BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam dunia
kampus kata ”Aktivis” sudah tidak asing lagi terdengar ditelinga bahkan
seringkali menjadi topik utama dalam setiap pembicaraan. Selama ini banyak
kasus yang sudah melekat pada diri seorang aktivis, mulai dari kegagalan dalam
perkuliahan seperti gagal lulus dimata kuliah tertentu dan harus mengulang
tahun depan, indeks prestasi rendah atau dibawah rata-rata bahkan hingga
keterlambatan didalam kelulusan akademik. Seringkali terdengar seorang aktivis,
baik pelajar yang aktif di sekolah maupun mahasiswa yang menjadi aktivis di
kampus terkadang mengalami penurunan prestasi akademik di tempat belajarnya.
Bahkan, untuk mahasiswa yang menjadi aktivis di kampus terkadang mengenyam
bangku kuliahnya lebih lama dari masa studi umumnya. (Sumber: www.klikwebcenter.com)
Diantara
aktivis di kampus yang belum bias mensinergikan aktivitas dan akademiknya tidak
jarang seorang aktivis terkesan cuek dengan nilai kartu hasil studinya yang
yang nasakom ataupun dengan teguran-teguran dari pihak dosen tentang
ketidakdisiplinan mereka. Saya tidak menuntut setiap aktivis cuek untuk
memiliki indeks prestasi yang luar biasa dengan peringkat cemaluede, tetapi
minimal seorang aktivis memiliki indeks prestasi yang yang bisa dikatakan
standart ataupun bagus. (Sumber: www.rafarafa.blog.friendster.com)
Mahasiswa
merupakan komponen penunjang kemajuan negeri, mahasiswa diharapkan mampu
memberikan sumbangan melalui kapasitas intelektualitasnya, sehingga masa kuliah
seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Mengikuti aktivitas pada
unit-unit kegiatan mahasiswa bukanlah berarti meninggalkan tugas belajar
kuliahnya. Menjadi aktivis mahasiswa tidalah berarti menjadikan nilai
kuliah menjadi turun, justru menjadi aktivis mahasiswa menjadi ajang pembuktian
diri kita bahwa kita adalah mahasiswa yang memiliki nilai lebih dibanding
mahasiswa lainnya dan juga sebagai suplemen menggembleng diri
Berdasarkan
fakta lemahnya prestasi akademik pada aktivis serta banyaknya pendapat tentang
pentingnya berprestasi sekaligus berorganisasi, maka penulis memilih untuk
mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Keaktifan Mahasiswa Dalam
Organisasi Terhadap Prestasi Belajar Prodi PAI IAI Al-Qolam Gondanglegi Malang.
B.
Rumusan Masalah
1) Bagaimana
keaktifan mahasiswa prodi PAI IAI Al-Qolam dalam berorganisasi ?
2) Bagaimana
prestasi belajar mahasiswa prodi PAI IAI Al-Qolam ?
3) Bagaimana
pengaruh keaktifan dalam organisasi terhadap prestasi belajar mahasiswa prodi
PAI IAI Al-Qolam ?
C.
Tujuan Penelitian
1) Untuk
mengetahui bagaimana keaktifan mahasiswa prodi PAI IAI Al-Qolam dalam
berorganisasi
2) Untuk
mengetahui bagaimana prestasi belajar mahasiswa prodi PAI IAI Al-Qolam
3) Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh keaktifan dalam organisasi terhadap prestasi
belajar mahasiswa prodi PAI IAI Al-Qolam
D.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat
Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, khususnya
tentang kegiatan organisasi, prestasi belajar, dan kesiapan kerja.
2.
Manfaat Praktis
a)
Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk menambah
wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu
mengetahui pengaruh keaktifan organisasi terhadap prestasi belajar mahasiswa
prodi PAI IAI Al-Qolam Gondanglegi Malang
b)
Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai pertimbangan dalam mengikuti kegiatan organisasi.
c)
Bagi Jurusan
Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai tambahan informasi dan referensi di perpustakaan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Organisasi Kemahasiswaan
Menurut Prof.
Dr. Sondang P. Siagian: Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua
orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka
pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat
seseorang atau beberapa orang yang disebut dengan bawahan. (Sumber:
www.shvoong.com) James D. Mooney mendefinisikan organisasi sebagai berikut:
Organization the form of everyhuman, association for the assignment of common
purpose” atau organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian suatu
tujuan bersama. (Sumber: www.yousaytoo.com) Dari beberapa definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah suatu system formal yang terdiri dari
pola aktivitas yang dilakukan sekelompok orang (dua atau lebih) yang bersama
secara teratur dan berulang-ulang untuk mencapai tujuan bersama.
Kegiatan
organisasi kemahasiwaan meliputi pengembangan penalaran, keilmuan, minat, bakat
dan kegemaran yang bisa diikuti oleh mahasiswa. Di tingkat jurusan, fakultas
dan universitas. Tujuannya untuk memperluas wawasan, ilmu dan pengetahuan serta
membentuk kepribadian mahasiswa. Bertitik tolak dari berbagai penjelasan di
atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa keaktifan mahasiswa dalam kegiatan
organisasi yaitu mahasiswa yang secara aktif menggabungkan diri dalam suatu
kelompok atau organisasi tertentu untuk melakukan suatu kegiatan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi, menyalurkan bakat, memperluas wawasan dan membentuk
kepribadian mahasiswa seutuhnya. Setelah kesemua itu diperoleh oleh mahasiswa,
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya, sehingga kegiatan organisasi
tidak menjadi faktor penghambat dalam memperoleh prestasi belajar yang baik.
Namun sebaliknya, menjadi faktor yang dapat mempengaruhi untuk mendapatkan
prestasi belajar yang baik.
Organisasi
kampus sering dikaitkan keberadaannya dengan aktivitas, dan sebaliknya aktivis
pasti terkait organisasi kampus. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai
Pustaka, 2002), aktivis adalah individu atau sekelompok orang (terutama anggota
politik, sosial, buruh, petani, pemuda, mahasiswa, perempuan) yang bekerja
aktif mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan di organisasinya.
Aktivis adalah orang yang tidak tenang (gelisah) ketika terjadi ketidakadilan
di lingkungannya dengan cara melakukan perubahan tertentu mulai dari titik nol
sampai tujuannya tersebut tercapai. Seorang aktivis, selain aktif di organisasi
tertentu (sebagai organisatoris), dia juga mempunyai pekerjaan lain di luar itu
yaitu memperjuangkan hak-hak orang lain (Sumber: www.abdulganie.wordpress.com).
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivis merupakan
orang yang gelisah melihat ketidakadilannya, bergerak melakukan perubahan untuk
mencapai tujuannya yang biasanya bersifat sosial.
Jadi aktif
organisasi adalah ikut secara aktif dalam melakukan perubahan karena adanya
ketidakadilan di lingkungan dan merupakan suatu sistem formal yang di dalamnya
terdapat sekelompok orang yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama.
B.
Prestasi Belajar
1.
Pengertian
prestasi belajar
Prestasi
belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan
belajar. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian prestasi belajar,
peneliti menjabarkan makna dari kedua kata tersebut. Menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia, pengertian prestasi adalah hasil yang telah dicapai(dari yang telah
diakukan, dikerjakan, dan sebagainya) (1991: 787). Sedangkan menurut Saiful
Bahri Djamarah (1994: 20-21) dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi
Guru, bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan,
hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dalam
buku yang sama Nasrun harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah penilaian
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan
bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa. Dari pengertian di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang
atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan bekerja.
Selanjutnya
untuk memahami pengertian tentang belajar berikut dikemukakan beberapa
pengertian belajar diantaranya menurut Slameto (2003: 2) dalam bukunya Belajar
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya bahwa belajar ialah suatu usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Muhibbin Syah (2000: 136) bahwa belajar adalah tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman
dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Begitu juga
menurut James Whitaker yang dikutip oleh Wasty Soemanto (1990: 98-99), belajar
adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubhah melalui latihan dan
pengalaman.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan
secara sadar dan rutin pada seseorang sehingga akan mengalami perubahan secara
individu baik pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang dihasilkan
dari proses latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.
2.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Adapun 2 faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar pada garis besarnya meliputi faktor intern
dan faktor ekstern yaitu:
1)
Faktor intern
Faktor ini berkaitan dengan segala
yang berhubungan dengan diri siswa itu sendiri berupa motivasi, minat, bakat,
kepandaian, kesehatan, sikap, perasaan dan faktor pribadi lainnya.
2)
Faktor ekstern
Faktor ini berhubungan dengan pengaruh
yang datang dari luar diri individu berupa sarapa dan prasarana, lingkungan,
masyarakat, guru, metode pembelajaran, kondisi social, ekonomi, dan lain
sebagaianya.
3.
Pelaksanaan
Akademik di Perguruan Tinggi
Dalam
pelaksanaannya terdapat perbedaan akademik pendidikan yang ada pendidik di
Perguruan tinggi (PT) dengan pendidikan dasar dan menengah. Perbedaan itu dapat
dilihat dari mata pelajaran dan jadwal kegiatan. Jika dilihat dari sekolah
dasar dan menengah dapat mengalami persamaan dalam mata pelajaran di angkatan
yang sama, sedangkan di Perguruan Tinggi untuk mata pelajaran setiap angkatan
saja bisa berbeda. Hal ini disebabkan karena dalam Perguruan Tinggi menggunakan
Sistem Kredit Semester(SKS).
Sistem Kredit
Semester merupakan suatu system penyelenggaraan pendidikan dimana beban studi
mahasiswa, beban kerja tenaga pengajar dan beban penyelenggara lembaga
pendidikan dinyatakan dalam satuan kredit semester. Jadi, satuan kecil sebagai
satuan program pendidikan yang dipergunakan sebagai dasar administrasi akademik
adalah semester. SKS sangat membantu dalam usaha menyelesaikan studi dengan
hasil yang maksimal. Pengambilan SKS di perguruan tinggi dapat disesuaikan agar
tidak mengganggu kegiatan perkuliahan sehingga memperoleh hasil yang maksimal
tanpa ada tekanan.
Sistem
penilaian hasil studi di Perguruan Tinggi tidak lagi menggunakan sistem
penilaian dari angka 0 sampai dengan 100. Penilaian hasil belajar untuk setiap
mata kuliah dinyatakan dengan huruf A, B, C, D dan E yang masing-masing
berbobot 4, 3, 2, 1 dan 0. Universitas Negeri Yogyakarta menggunakan penilaian
sebagai berikut :
NILAI
|
HURUF ANGKA/BOBOT
|
A
|
4,00
|
A-
|
3,67
|
B+
|
3,33
|
B
|
3,00
|
B-
|
2,67
|
C-
|
2,33
|
C
|
2,00
|
D
|
1,00
|
E
|
0,00
|
Namun, dalam perguruan
tinggi istilah mahasiswa berprestasi tetap ada. Selain ditentukan dengan nilai
IPK yang tinggi (kognitif), keaktifan di kampus, sikap serta kedisiplinan
termasuk dalam kriteria penilaian mahasiswa tersebut berprestasi atau tidak.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan
waktu penelitian
Penelitian ini
dilakukan di kampus IAI Al-Qolam Gondanglegi Malang pada tanggal 20 April-3
Juni. Penelti yang sekaligus sebagai intrumen penting dari Penelitian hadir
dilokasi penelitian secara insendental dan kondisional disesuaikan
dengan kebutuhan peneliti.
B. Jenis
Penelitian
Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu dengan pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2009: 14). Penelitian
ini ditujukan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan dengan cara mencari
besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.
C. Subyek
Penelitian
Yang menjadi
subyek penelitian ini adalah mahasiswa prodi PAI IAI Al-Qolam Gondanglegi yang
ditentukan dengan tekhnik sampling purposive dan dikembangkan melalui
tekhnik snowball. Penentuan subyek dilakukan secara purposive kepada
para mahasiswa prodi PAI yang dipandang sebagai mahasiswa aktivis dan mahasiswa
akademis, masing-masing diambil 5 mahasiswa sebagai sampel sesuai ketentuan.
Personal-personal
tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai key informan. Teknik diterapkan
untuk mencari informan lain yang dirujuk kepada key informan, teknik ini
dipakai dengan maksud agar data dan informasi penelitian yang dikumpulkan dapat
mendalam dan kompherensif.
D. Metode
Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data penelitian, metode yang digunakan peneliti adalah
sebagai berikut :
a. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan
melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat sendiri atau dibuat oleh
orang lain.
b. Observasi
Teknik
observasi ini merupakan pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung oleh
panca indera seperti mata, tangan, kaki, telinga dan mulut. Panca indera
tersebut bisa didukung oleh beberapa alat untuk menunjang pengamatan seperti
buku catatan, alat perekam dan kamera. Oleh karena itu, observasi adalah
kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca
indera mata serta dibantu dengan panca indera lainnya.
c. Wawancara
Secara
sederhana wawancara adalah sebuah teknik pengumpulan data
yang didapatkan oleh peneliti
melalui percakapan dengan narasumber atau informan yang dianggap memiliki
peranan penting di tempat penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
wawancara dengan tekhnik semiterstruktur yang bertujuan untuk menentukan topik
yang dibahas secara lebih terbuka. Dengan
wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dibalik
fenomena yang terjadi yang tidak mungkin didapat melalui observasi.
E. Prosedur
penelitian
Penelitian ini
dilakukan dengan dengan 3 tahap yakni dokumentasi, observasi dan wawancara.
Langkah awal peneliti mempersiapkan penelitian dimulai dari merencanakan
penelitian yang dilanjutkan dengan membuat proposal penelitian kemudian di
konsultasikan dengan pembimbing. Setelah itu peneliti menyusun instrumen
penelitian yang merupakan kebutuhan peneliti sebagai bahan penelitian.
Instrumen tersebut bisa didapat dengan cara mencari data sekunder pada lembaga
yang bersangkutan, melakukan wawancara kepada responden yang dianggap sebagai key
informan dan yang terakhir peneliti menyusun laporan penelitian lalu
menyesuaikan data yang diperoleh dengan hasil observasi.
Ma’ruf Amari dan
Hadi Nur, Mengkaji Ilmu Tafsir. (Solo:
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2014)
Https://gogon.blogspot.com/makalah/masa-pendidikan-rasululloh-periode-madinah/
di akses pada tanggal 09 Februari 2017
EmoticonEmoticon