logo blog

Wednesday, November 22, 2017

SIFAT, HAKIKAT DAN AKTIFITAS KEJIWAAN MANUSIA DALAM KEHIDUPAN


BAB I

PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang

Berbicara mengenai psikologi sudah tentu kita akan sedikit menyinggung tentang manusia. Psikologi atau biasa disebut dengan ilmu jiwa mestinya dikatakan sebagai ilmu yang membicarakan tentang jiwa sebagaimana lazimnya definisi ilmu pengetahuan, tetapi psikologi tidak berbicara tentang jiwa manusia secara murni. Psikologi berbicara tentang tingkah laku manusia yang diasumsikan sebagai gejala dari jiwanya. Tidak ada satupun penelitian psikologi yang meneliti tentang jiwa manusia, melainkan yang diteliti adalah tingkah laku manusia melalui perenungan, pengamatan dan laboratorium. Kemudian dari satu tingkah laku dihubungkan dengan tingkah laku lain dan selanjutnya dirumuskan hukum-hukum kejiwaan manusia.[1]

Psikologi memiliki cabang yang luas diantaranya adalah psikologi belajar. Psikologi dalam pembelajaran merupakan cabang dari psikologi yang lebih menekankan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar anak. Sedangkan belajar merupakan suatu hal yang sangat mendasar dan sangat penting bagi kehidupan manusia karena dengan belajar seseorang dapat mengetahui segala sesuatu yang belum diketahuinya. Selain itu belajar juga memiliki arti penting bagi siswa dalam melaksanakan kewajiban keagamaan, meningkatkan derajat kehidupan, dan mempertahankan serta mengembangkan kehidupan.

Manusia merupakan makhluk yang berjiwa, kehidupan kejiwaan itu direfleksikan dalam bentuk tingkah laku dan aktivitas manusia. Kegiatan kejiwaan sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh manusia dan manusia mangadakan respon terhadap stimulus yang mengenainya. Jelas sekali bahwa disini manusia merupakan sasaran utama dalam pendidikan yang menekankan pada proses pembelajaran baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga atau masyarakat.

Dalam proses belajar tentu akan mengalami banyak tantangan, baik tantangan yang berasal dari luar atau tantangan yang berasal dari dalam dirinya. Selama proses itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya yaitu pengalaman dan cara menghadapinya yang sesuai dengan tingkat kesadaran atau usia, periode dalam menghadapi suatu masalah, kondisi mental dan fisik serta bentuk tekanan yang diterima. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses tersebut akan mempengaruhi keadaan seorang manusia.

Untuk memahami lebih dalam mengenai psikologi seorang dalam proses pembelajaran kita perlu memahami terlebih dahulu tentang keadaan psikologi manusia secara umum. Kita perlu memahami bagaimana alur perubahan sifat yang dialami manusia, hakikat manusia dan aktifitas kejiwaan manusia dalam kehidupan. Oleh karena itu, kami membuat makalah dengan judul Psikologi Belajar : Studi Atas Sifat, Hakikat dan Aktifitas Kejiwaan Manusia dalam Kehidupan yang akan membahas lebih lanjut tentang sifat, hakikat dan aktifitas kejiwaan manusia dalam kehidupan.


  1. Rumusan Masalah
    Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

  1. Bagaimana sifat dan hakikat manusia dalam kehidupan ?
  2. Bagaimana aktifitas kejiwaan manusia dalam kehidupan ?

  1. Tujuan Masalah
    Adapun tujuan dari pembuatan makalah adalah :

  1. Untuk memahami bagaimana sifat dan hakikat manusia dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengamatan terhadap perubahan emosi pada manusia lebih mudah untuk dilakukan
  2. Untuk memahami aktifitas kejiwaan manusia dalam kehidupan sehari-hari sehingga pengamatan terhadap perubahan tingkah laku pada manusia lebih mudah untuk dilakukan


BAB II

PEMBAHASAN


  1. Sifat dan Hakikat Manusia dalam Kehidupan

Ahli psikologi menyatakan bahwa hakikat manusia adalah rohani atau jiwa. Sedangkan jasmani dan nafsu merupakan alat atau bagian dari rohani. Sifat dan hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara prinsip membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama dilihat dari segi biologisnya.[2] Misalnya orang hutan, mereka memiliki tulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan, menyusui anaknya dan pemakan segala jenis makanan. Bahkan carles darwin (dengan teori evolusinya) telah berjuang menemukan dan mengungkapkan bahwa bahwa manusia berasal dari kera tapi ternyata gagal karena tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari kera.

Meskipun demikian, manusia tetaplah manusia yang berbeda dari spesies lainnya. Manusia memiliki ciri khas yang disebut dengan sifat dan hakikat yang melekat pada dirinya, hal ini lah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Disebut sifat dan hakikat kejiwaan manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan atau makhluk lainnya seperti jin dan malaikat.[3] Pemahaman pendidikan terhadap sifat dan hakikat kejiwaan manusia akan membentuk peta tentang karakteristik manusia dalam bersikap, menyusun startegi, metode dan teknik serta memilih pendekatan dan orientasi dalam merancang dan melaksanakan komunikasi dalam interaksi edukatif.

Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga sifat dasar[4], yaitu :

  1. Sifat Biologis. Sifat ini membuat manusia tumbuh secara alami dengan prinsip-prinsip biologis yang berkaitan erat dengan lingkungan di sekitarnya.
  2. Sifat Hewani. Dengan adanya perasaan-perasaan hakiki, manusia mengalami desakan internal untuk mencari keseimbangan hidup. Melalui peralatan inderanya, manusia menjadi sadar dan menuruti keinginan-keinginan dan seleranya.
  3. Sifat Intelektual. Dengan sifat ini manusia mampu menemukan benar atau salahnya sesuatu, dapat membedakan baik dan buruknya obyek, serta dapat mengarahkan keinginan dan emosinya. Sifat intelektual manusia inilah yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Dengan adanya sifat intelektual ini, manusia dilebihkan derajatnya dari makhluk-makhluk lain ketika dia mampu menggunakannya dengan baik.


  1. Aktifitas Kejiwaan Manusia dalam Kehidupan

Kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan serta aktivitas kejiwaan dalam diri manusia, yang mana semua aktifitas itu mampu menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna dari pada makhluk yang lainnya. Beberapa aktivitas kejiwaan manusia yang berhubungan dengan psikologi belajar yaitu[5] :

  1. Pengamatan
    Mata merupakan indra penglihatan manusia yang berfungsi untuk mengamati segala sesuatu yang ada dalam lingkungan sekitar yang akan menciptakan adanya kesan dan tanggapan. Manusia merupakan makhluk yang aktif dalam merespon segala situasi lingkungan yang dilihatnya. Sehingga manusia secara normal akan selalu mencari objek-objek dalam lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya secara sadar  maupun secara tidak sadar. Makin baik daya reaksi terhadap lingkungan maka akan semakin banyak kesan yang didapat ketika melakukan pengamatan.
    Dalam proses belajar, ketika seorang siswa mampu
  2. Tanggapan
    Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok. Selain itu, tanggapan juga dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan ketika objek yang diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan. Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa demikian ini disebut tanggapan. Misalnya sekilas jika melihat Bapak Ir. Joko Widodo maka yang akan timbul adalah sebuah kesan seorang Presiden RI, laki-laki, gagah, berambut pendek, dan sebagainya.
  3. Fantasi

Fantasi adalah daya jiwa untuk membentuk atau menciptakan  tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang sudah ada. Fantasi sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi dalam dua keadaan, yaitu[6] :

  1. Secara disadari, apabila fantasi terjadi secara sadar dan sengaja dimunculkan. Hal ini banyak ditemukan pada seorang pelukis, dan pemahat
  2. Secara tidak disadari, apabila individu secara tidak sadar telah dituntut oleh fantasinya. Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada anak-anak ketika membayangkan bentuk hewan yang diterangkan oleh gurunya.

  1. Ingatan

Ingatan merupakan proses langsung dalam mengangkat kembali informasi yang pernah diterima dalam kesadaran. Ingatan juga merupakan suatu daya jiwa yang dapat menerima, menyimpan dan mereproduksikan kembali pengertian-pengertian atau tanggapan-tanggapan kita. Adapun faktor yang mempengaruhi ingatan, yaitu :

  1. Sifat perseorangan
  2. Keadaan diluar jiwa (lingkungan dan keadaan jasmani)
  3. Keadaan jiwa (kemauan dan perasaan)
  4. Umur

  1. Berfikir

Berfikir merupakan salah satu pilihan manusia untuk mencoba memperoleh, menerima, menyimpan, dan mengolah kembali informasi (baik informasi yang didapat lewat pendengaran, penglihatan atau penciuman). Berfikir adalah media untuk menambah perbendaharaan pengetahuan dalam otak manusia. Manusia memikirkan dirinya, orang-orang di sekitarnya dan alam semesta.

Ketika berfikir, seseorang menghubungkan satu pengertian dengan pengertian lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan yang dihadapi. Dalam pemecahan persoalan, individu membeda-bedakan, mempersatukan dan berusaha menjawab pertanyaan, mengapa, untuk apa, bagaimana, dimana dan lain sebagainya.[7]

  1. Perasaan

Perasaan merupakan gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai peristiwa yang dihadapi. Sedangkan menurut Prof. Hukstra :

Perasaan adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang


Perasaan seperti halnya emosi yaitu suasana batin atau suasana hati yang membentuk garis. Garis ini bergerak dari ujung yang paling positif yaitu sangat senang sampai dengan ujung yang paling negatif yaitu sangat tidak senang. Suatu perasaan apakah itu senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, lega atau tegang timbul karena adanya perangsang dari luar. Perangsang dari luar berbaur dengan kondisi sesaat dari individu dan membangkitkan satu perasaan. Perasaan yang dihayati seseorang pada suatu saat bergantung kepada kuat atau lemahnya perangsang-perangsang yang datang, kondisi sesaat, serta kesan. Oleh karena itu perasaan sangat bersifat subjektif yang artinya perasaan yang dialami satu orang denga orang lainnya berbeda. Meskipun perasaan itu bersifat subjektif, namun perasaan-perasaan tertentu muncul dari suatu kebiasaan seperti contoh: orang Padang menyukai masakan rendang yang pedas, orang Yogyakarta menyukai gudeg yang manis, dan orang Sunda menyukai sayur asam.


BAB III

PENUTUP


  1. Kesimpulan
    Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :

  1. Hakikat manusia adalah rohani atau jiwa. Sedangkan jasmani dan nafsu merupakan alat atau bagian dari rohani. Sifat dan hakikat manusia merupakan ciri khas yang secara prinsip membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama dilihat dari segi biologisnya. Menurut John Amos Comenius, manusia mempunyai tiga sifat dasar, yaitu : (1) Sifat Biologis, (2) Sifat Hewani, dan (3) Sifat Intelektual.
  2. Kejiwaan manusia terwujud dengan adanya kekuatan serta aktivitas kejiwaan dalam diri manusia, yang mana semua aktifitas itu mampu menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna dari pada makhluk yang lainnya. Beberapa aktivitas kejiwaan yang berhubungan dengan psikologi belajar yaitu : (1) Pengamatan, (2) Tanggapan, (3) Fantasi, (4) Ingatan, (5) Berfikir, dan (6) Perasaan.

  1. Saran

 Sebagai calon guru seharusnya kita memperhatikan perkembangan pada anak didik dan senantiasa memberikan bimbingan agar potensi–potensi terpendam yang terdapat dalam diri peserta didik dapat dikembangkan sehingga mampu menjadi kepribadian yang baik dalam segala hal.


DAFTAR PUSTAKA

Mufidah, Psikologi Keluarga Islam, (Malang: UIN Malang Pres, 2008), hal. 55

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), Hlm. 22

Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) Hlm. 68

Http://gudangpengetahuan.com/psikologi-belajar// di akses pada tanggal 05 Oktober 2017

Http://www.id.wikipedia.org// di akses pada tanggal 05 Oktober 2017





[1] Mufidah, Psikologi Keluarga Islam, (Malang: UIN Malang Pres, 2008), hal. 55
[2] Http://gudangpengetahuan.com/psikologi-belajar// di akses pada tanggal 05 Oktober 2017
[3] Ibid
[4] Http://www.id.wikipedia.org// di akses pada tanggal 05 Oktober 2017
[5] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), Hlm. 22
[6] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) Hlm. 68
[7] Ibid. Hal.83


EmoticonEmoticon