh gurunya.
- Ingatan
Ingatan merupakan proses
langsung dalam mengangkat kembali informasi yang pernah diterima dalam kesadaran.
Ingatan juga merupakan suatu daya jiwa yang dapat menerima, menyimpan dan
mereproduksikan kembali pengertian-pengertian atau tanggapan-tanggapan kita.
Adapun faktor yang mempengaruhi ingatan, yaitu :
- Sifat perseorangan
- Keadaan diluar jiwa (lingkungan dan keadaan jasmani)
- Keadaan jiwa (kemauan dan perasaan)
- Umur
- Berfikir
Berfikir merupakan salah satu
pilihan manusia untuk mencoba memperoleh, menerima, menyimpan, dan mengolah
kembali informasi (baik informasi yang didapat lewat pendengaran, penglihatan
atau penciuman). Berfikir adalah media untuk menambah perbendaharaan
pengetahuan dalam otak manusia. Manusia memikirkan dirinya, orang-orang di
sekitarnya dan alam semesta.
Ketika berfikir, seseorang
menghubungkan satu pengertian dengan pengertian lainnya dalam rangka
mendapatkan pemecahan persoalan yang dihadapi. Dalam pemecahan persoalan,
individu membeda-bedakan, mempersatukan dan berusaha menjawab pertanyaan,
mengapa, untuk apa, bagaimana, dimana dan lain sebagainya.[7]
- Perasaan
Perasaan merupakan gejala psikis yang bersifat
subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala mengenal dan dialami dalam
kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai peristiwa yang dihadapi. Sedangkan menurut Prof. Hukstra :
“Perasaan adalah suatu
fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa
senang dan tidak senang”
Perasaan seperti halnya emosi yaitu suasana batin atau suasana hati yang membentuk garis. Garis ini bergerak dari ujung yang paling positif yaitu sangat
senang sampai dengan ujung yang paling negatif yaitu sangat tidak senang. Suatu perasaan apakah itu
senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, lega atau tegang timbul karena adanya perangsang dari luar.
Perangsang dari luar berbaur dengan kondisi sesaat dari individu dan membangkitkan satu perasaan. Perasaan yang dihayati seseorang pada suatu saat bergantung
kepada kuat atau lemahnya perangsang-perangsang yang datang, kondisi sesaat,
serta kesan. Oleh karena itu perasaan sangat bersifat subjektif yang artinya perasaan
yang dialami satu orang denga orang lainnya berbeda.
Meskipun perasaan itu
bersifat subjektif, namun perasaan-perasaan tertentu muncul dari suatu
kebiasaan seperti contoh: orang Padang menyukai masakan rendang yang pedas, orang Yogyakarta menyukai gudeg yang manis, dan orang Sunda menyukai sayur asam.
BAB
III
PENUTUP
- KesimpulanDari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :
- Hakikat manusia adalah rohani atau jiwa. Sedangkan jasmani dan nafsu merupakan alat atau bagian dari rohani. Sifat dan hakikat manusia merupakan ciri khas yang secara prinsip membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama dilihat dari segi biologisnya. Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga sifat dasar, yaitu : (1) Sifat Biologis, (2) Sifat Hewani, dan (3) Sifat Intelektual.
- Kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan serta aktivitas kejiwaan dalam diri manusia, yang mana semua aktifitas itu mampu menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna dari pada makhluk yang lainnya. Beberapa aktivitas kejiwaan yang berhubungan dengan psikologi belajar yaitu : (1) Pengamatan, (2) Tanggapan, (3) Fantasi, (4) Ingatan, (5) Berfikir, dan (6) Perasaan.
- Saran
Sebagai calon guru seharusnya
kita memperhatikan perkembangan pada anak didik dan senantiasa memberikan
bimbingan agar potensi–potensi terpendam yang terdapat dalam diri peserta didik
dapat dikembangkan sehingga mampu menjadi kepribadian yang baik dalam segala
hal.
DAFTAR
PUSTAKA
Mufidah, Psikologi Keluarga Islam, (Malang: UIN
Malang Pres, 2008), hal. 55
Abu Ahmadi dan Widodo
Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008),
Hlm. 22
Abu Ahmadi, Psikologi Umum,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009) Hlm. 68
Http://gudangpengetahuan.com/psikologi-belajar//
di akses pada tanggal 05 Oktober 2017
Http://www.id.wikipedia.org//
di akses pada tanggal 05 Oktober 2017
[1] Mufidah, Psikologi Keluarga Islam, (Malang: UIN Malang Pres, 2008), hal. 55
[3] Ibid
[4] Http://www.id.wikipedia.org// di
akses pada tanggal 05 Oktober 2017
[5] Abu
Ahmadi dan Widodo
Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008),
Hlm. 22
[6] Abu
Ahmadi, Psikologi Umum,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009) Hlm. 68
[7] Ibid.
Hal.83
EmoticonEmoticon