PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Membahas bimbingan dan Konseling
untuk dunia pendidikan menjadi menarik. Karena, hal ini berkaitan dengan masa
depan generasi muda yang akan memimpin bangsa ini ke depan. Berbagai masalah di
era modern sekarang ini menurut pihak sekolah untuk meningkatkan
profesionalitas konselor, sehingga mampu memecahkan setiap problem yang dialami
siswa, baik pribadi maupun sosial.
Bimbingan
merupakan suatu proses, yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika
atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang
sistematis dan berencana yang terarah pada pencapaian tujuan.
Konseling merupakan
aktivitas yang menangani klien yang mempunyai masalah, namun masih sadar
tentang masalahnya. Dalam wawancara ataupun diskusi, klien masih dapat
menjelaskan masalah yang dihadapi secara jelas, masih dapat nyambung antara
konselor dengan klien. Sehingga konselor mampu untuk menggali data yang banyak
dari klien untuk dijadaikan bahan pertimbangan dalam membantu klien mengatasi
masalahnya. Sehingga dengan adanya bimbingan konseling ini diharapkan mampu
untuk meningkatkan dan mengatasi masalah yang dihadapi oleh para peserta
didik
Disamping penggalian
data, konselor harus memiliki teknik dalam membantu klien dalam menyelesaikan
masalah, karena dalam proses konseling teknik yang baik merupakan kunci
keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor harus mampu
merespon klien dengan teknik yang benar, sesuai keadaan klien saat itu. Respon
yang baik adalah pernyataan-pernyataan yang dapat menyentuh, merangsang, dan
mendorong sehingga klien mau terbuka untuk menyatakan dengan bebas perasaan,
pikiran, dan pengalamannya.
Konseling adalah hubungan tatap muka
yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan
dari konselor kepada klien. Pendapat lain mengatakan bahwa konseling adalah
upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara
konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu
membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya
sehingga konseli merasa bahagia dan efektif prilakunya.
Bimbingan
dan konseling membutuhkan tehnik yang tidak mudah. Diperlukan pembiasaan
terhadap macam-macam tehnik yang ada, supaya konselor mahir dalam kerja
praktiknya. Di samping itu, keberanian dalam mempraktikan
macam-macam tehnik yang ada, supaya ada pengalaman dari berbagai tehnik. Selain
konselor harus menguasai tehnik juga harus paham tentang prosedur-prosedur
dalam bimbingan dan konseling.
Terkadang
ada konselor yang sudah merasa nyaman dengan satu tehnik, sehingga tidak mau
untuk mencoba tehnik yang lainnya. Mental status quo semacam ini harus
dihilangkan. Diperlukan eksperimentasi dan observasi yang terus-menerus untuk
mengambangkan teknik konseling sebagai jawaban terhadap kompleksitas suatu
problem.
B. Rumusan masalah
Dari uraian
latar belakang di atas dapat diambil beberapa rumusan masalah diantaranya,
yaitu :
1.
Apakah
pengertian, perbedaan, dan persamaan Bimbingan dan Konseling ?
2.
Bagaimana
prosedur dan teknik-teknik Konseling ?
3.
Bagaimana teknik
memahami Individu dengan memperoleh Data ?
4. Bagaiaman
fase-fase dalam Bimbingan dan Konseling ?
C. Tujuan masalah
Dari uraian
rumusan masalah di atas dapat diambil beberapa tujuan masalah diantaranya,
yaitu :
1. Untuk
memahami pengertian, perbedaan, dan persamaan Bimbingan dan Konseling
2. Untuk
memahami prosedur dan teknik-teknik Konseling
3. Untuk
memahami teknik memahami Individu dengan memperoleh Data
4. Untuk
memahami fase-fase dalam Bimbingan dan Konseling
D. Manfaat penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah dan tujuan masalah tersebut, maka dapat diambil manfaat
penulisan sebagai berikut :
1. Secara
Teoritis
Memberikan informasi
serta pengetahuan tentang pengertian, perbedaan, dan persamaan Bimbingan dan
Konseling; prosedur dan teknik-teknik Konseling; teknik memahami Individu dengan
memperoleh Data; serta fase-fase dalam Bimbingan dan Konseling.
2.
Secara Praktis
a.
Bagi mahasiswa
Dapat digunakan untuk
dijadikan acuan dalam meningkatkan pemahaman tentang pengertian, perbedaan, dan
persamaan Bimbingan dan Konseling; prosedur dan teknik-teknik Konseling; teknik
memahami Individu dengan memperoleh Data; serta fase-fase dalam Bimbingan dan
Konseling.
b.
Bagi dosen
Dapat digunakan untuk
memberikan masukan serta dukungan untuk mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman
tentang pengertian, perbedaan, dan persamaan Bimbingan dan Konseling; prosedur
dan teknik-teknik Konseling; teknik memahami Individu dengan memperoleh Data; serta
fase-fase dalam Bimbingan dan Konseling.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian,
Perbedaan, Persamaan Bimbingan dan Konseling[1]
Antara
bimbingan dan konseling dapat memilki makna yang sama padahal keduanya
sebenarnya berbeda. Tapi dimanakah letak perbedaan diantara keduanya, perbedaan
bimbingan dan konseling berikut ini :
Pengertian
bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar mampu
mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami
lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih
baik.
Atau dengan kata lain bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya kepada seseorang atau beberapa orang individu agar orang yang dibimbing tersebut dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Atau dengan kata lain bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya kepada seseorang atau beberapa orang individu agar orang yang dibimbing tersebut dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sedangkan
pengertian konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka
atau tidak langsung (seperti melalui media internet atau telepon) antara dua
orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan
khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar.
Dalam hal
ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan
kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan
potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat.
Persamaan
antara bimbingan dan komseling terletak pada tujuan yang hendak dicapai yaitu
sama-sama diterapkan dalam program persekolahan, sama-sama berusaha untuk
memandirikan individu, dan sama-sama mengikuti norma-norma yang berlaku di
lingkungan masyarakat tempat kedua kegiatan itu diselenggarakan.
Perbedaan
antara bimbingan dan konseling terletak pada segi isi kegiatan dan tenaga yang
menyelenggarakan.
Dari segi
isi, bimbingan lebih banyak bersangkut paut dengan usaha pemberian informasi
dan dan kegiatan pengumpulan data tentang siswa dan lebih menekankan pada
fungsi pencegahan, sedangakan konseling merupakan bantuan yang dilakukan dalam
pertemuan tatap muka antara dua orang manusia yaitu antara konselor dan klien.
Dari segi
tenaga, bimbingan dapat dilakukan oleh orang tua, guru, wali kelas, kepala
sekolah, orang dewasa lainnya. Namun, konseling hanya dapat dilakukan oleh
tenaga-tenaga yang telah terdidik dan terlatih. Dengan kata lain, konseling
merupakan bentuk khusus bimbingan yaitu layanan yang diberikan oleh konselor
kepada klien secara individu.
B.
Prosedur
dan Teknik-teknik Konseling
a.
Prosedur
Konseling[2]
Prosedur
adalah suatu proses atau langkah-langkah yang harus ditempuh dalam satuan
kegiatan. Prosedur konseling yang akan ditempuh yaitu :
1.
Menentukan
Masalah
Menentukan
masalah dalam proses konseling dapat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan
identifikasi masalah (identifikasi kasus-kasus) yang dialami oleh klien
(siswa). Misalnya, seorang siswa sebut saja bernama Fudin berdasarkan fenomena
dan perilaku sehari-hari yang ditunjukkan oleh siswa tersebut dapat
diidentifikasikan bahwa masalah yang sedang dialaminya adalah:
-
Sering terlambat masuk kelas (tidak
disiplin),
-
Sering bolos sekolah,
-
Sering mengganggu teman dalam
belajar (suka usil),
-
Sulit berkonsentrasi dalam belajar
agama Islam,
-
Prestasi belajar terus menurun,
-
Merokok secara sembunyi-sembunyi
(ketagihan rokok),
-
Dikucilkan dari pergaulan
teman-teman di sekolah atau madrasah,
-
Sering ribut dengan orang tua,
terutama ayah, dan lain-lain.
Berdasarkan
identifikasi di atas dapat diketahui bahwa Fudin memiliki delapan jenis
masalah. Untuk menentukan masalah yang mana untuk dipecahkan harus menggunakan
prinsip skala prioritas. Penetapan skala prioritas ditentukan atas dasar akibat
atau dampak yang lebih besar terjadi apabila masalah tersebut tidak dipecahkan.
Berdasarakan identifikasi masalah di atas, misalnya pembimbing (konselor)
menetapkan masalah “Prestasi belajar yang menurun” untuk diprioritaskan
dipecahkan melalui layanan konseling. Alasannya karena Fudin statusnya sebagai
pelajar kelas IX, apabila tidak segera dibantu, dikhawatirkan ia tidak lulus.
Mudah-mudahan dengan terpecahkan masalah “Prestasi meningkat” dan
masalah-masalah yang lain juga berkurang.
2.
Pengumpulan
Data
Setelah
ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalam konseling, selanjutnya adalah
mengumpulkan data siswa yang bersangkutan (data Fudin). Data siswa yang dikumpulkan
harus secara komprehensif (menyeluruh) yang meliputi: data diri, data orang tua
(ayah ibu), data pendidikan, data kesehatan, dan data lingkungan.
Data diri
bisa menyangkut nama lengkap dan nama panggilan atau nama kesayangan, jenis
kelamin, anak ke berapa, status anak dalam keluarga (kandung, tiri, angkat),
tempat tanggal lahir, agama, hobi atau cita-cita, ciri-ciri tubuh, alamat, dan
lain sebagainya. Data orang tua dapat mencakup: nama ayah, tempat tanggal
lahir, agama, pekerjaan, penghasilan perbulan, alamat, dan nama ibu, tempat
tanggal lahir, agama, pekerjaan, penghasilan perbulan, alamat, dan lain-lain.
Data pendidikan dapat mencakup: tingkat pendidikan, status sekolah, lokasi
sekolah, sekolah sebelumnya, kelas berapa, dan lain-lain. Data kesehatan dapat
mencakup: riwayat penyakit yang sudah pernah diderita, pernah atau tidak
dirawat di rumah sakit dan ganngguan kesehatan yang lain yang bisa mempengaruhi
fisik dan psikis siswa yang bersangkutan. Data lingkungan dapat mencakup: di
mana siswa tinggal, dengan siapa ia tinggal, bagaimana pola asuh keluarga,
dalam lingkungan seperti apa, dan lain sebagainya.
Data-data
siswa (Fudin) di atas dapat dikumpulkan dengan cara tes dan nontes. Pengumpulan
data siswa dengan tes dapat mencakup: tes kecerdasan (IQ), tes belajar, tes
bakat minat, dan lain sebagainya. Pengumpulan data siswa dengan cara nontes
seperti: observasi atau pengamatan, angket atau daftar isian, (untuk orang tua
dan siswa), wawancara, sosiometri, biografi atau catatan harian, pemeriksaan
fisik atau kesehatan, studi kasus, kunjungan ke rumah, dan lain sebagainya.
3.
Analisis
Data
Data-data
siswa yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Data hasil tes bisa
dianalisis secara kuantitatif dan data hasil nontes dapat dianalisis secara
kualitatif. Misalnya hasil tes belajar Fudin pada setiap mata pelajaran
memperoleh nilai lima (5) dan rata-rata di bawah lima. Berdasarkan data
tersebut bisa dinyatakan bahwa prestasi belajar Fudin adalah rendah dan
seterusnya untuk data yang diperoleh melalui tes. Selanjutnya, data yang
diperoleh melalui nontes (misalnya sosiometri) dari 40 orang teman sekelas Fudin
hanya lima (5) orang yang suka berteman dengan Fudin. Berdasarkan data
tersebut, analisisnya adalah Fudin cenderung tidak disukai teman-temannya
(fenomenanya adalah Fudin dikucilkan dari teman-temannya di sekolah) dan
seterusnya. Dari analisis data akan diketahui siapa Fudin? Dan apa sesungguhnya
masalah yang dialami Fudin?
4.
Diagnosis
Diagnosis
merupakan usaha pembimbing (konselor) menetapkan latar belakang masalah atau
faktor – faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa (klien). Pada contoh
diatas adalah pembimbing mencari faktor – faktor penyebab timbulnya masalah
pada Fudin, yakni faktor-faktor penyebab prestasi belajar Fudin yang rendah dan
dikucilkan dari pergaulan oleh teman-teman disekolah dan madrasah.
5.
Prognosis
Setelah
diketahui faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa (dalam contoh
diatas adalah masalah pada Fudin) selanjutnya pembimbing menetapkan
langkah-langkah bantuan yang akan diambil. Jenis bantuan apa yang bisa
diberikan sesuai dengan masalah yang dihadapi oeh siswa (Fudin). Berdasarkan
masalah Fudin di atas, bisa diberikan bimbingan belajar misalnya pelajaran
remidial, les tambahan, dll., yang sesuai dengan bimbingan belajar atau
bimbingan sosial yang tujuanya agar Fudin memperoleh penyesuaian sosial dengan
teman-temanya di sekolah dan madrasah.
6.
Terapi
Setelah
ditetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian bantuan, selanjutnya adalah
melaksanakan jenis bantuan yang ditetapkan. Dalam contoh di atas, pembimbing
melaksanakan bantuan belajar atau bantuan sosial yang telah ditetapkan untuk
memecahkan masalah Fudin.
7.
Evaluasi
atau Follow Up
Evaluasi
dilakukan untuk melihat apakah upaya bantuan yang telah diberikan memperoleh
hasil atau tidak. Dalam contoh diatas apakah pelaksanaan pemberian bimbingan
belajar dan sosial kepeda Fudin telah memberikan hasil dimana prestasi belajar Fudin
meningkat atau perilaku Fudin berubah sehingga mulai disenangi oleh
teman-temanya atau belum. Apabila sudah memberikan hasil, apa langkah-langkah
selanjutnya yang perlu di ambil? Begitu juga selanjutya apabila belum berhasil.
b.
Teknik-teknik
Konseling[3]
Ada
beberapa istilah yang dipakai untuk menamakan teknik konseling yaitu
ketarmpilan konseling, strategi dan teknik-teknik konseling. Semua istilah
tersebut mengandung pengertian yakni cara yang digunakan oleh seorang konselor
dalam hubungan konseling untuk membantu klien agar berkembang potensinya serta
mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi
lingkungan yakni nilai-nilai social, agama, dan budaya.
Sebagai suatu
proses, implementasi teknik-teknik konseling akan melaui beberapa tahap-tahap
kegiatan berupa:
1)
Persiapan
Konseling
Pada tahap ini ada tiga hal yang harus dilakukan oleh
seorang konselor untuk memulai proses konseling yaitu:
a.
Kesiapan
untuk Konseling
Kesiapan konseling ditujukan kepada konselor maupun
kliennya setiap aktivitas yang berproses akan memerlukan persiapan yang matang.
Untuk dapat melakukan konseling secara efektif dan agar konseling berhasil dan
berdaya guna, maka konselor harus melakukan persiapan. Begitu juga klien harus
siap mengikuti konseling agar dapat berpartisipasi aktif sesuai tuntutan
konselor. Hal-hal yang berkenaan dengan kesiapan konseling yang ber-hubungan
dengan klien berupa:
-
Motivasi klien untuk memperoleh
bantuan,
-
Pengetahuan klien tentang konseling,
-
Kecakapan intelektual,
-
Tingkat tilikan terhadap masalah dan
dirinya sendiri,
-
Harapan-harapan terhadap peran
konselor, dan
-
Sistem pertahanan diri.
Motivasi klien untuk memperoleh bantuan akan
menentukan jalannya proses konseling. Klien yang mengikuti proses konseling
karena terpaksa akan berbeda partisipasinya dengan klien yang mengikuti proses
konseling yang memiliki motivasi untuk memperoleh bantuan.
Dalam proses konseling harus ada respons-respons
tertentu dari klien. Ada klien yang mampu melihat masalahnya sendiri dan ada
yang tidak. Sistem pertahanan diri yang baik dari klien akan membantu
kelancaran proses konseling. Sebaliknya, sistem pertahanan diri yang jelek akan
menghambat proses konseling, karena ketika konselor bertanya sesuatu yang
sedikit memojokkan klien, ia akan menangis.
Agar klien siap dalam mengikuti konseling, kepada
konselor disarankan supaya melakukan hal-hal sebagai berikut:
-
Memulai pembicaraan dengan berbagai
pihak tentang berbagai topik masalah dan pelayanan konseling yang diberikan;
-
Menciptakan iklim kelembagaan yang
kondusif sehingga merangsang siswa untuk memperoleh bantuan;
-
Menghubungi sumber-sumber rujukan
misalnya sekolah, organisasi dan sebagainya;
-
Memberikan informasi kepada klien
tentang dirinya dan prospeknya;
-
Melalui proses pendidikan itu
sendri;
-
Melakukan survey terhadap
masalah-masalah klien; dan
-
Melakukan orientasi pra konseling.
b.
Riwayat Kasus
Riwayat kasus adalah suatu kumpulan fakta yang
sistematis tentang kehidupan klien sekarang dan masa yang lalu. Secara
sederhana riwayat kasus biasa dikatakan melakukan identifikasi terhadap
masalah-masalah yang dialami klien.
Menurut Surya (1988: 160), riwayat kasus dapat dibuat
dalam berbagai bentuk yaitu: riwayat konseling psikoterapeutik, yang lebih
memusatkan pada maslaha-masalah psikoterapeutik dan diperoleh melalui wawancara
konseling; catatan kumulatif, yaitu suatu catatan tentang berbagai aspek yang
menggambarkan perkembangan seseorang; biografi dan autobiografi; tulisan-tulisan
yang dibuat sendiri oleh siswa yang berkasus sebagai dokumen pribadi; serta
grafik waktu tentang kehidupan siswa yang berkasus.
c.
Evaluasi Psikodiagnostik
Dalam bidang medis, diagnosis diartikan sebagai suatu
proses memeriksa gejala, memperkirakan sebab-sebab, mengadakan observasi,
menempatkan gejala dalam kategori, dan memperkirakan usaha-usaha
penyembuhannya. Secara umum bidang diagnosis dalam psikologis berarti pernyataan
tentang masalah klien, perkiraan sebab-sebab kesulitan, kemungkinan
teknik-teknik konseling untuk memecahkan masalah, dan memperkirakan hasil
konseling dalam bentuk tingkah laku klien di masa yang akan datang.
Psikodiagnosis dapat dilakukan melalui tes dengan
tujuan untuk memperoleh data tentang kepribadian klien melalui sampel tingkah
laku dalam situasi yang terstandar. Penggunaan tes psikodiagnosis dalam
konseling berfungsi untuk: menyeleksi data yang diperlukan bagi konseling;
meramalkan keberhasilan konseling; memperoleh informasi yang lebih terperinci;
dan merumuskan diagnostik yang lebih tepat.
Proses konseling memerlukan teknik-teknik tertentu
sehingga konseling bisa berjalan secara effektif dan efisien. Berikut ini akan
diuraikan beberapa teknik dalam konseling.
a.
Teknik
Rapport
Teknik rapport dalam konseling merupakan suatu kondisi
saling memahami dan mengenal tujuan bersama. Tujuan utama teknik ini adalah
untuk menjembatani hubungan antara konselor dengan klien, sikap penerimaan dan
minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya.
Melalui teknik ini maka akan tercipta hubungan yang
akrab antara konselor dan klien yang ditandai dengan saling mempercayai.
Implementasi teknik rapport dalam konseling yaitu:
-
Pemberian salam yang menyenangkan;
-
Menetapkan topik pembicaraan yang
sesuai;
-
Susunan ruang konseling yang
menyenangkan;
-
Sikap yang ditandai dengan
kehangatan emosi, Realisasi tujuan bersama, dan menjamin kerahasiaan klien;
serta
-
Kesadaran terhadap hakikat klien
secara alamiah.
b.
Perilaku Attending
Attending merupakan upaya konselor mengahmpiri klien
yang diwujudkan dalam bentuk perilaku seperti kontak mata, bahasa tubuh, dan
bahasa lisan. Perilaku attending yang baik harus mengombinasikan ketiga aspek
di atas sehingga akan memudahkan konselor untuk membuat klien terlibat
pembicaraan dan terbuka. Perilaku attending yang baik akan dapat meningkatkan
harga diri klien, menciptakan suasana yang aman dan akrab, serta mempermudah
ekspresi perasaan klien dengan bebas.
Peilaku attending berkenaan dengan teknik penerimaan
konselor terhadap klien. Teknik penerimaan menggambarkan cara bagaimana
konselor menerima klien dalam proses atau sesi konseling. Teknik ini dalam
proses konseling bisa diwujudkan melaui ekspresi wajah misalnya cemberut atau
ceria.
c.
Teknik
Structuring
Structuring adalah
proses penetapan batasan oleh konselor tentang hakikat, batas-batas dan tujuan
proses konseling pada umumnya dan hubungan tertentu pada khususnya. Structuring
memberikan kerangka kerja atau orientasi terapi kepada klien. Structuring ada
yang bersifat inplisit di mana secara umum peranan konselor diketahui oleh
klien dan ada yang bersifat formal berupa pernyataan konselor untuk menjelaskan
dan membatasi proses konseling.
Ada lima macam structuring dalam konseling yaitu:
-
Batas-batas waktu baik secara
individu maupun seluruh proses konseling;
-
Batas-batas tindakan baik konselor
maupun klien;
-
Batas-batas peranan konselor;
-
Batas-batas proses atau prosedur,
misalnya menyangkut waktu atau jadwal, berapa lama konseling akan dilakukan dan
lain sebagainya; serta
-
Structuring dalam nilai dan proses,
semisal menyangkut tahapan-tahapan yang harus ditempuh, apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan selama proses konseling berlangsung.
d.
Empati
Empati merupakan kemampuan konselor untuk merasakan
apa yang dirasakan oleh klien, merasa dan berpikir bersama klien dan bukan
untuk atau tentang klien. Empati dilakukan bersamaan dengan attending, karena
tanpa attending tidak aka nada empati. Empati ada dua macam yaitu empati primer
yang apabila konselor hanya memahami perasaan, pikiran, keinginan, dan
pengalaman klien dengan tujuan agar klien terlibat pembicaraan dan terbuka.
Empati yang kedua yaitu empati tingkat tinggi yang apabila kepahaman konselor
terhadap perasaan, keinginan, dan pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh
klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut.
Dalam melakukan empati konselor harus mampu
mengosongkan perasaan dan pikiran egoistik, memasuki dunia dalam klien,
melakukan empati primer, serta melakukan empati tingkat tinggi.
Empati dibangun berdasarkan kesadaran diri. Semakin
terbuka kita kepada emosi diri sendiri, maka semakin terampil kita membaca
perasaan. Kunci untuk memahami perasaan orang lain adalah kita harus mampu
membaca pesan nonverbal seperti nada bicara, gerak-gerik, ekspresi wajah, dan
sebagainya.
e.
Refleksi Perasaan
Refleksi perasaan merupakan suatu usaha konselor untuk
menyatakan dalam bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang diperlakukan
terhadap klien. Refleksi perasaan bisa berwujud positif, negatif, dan
ambivalen.
Refleksi perasaan positif ditunjukkan oleh konselor
dalam konseling melalui pernyataan persetujuan atas apa yang disampaikan oleh
klien. Refleksi perasaan negatif ditunjukkan oleh konselor melalui pernyataan
ketidak setujuan atau penolakan konselor atas apa yang dinyatakan oleh klien.
Sedangkan refleksi ambivalen (masa bodoh) ditunjukkan oleh konselor dengan
membiarkan saja (tidak menyatakan setuju dan tidak menolak) atas apa yang
dinyatakan oleh klien.
Refleksi perasaan akan mengalami kesulitan apabila:
streotipe dari konselor; konselor tidak dapat mengatur sesi konseling; konselor
tidak dapat memilih perasaan mana untuk direfleksikan; konselor tidak dapat
mengetahui isi perasaan yang direfleksikan; konselor tidak dapat menemukan ke
dalam perasaan; konselor menambah arti perasaan; dan konselor menggunakan
bahasa yang kuranbg tepat (Surya, 1988).
Selanjutnya menurut Surya (1988), manfaat refleksi
perasaan dalam proses konseling adalah: membantu klien untuk merasa dipahami
secara mendalam; klien merasa bahwa perasaan menyebabkan tingkah laku;
memusatkan evaluasi pada klien; memberi kekuatan untuk memilih; memperjelas
cara berpikir klien; dan menguji kedalaman motif-motif klien.
Menurut Sofyan S. Willis (2004), refleksi merupakan
keterampilan konselor untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman
klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan nonverbal.
Selnjutnya Sofyan (2004) menyatakan bahwa refleksi terbagi atas tiga jenis
yaitu: refleksi perasaan; refleksi pengalaman; serta refleksi pikiran.
Refleksi perasaan yaitu keterampilan konselor untuk
dapat memantulkan (merefleksikan) perasaan klien sebagai hasil pengamatan
verbal dan nonverbal terhadap klien.
Refleksi pengalaman yaitu keterampilan konselor untuk
memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan perilaku
verbal dan nonverbal klien.
Refleksi pikiran yaitu keterampilan konselor untuk
memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap
perilaku verbal dan nonverbal klien.
f.
Teknik Eksplorasi
Eksplorasi merupakan keterampilan konselor untuk
menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien. Teknik ini dalam konseling
sangat penting karena umumnya klien tidak mau terus terang. Eksplorasi
memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan, dan
terancam. Eksplorasi ada tiga macam yaitu: eksplorasi perasaan, eksplorasi
pikiran, dan eksplorasi pengalaman.
Eksplorasi perasaan yaitu keterampilan konselor untuk
menggali perasaan klien yang tersimpan. Eksplorasi pikiran yaitu keterampilan
konselor untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Eksplorasi pengalaman
yaitu keterampilan atau kemampuan konselor untuk menggali pengalaman-pengalaman
klien yang telah dilaluinya.
g.
Teknik Paraphrasing (Menangkap
Pesan Utama)
Sering klien mengemukakan ide, pikiran, perasaan,
serta pengalaman secara berbelit-belit dan tidak terarah sehingga intinya sulit
dipahami. Untuk itu maka konselor perlu menangkap pesan untama dari apa yang
disampaikan oleh klien dan menyampaikannya kepada klien dengan bahasa konselor
sendiri. Tujuan dari paraphrase adalah mengatakan kembali esensi atau inti
ungkapan klien.
Untuk dapat melakukan paraphrasing yang baik, maka
konselor harus:
-
Menggunakan kata-kata yang mudah dan
sederhana.
-
Dengan teliti mendengarkan pesan
utama pembicaraan klien.
-
Nyatakan kembali dengan ringkas.
-
Amati respons klien terhadap
konselor.
h.
Teknik
Bertanya
Umumnya konselor mengalami kesulitan untuk membuka
percakapan dengan klien, karena sulit menduga apa yang dipikirkan oleh klien.
Untuk itu, konselor harus memiliki keterampilan bertanya. Teknik bertanya ada
dua macam yaitu bertanya terbuka (open question), dan bertanya tertutup (closed
question). Pada pertanyaan terbuka, klien bebas memberikan jawabannya,
sedangkan pada pertanyaan tertutup telah menggambarkan alternatif jawabannya
misalnya jawaban ya atau tidak, setuju atau tidak setuju, dan lain sebagainya.
i.
Dorongan Minimal (Minimal
Encouragement)
Dalam proses konseling, konselor harus mengupayakan
agar klien selalu terlibat dalam pembicaraan. Untuk itu, konselor harus mampu
memberikan dorongan minimal kepada klien, yaitu suatu dorongan langsung yang
singkat terhadap apa yang telah dikatakan klien.
Teknik ini memungkinkan klien untuk terus berbicara
dan dapat mengarahkan agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan minimal juga
dapat meningkatkan eksplorasi diri. Dorongan minimal diberikan secara selektif
yaitu ketikan klien menunjukkan tanda-tanda akan mengurangi atau menghentikan
pembicaraan atau pada saat klien kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan
dan saat konselor ragu terhadap pembicaraan klien.
j.
Interpretasi
Interpretasi merupakan usaha konselor mengulas
pikiran, perasaan, dan perilaku atau pengalaman klien berdasarkan atas
teori-teori tertentu.tujuan utama teknik ini adalah untuk memberikan rujukan,
pandangan atau tingkah laku klien, agar klien megerti dan berubah melalui
pemahaman dari hasil rujukan baru.
k.
Teknik Mengarahkan (Directing)
Seperti telah disebutkan di muka bahwa proses
konseling memerlukan partisipasi secara penuh dari klien. Untuk mengajak klien
berpartisipasi secara penuh di dalam proses konseling, perlu ada ajakan dan
arahan dari konselor. Upaya konselor mengarahkan klien dapat dilakukan dengan
menyuruh klien memerankan sesuatu (bermain peran) atau mengkhayalkan sesuatu.
l.
Teknik
Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Agar pembicaraan dalam konseling maju secara bertahap
dan arah pembicaraan semakin jelas, maka setiap periode waktu tertentu konselor
bersama klien perlu menyimpulkan pembicaraan. Hal ini bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari hal-hal
yang telah dibicarakan bersama konselor. Selain itu, untuk menyimpulkan
kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap. Tujuan lainnya yaitu untuk
meningkatkan kualitas diskusi serta mempertajam atau memperjelas fokus atau
arah wawancara konseling.
m.
Teknik-teknik
Memimpin
Agar wawancara konseling tidak menyimpang, maka
konselor harus mampu memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan konseling bisa
tercapai secara efektif dan efisien. Penerapan teknik ini dalam konseling harus
memperhatikan:
-
Memimpin hanya sebatas klien dapat
memberikan toleransi sesuai dengan kecakapan dan pemahamannya.
-
Memimpin bisa berbeda dari topik ke
topik.
-
Memulai proses konseling dengan
sedikit memimpin.
Keberhasilan konselor memimpin dalam sesi konseling
juga ditentukan oleh tipe-tipe kepemimpinan konselor yang demokratis, otoriter,
atau permisif (masa bodoh).
Teknik ini bertujuan agar pembicaraan klien tidak
menyimpang dari fokus yang dibicarakan dan agar arah pembicaraan terfokus pada
tujuan konseling.
n.
Teknik Fokus
Konselor yang efektif harus mampu membuat fokus
melalui perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien. Fokus
akan membantu klien untuk memusatkan perhatiannya pada pokok pembicaraan. Fokus
ada empat macam dalam konseling yaitu: fokus pada diri klien, fokus pada orang
lain, fokus pada topik, serta fokus mengenai budaya.
Dalam wawancara konseling selalu ada fokus yang
membantu klien untuk menyadari bahwa persoalan pokok yang dihadapinya adalah
“A”. Mungkin banyak masalah yang berkembang di dalam wawancara konseling,
tetapi konselor harus membantu klien agar ia memfokuskan pada masalah tertentu
(misalnya masalah “A” dan lain-lain).
o.
Teknik Konfrontasi
Teknik ini dalam konseling dikenal juga dengan
memperhadapkan. Teknik konfrontasi adalah suatu teknik yang menantang klien
untuk melihat adanya inkonsistensi (tidak konsisten) antara perkataan dengan
perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan. Tujuan
teknik ini adalah:
-
Mendorong klien untuk mengadakan
penelitian diri secara jujur.
-
Meningkatkan potensi klien.
-
Membawa klien kepada kesadaran
adanya diskrepansi (kondisi pertentangan antara harapan seseorang dengan kondisi
nyata dilingkungan) dai klien dengan inkonsistensi, konflik atau kontradiksi
dalam dirinya.
p.
Menjernihkan (Clarifying)
Dalam konseling, teknik ini dilakukan oleh konselor
dengan mengklarifikasi ucapan-ucapan klien yang tidak jelas, samar-samar, atau
agak karuan. Tujuan teknik ini ialah untuk menyatakan pesannya secara jelas,
ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis. Tujuan yang
lain adalah klien menjelaskan, mengulang dan mengilustrasikan pengalamannya.
q.
Memudahkan
(Facilitating)
Facilitating adalah suatu teknik membuka komunikasi
agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan,
pikiran, dan pengalamannya secara bebas. Melalui teknik ini, komunikasi dan
partisipasi meningkat dan proses konseling berjalan secara efektif.
r.
Diam
sebagai Suatu Teknik
Diam dalam konseling bisa dijadikan sebagai suatu
teknik. Dalam konseling, diam bukan berarti tidak ada komunikasi. Komunikasi
tetap ada, yaitu melalui perilaku nonverbal. Dalam konseling, diam bisa
memiliki beberapa makna yaitu:
-
Penolakan atau kebingungan klien.
-
Klien atau konselor telah mencapai
akhir suatu ide dan ragu mengatakan apa selanjutnya.
-
Kebingungan yang didorong oleh
kecemasan atau kebencian.
-
Klien mengalami perasaan sakit dan
tidak siap untuk berbicara.
-
Klien mengharapkan sesuatu dari
konselor.
-
Klien sedang memikirkan apa yang
dikatakan.
-
Klien baru menyadari kembali dari
ekspresi emosional sebelumnya.
Tujuan teknik ini adalah pertama menanti klien yang
sedang berpikir. Kedua, sebagai protes apabila klien berbicara berbelit-belit.
Ketiga, menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas berbicara.
s.
Mengambil
Inisiatif
Pengambilan inisiatif perlu dilakukan oleh konselor
ketika klien kurang bersemangat untuk berbicara, lebih sering diam, dan kurang
partisipatif. Teknik ini diterapkan apabila untuk mengambil inisiatif apabila
klien kurang bersemangat, klien lambat berpikir untuk mengambil keputusan,
serta klien kehilangan arah pembicaraan.
t.
Memberi Nasihat
Dalam konseling, pemberian nasihat sebaiknya dilakukan
apabila klien memintanya. Meskipun demikian, konselor tetap harus
mempertimbangkan-nya, apakah pantas atau tidak memberikan nasihat. Hal yang
harus diperhatikan dalam pemberian nasihat adalah aspek kemandirian dalam
konseling. Para penganut teori Client Centered menyatakan bahwa apabila klien
masih dinasihati berarti belum mandiri. Dengan perkataan lain, pemberian
nasihat tidak sesuai dengan hakikat kemandirian dalam konseling.
u.
Pemberian
Informasi
Apabila konselor tidak mengetahui informasi, sedangkan
klien memintanya, maka konselor harus secara jujur mengatakan tidak
mengetahuinya. Sebaliknya, apabila konselor mengetahui, sebaiknya diupayakan
agar klien tetap mengusahakannya sendiri.
v.
Merencanakan
Menjelang akhir sesi konseling, konselor harus membantu
klien untuk dapat membuat rencana suatu program untuk action (melakukan
tindakan sesuatu) guna memecahkan masalah yang dihadapinya. Atau rencana
perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan klien. Rencana yang baik harus
merupakan kerja sama antara konselor dengan klien.
w.
Menyimpulkan
Pada akhir sesi konseling, bersama klien konselor
membuat suatu kesimpulan. Atau konselor membantu klien membuat kesimpulan yang
menyangkut diri klien selama melakukan konseling.
x.
Teknik
Mengakhiri (Menutup sesi Konseling)
Mengakhiri sesi konseling merupakan suatu teknik dalam
proses konseling. Untuk mengakhiri sesi konseling, dapat dilakukan konselor
dengan cara:
-
Mengatakanbahwa waktu sudah habis.
-
Merangkum isi pembicaraan.
-
Menunjukkan kepada pertemuan yang
akan datang.
-
Mengajak klien berdiri dengan
isyarat gerak tangan.
-
Menunjukkan catatan-catatan singkat
hasil pembicaraan konseling.
-
Memberikan tugas-tugas tertentu
kepada klien yang relevan dengan pokok pembicaraan apabila diperlukan.
C.
Teknik
Memahami Individu dengan memperoleh Data
Pemahaman individu
adalah merupakan awal dari kegiatan bimbingan dan konseling. Tanpa adanya
pemahaman terhadap individu, sangat sulit bagi Guru Pembimbing untuk memberikan
bantuan karena pada dasarnya bimbingan adalah bantuan dalam rangka pengembangan
pribadi. Adapun hal-hal yang perlu dipahami dari seorang individu dalam rangka
pelaksanaan bimbingan dan konseling, adalah sebagai berikut[5]:
1.
Identitas diri, yaitu berbagai aspek
yang secara langsung menjadi keunikan pribadi,
2.
Kondisi jasmaniah dan kesehatan,
3.
Kapasitas (umum/Intligensi dan
khusus/Bakau) dan kecakapan,
4.
Sikap dan minat,
5.
Watak dan tempramen,
6.
Cita-cita sekolah dan
pekerjaan.Aktivitas social,
7.
Hobi dan pengisian waktu Luang,
8.
Kelebihan atau keluarbiasaan dan kelainan-kelainan
yang dimiliki,
9.
Latar belakang.
Untuk memperoleh
data yang lengkap, teratur, dan efektif sehingga menunjang pelayanan bimbingan
dan konseling secara efektif pula, pembimbing atau konselor perlu menerapkan
beberapa teknik yaitu teknik test dan non-test. Pertama, Teknik tes atau sistem testing merupakan usaha pemahaman Individu dengan menggunakan alat-alat yang bersifat mengungkap atau mengetahui
karakter peseta didik. Sedangkan tes adalah sebagai suatu prosedur yang
sistematis untuk mengobservasi (mengamati) tingkah laku individu melalui skala
angka atau sistem kategori. Selain itu tes mengandung pengertian alat untuk menentukan
atau menguji sesuatu. Tes yang digunakan dalam himpunan data ada beberapa
macam diantaranya yaitu[6] :
1.
Tes Hasil Belajar (Achievement
Test) adalah salah satu alat ukur yang paling
banyak digunakan untuk mengetahui hasil belajar seseorang dalam proses
belajar-mengajar atau suatu program pendidikan. Karena sedemikian banyak tes
itu digunakan dalam dunia pendidikan, maka untuk memeperoleh data hasil belajar
dapat dilakukan dengan memberikan test hasil belajar dengan langkah-langkah
yang ditempuh ialah dengan mencari rata-rata seluruh nilai dalam raport untuk
setiap murid. Tujuan utama penggunaan tes prestasi belajar adalah agar
guru dapat membuat keputusan-keputusan seleksi dan klasifikasi serta menentukan
keefektifan pengajaran. Tes ini meliputi :
a.
Tes diagnostik, yang
dirancang agar guru dapat mengetahui letak kesulitan murid, terutama dalam
berhitung dan membaca.
b.
Tes prestasi belajar
kelompok yang baku.
c.
Tes prestasi belajar
yang disusun guru.
2.
Tes Bakat Khusus (Test of Specific
Ability)
Tes ini
digunakan untuk mengukur taraf kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mata
pelajaran tertentu, programpendidikan vokasional tertentu, atau bidang karir
tertentu. Tes ini lingupnya lebih terbatas dari tes kemampuan intelektual.
3.
Tes Minat (Test of Vocation)
Tes ini
digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan apa yang paling diminati siswa.
Selain itu juga membantu siswa dalam memilih jenis karier yang sesuai dengan karateristik
kepribadiannya.
4.
Tes Perkembangan Vokasional
Tes ini
digunakan untuk mengukur taraf perkembangan seseorang (siswa) dalam hal
kesadaran akan memangku suatu pekerjaan atau jabatan tertentu, memikirkan
hubungan antara memangku suatu jabatan dengan ciri-ciri kepribadiannya serta
tuntutan-tuntutan sosial ekonomis, dan dalam menyusun serta mengimplementasikan
rencanamasa depannya sendiri.
5.
Tes Kepribadian
Tes ini
digunakan untuk mengukur ciri-ciri kepribadian tertentu pada siswa seperti
karakter, temperamen, corak kehidupan emosional, kesehatan mental, relasi
soaial dengan orang lain dan bidang-bidang kehidupan yang menimbulkan kesukaran
dalm penyesuaian diri.
6.
Tes Psikologis[7]
Tes Psikologis atau lebih dikenal sebagai Psikotes adalah tes untuk
mengukur aspek individu secara psikis. Tes dapat berbentuk tertulis, visual,
atau evaluasi secara verbal yang teradministrasi untuk mengukur fungsi kognitif
(perilaku manusia) dan emosional. Tes dapat diaplikasikan kepada anak-anak
maupun dewasa.
Dan Tes Psikologis mempunyai tujuan untuk digunakan mengukur berbagai
kemungkinan atas bermacam kemampuan secara mental dan apa-apa yang
mendukungnya, termasuk prestasi dan kemampuan, kepribadian, intelegensi, atau
bahkan fungsi neurologis (ilmu kedokteran yang menangani kelainan
pada sistem saraf) dan Tes Psikologi dapat dilakukan pada bermacam setting termasuk
rekrutmen dalam perusahaan, mengetahui minat dan bakat anak/siswa, tujuan
klinis, perkembangan anak, dll.
Kedua, Teknik
non-tes[8]
merupakan prosedur pengumpulan data yang dirancang untuk memahami pribadi
murid, yang pada umumnya bersifat kualitatif. Teknik ini tidak menggunakan
alat-alat yang bersifat mengukur, tetapi hanya menggunakan alat yang bersifat
menghimpun atau mendeskripsikan saja. Diantanya yaitu :
1.
Angket, adalah
suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang
diajukan kepada subyek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis. Angket yaitu
komunikasi dengan tulisan. Teknik angket ini ada 2 yaitu angket yang
bersifat langsung dan bersifat tidak
langsung. Angket yang bersifat langsung adalah apabila angket diberikan kepada
siswa untuk meminta keterangan(data) tentang dirinya sendiri. Angket yang
bersifat tidak langsung adalah apabila angket diberikan kepada siswa untuk
meminta keterangan(data) tentang orang lain, termasuk kepada orang tua siswa
untuk mndapatkan data tentang anaknya.
2.
Wawancara, merupakan teknik untuk
mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung dengan responden (orang yang
diminta informasi), dalam hal ini bisa murid, orang tua murid, teman-temannya
atau orang lain yang diminta keterangan tentang murid. Contoh penggunaan
wawancara ini seperti guru ingin mengetahui informasi dari murid yang sering
membolos dari sekolah. Di sini guru dapat mengajukan pertanyaan tentang :
identitas orang tua, jarak tempat tinggal, perhatian orang tua terhadap belajar
murid, keadaan ekonomi, kegiatan sehari-hari yang dilakukan murid dan alasannya
mengapa sering membolos, minat bersekolah, dan lain-lain.
3.
Observasi, Teknik ini dilakukan
dengan mengadakan pengamatan secara saksama baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap berbagai aktivitas siswa di lingkungan sekolah dan madrasah
maupun di luar lingkungan sekolah dan madrasah termasuk di rumah.
4.
Otobiografi, merupakan karangan yang
ditulis oleh siswa sendiri tentang riwayat hidupnya. Teknik ini dilakukan dengan
menyuruh siswa membuat catatan berbagai kejadian tentang dirinya baik yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan, yang sudah dialami atau sedang terjadi
bahkan yang masih dicita-citakan.
5.
Anekdot (anecdotal record),
merupakan laporan singkat tentang berbagai kejadian atau perilaku tentang siswa
dan memuat deskripsi objektif tentang perilaku siswa pada saat tertentu. Atau
merupakan suatu bentuk catatan peristiwa yang dianggap penting dalam suatu
situasi tentang siswa baik bersifat individual maupun kelompok. Misalnya
tawuran antar siswa, pencurian, bolos sekolah dls. Peristiwa tersebut sangat
diperlukan untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada mereka.
6.
Skala penilaian (Rating scale),
yaitu sebuah daftar yang menyajikan sejumlah sifat atau sikap yang dijabarkan
dalam bentuk skala. Teknik ini dapat digunakan sebagai pedoman observasi.
Hampir sama dengan daftar cek, tetapi dalam skala penilaian aspek yang
dicejditempatkan dalam bentuk skala.
7.
Sosiometri, adalah
suatu tehnik untuk mengumpulkan data tentang hubungan sosial seorang individu
dengan individu lain, struktur hubungan individu dan arah hubungan
sosialnya dalam suatu kelompok. Deskripsi suasana hubungan sosial yang
diperoleh dari sosiometri disebut sosiogram. Dari data sosiometri pembimbing
dapat mengetahui frekuensi pemilihan, yaitu banyaknya siswa dipilih, keakraban
pergaulan antar siswa, status pilihan atau penolakan dan popularitas dalam
pergaulan.
8.
Kunjungan Rumah, cara ini dilakukan
dengan mengunjungi tempat tinggal siswa. Untuk mengenal secara lebih dekat
lingkungan keluarga siswa. Agar menimbulkan keakraban dan saling pengertian
antara pihak sekolah atau madrasah secara umum dan pembimbing secara khusus
dengan orang tua siswa. Selain itu, kunjungan rumah juga untuk memperoleh
informasi terutama untuk informasi yang belum diperoleh secara jelas melalui angket
dan wawancara.
9.
Kartu Pribadi, merupakan suatu
catatan yang disusun secara kronologis dan terus bertambah secara luas karena
penambahan data secara kontinu. Berisi data penting tentang siswa. Dalam
konteks bimbingan dan koseling, kartu pribadi merupakan suatu catatan tentang
masing-masing siswa yang disusun selama beberapa waktu dan memuat data yang
signifikan bagi keperluan bimbingan.
10.
Studi Kasus, adalah suatu teknik mempelajari seseorang individu secara mendalam untuk
membantu memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik. Studi kasus adalah metode
pengumpulan data yang bersifat integratif dan komprehensif.
Integratif artinya menggunakan berbagai teknik pendekatan dan bersifat
komprehensif artinya data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu
secara lengkap. Studi kasus sangat diperlukan utuk memperoleh pemahaman diri
siswa yang dijadikan kasus. Siswa yang memerlukan studi kasus adalah siswa yang
menunjukkan gejala mengalami kesulitan atau masalah serius sehingga memerlukan
bantuan yang serius pula.
D.
Fase-Fase
dalam Bimbingan dan Konseling
Terdapat
lima fase[9] dalam Bimbingan
dan Konseling diantaranya yaitu :
1.
Pembukaan
Disini,
proses konseling diawali dengan membangun hubungan antar pribadi, yang
memungkinkan pembicaraa terbuka dan terarah dalam wawancara konseling. Konselor
akan menyambut kedatangan konseli dengan sikap ramah, seperti berjabat tangan,
mempersilahkan duduk. Lalu, konselor akan berusaha membuat konseli dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan di ruangan konseling.
2.
Penjelasan masalah.
Konseli
mengemukakan hal-hal yang ingin dibicarakan dengan konselor, sambil
mengutarakan sejumlah pikiran dan perasaan yang berkaitan dengan hal tersebut.
Konseli bebas mengungkapkan inisiatifnya sendiri.
3.
Penggalian latar belakang
masalah.
Fase ini
disebut juga sebagai analisis kasus, dimana dibutuhkan penjelasan yang lebih
mendetail dan mendalam. Dalam hal ini inisiatif akan bergeser ke pihak
konselor, yang lebih mengetahui apa yang dibutuhkan supaya konseli dan konselor
memperoleh gambaran yang menyeluruh.
4.
Penyelesaian masalah.
Konselor dan
konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Peran konselor dalam
mencari penyelesaian permasalahan lebih besar, meskipun konseli juga ikut
berpikir, memandang dan mempertimbangkan masalah yang ada.
5.
Penutup.
Ketika
konseli merasa sudah mantap tentang penyelesaian masalah yang ditemukan, maka
proses konseling dapat diakhiri.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari uraian makalah di atas dapat ditarik kesimpulan
yaitu:
1.
Pengertian bimbingan dan konseling, Bimbingan
adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar mampu mengembangkan diri
secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi
hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Sedangkan
konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka atau tidak
langsung (seperti melalui media internet atau telepon) antara dua orang dalam
mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang
dimilikinya, menyediakan situasi belajar.
2.
Prosedur dan teknik-teknik
konseling, Prosedur konseling yang akan ditempuh yaitu :1)
Menentukan Masalah; 2) Pengumpulan Data; 3) Analisis Data; 4) Diagnosa; 5)
Prognosa; 6) Terapi; serta 7) Evaluasi/Follow Up. Teknik-teknik
konseling akan melaui beberapa tahap-tahap kegiatan berupa: 1. Persiapan
Konseling, a. Kesiapan untuk Konseling, b. Riwayat Kasus, c. Evaluasi Psikodiagnostik. 2. Teknik-teknik
melakukan konseling yaitu diantaranya : Rapport, Attending, Structuring,
Empati, Refleksi Perasaan, Eksplorasi, Paraphrasing, Bertanya, Dorongan
Minimal, Interpretasi, Directing, Summarizing, Memimpin, Fokus, Konfrontasi,
Clarifying, Fasilitating, Silent, Mengambil Inisiatif, memberi Nasihat, memberi
Informasi, Merencanakan, menyimpulkan dan Mengakhiri.
3.
Teknik memahami individu dengan
memperoleh data ada dua cara yaitu dengan Teknik Test dan Non-test. Teknik Test
yaitu dengan misalnya tes hasil belajar, tes bakat khusus, tes minat, tes
perkembangan vokasional, tes kepribadian, psikotes dll. Sedangkan teknik nontes
misalnya dengan melakukan angket, wawancara, observasi, otobiografi, anekdot,
skala penilaian, sosiometri, kunjungan rumah, kartu pribadi, studi kasus dll.
4.
Lima fase dalam bimbingan konseling
yaitu, 1. Pembukaan; 2. Penjelasan Masalah; 3. Penggalian latar belakang
masalah; 4. Penyelesaian masalah, serta; 5. Penutup.
B.
Saran
Teknik-teknik dalam bimbingan
konseling sangat penting untuk dipelajari dan dipahami dalam proses belajar
mengajar di karenakan dengan kita mengetahui dan mempelajari teknik-teknik
bimbingan konseling kita mampu berpikir dengan baik dalam mengambil sebuah
keputusan dengan bijak sehingga cara ataupun metode yang digunakan dalam
menyelesaikan permasalahan dapat membantu, dan dapat mengarahkan seseorang atau
kelompok agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya supaya bisa
menentukan tujuan hidup. Kritik dan saran yang membangun juga kami harapkan
demi tercapainya kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semogam bermanfaat bagi
semua yang membaca makalah ini. Amiin.
DAFTAR
RUJUKAN
Tohirin, 2013. Bimbingan dan Konseling
di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Edisi Revisi. Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada
Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan.
2014. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
http://myjobsiscopas.blogspot.co.id/2012/09/langkah-langkah-dan-teknik-konseling.html
di akses pada tanggal 15 Maret 2017 pukul 11.07 WIB
http://syafaafays.blogspot.co.id/2015/03/teknik-teknik-dasar-pemahaman-individu.html
di akses pada tanggal 15 Maret 2017 pukul 11.15 WIB
https://filyapuspa.wordpress.com/2014/01/21/5-fase-dalam-proses-konseling/
di akses pada tanggal 15 Maret 2017 pukul 11.30 WIB
http://mza6bk.blogspot.co.id/2011/03/teknik-teknik-memahami-murid.html
di
akses pada tanggal 24 Maret 2017 pukul 21.56 WIB
[1]
https://filyapuspa.wordpress.com/2014/01/21/5-fase-dalam-proses-konseling/
di akses pada
tanggal 15 Maret 2017 pukul 11.30 WIB
[2]
Dr.Tohinin. Bimbingan dan
Konseling di sekolah dan
madrasah.Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2013.hlm 301-305
[3]
Dr.Tohinin. Bimbingan dan
Konseling di sekolah dan
madrasah.Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2013.hlm 305-308
[4]
Dr.Tohinin. Bimbingan dan
Konseling di sekolah dan
madrasah.Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2013.hlm 309-326
[5]
http://syafaafays.blogspot.co.id/2015/03/teknik-teknik-dasar-pemahaman-individu.html. di akses pada
tanggal 15 Maret 2017 pukul 11.15 WIB
[6]
Dr.Tohinin. Bimbingan dan
Konseling di sekolah dan
madrasah.Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2013.hlm 212-213
[7]
http://mza6bk.blogspot.co.id/2011/03/teknik-teknik-memahami-murid.html
di akses pada tanggal 24 Maret 2017 pukul 21.56 WIB
[8]
Dr.Tohinin. Bimbingan dan
Konseling di sekolah dan
madrasah.Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2013.hlm 214-221
[9]https://filyapuspa.wordpress.com/2014/01/21/5-fase-dalam-proses-konseling/
di
akses pada tanggal 15 Maret 2017 pukul 11.30 WIB
EmoticonEmoticon