logo blog

Thursday, August 10, 2017

PROSEDUR DAN TEKNIK BIMBINGAN KONSELING

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang
Membahas bimbingan dan Konseling untuk dunia pendidikan menjadi menarik. Karena, hal ini berkaitan dengan masa depan generasi muda yang akan memimpin bangsa ini ke depan. Berbagai masalah di era modern sekarang ini menurut pihak sekolah untuk meningkatkan profesionalitas konselor, sehingga mampu memecahkan setiap problem yang dialami siswa, baik pribadi maupun sosial.
Bimbingan merupakan suatu proses, yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah pada pencapaian tujuan.
Konseling merupakan aktivitas yang menangani klien yang mempunyai masalah, namun masih sadar tentang masalahnya. Dalam wawancara ataupun diskusi, klien masih dapat menjelaskan masalah yang dihadapi secara jelas, masih dapat nyambung antara konselor dengan klien. Sehingga konselor mampu untuk menggali data yang banyak dari klien untuk dijadaikan bahan pertimbangan dalam membantu klien mengatasi masalahnya. Sehingga dengan adanya bimbingan konseling ini diharapkan mampu untuk meningkatkan dan mengatasi masalah yang  dihadapi oleh para peserta didik
Disamping penggalian data, konselor harus memiliki teknik dalam membantu klien dalam menyelesaikan masalah, karena dalam proses konseling teknik yang baik merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor harus mampu merespon klien dengan teknik yang benar, sesuai keadaan klien saat itu. Respon yang baik adalah pernyataan-pernyataan yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong sehingga klien mau terbuka untuk menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran, dan pengalamannya.
Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Pendapat lain mengatakan bahwa konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif prilakunya.
Bimbingan dan konseling membutuhkan tehnik yang tidak mudah. Diperlukan pembiasaan terhadap macam-macam tehnik yang ada, supaya konselor mahir dalam kerja praktiknya. Di samping itu,  keberanian dalam mempraktikan macam-macam tehnik yang ada, supaya ada pengalaman dari berbagai tehnik. Selain konselor harus menguasai tehnik juga harus paham tentang prosedur-prosedur dalam bimbingan dan konseling.
Terkadang ada konselor yang sudah merasa nyaman dengan satu tehnik, sehingga tidak mau untuk mencoba tehnik yang lainnya. Mental status quo semacam ini harus dihilangkan. Diperlukan eksperimentasi dan observasi yang terus-menerus untuk mengambangkan teknik konseling sebagai jawaban terhadap kompleksitas suatu problem.

B.       Rumusan masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat diambil beberapa rumusan masalah diantaranya, yaitu :
1.      Apakah pengertian, perbedaan, dan persamaan Bimbingan dan Konseling ?
2.      Bagaimana prosedur dan teknik-teknik Konseling ?
3.      Bagaimana teknik memahami Individu dengan memperoleh Data ?
4.      Bagaiaman fase-fase dalam Bimbingan dan Konseling ?

C.      Tujuan masalah
Dari uraian rumusan masalah di atas dapat diambil beberapa tujuan masalah diantaranya, yaitu :
1.      Untuk memahami pengertian, perbedaan, dan persamaan Bimbingan dan Konseling
2.      Untuk memahami prosedur dan teknik-teknik Konseling
3.      Untuk memahami teknik memahami Individu dengan memperoleh Data
4.      Untuk memahami fase-fase dalam Bimbingan dan Konseling

D.      Manfaat penulisan
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan masalah tersebut, maka dapat diambil manfaat penulisan sebagai berikut :
1.    Secara Teoritis
Memberikan informasi serta pengetahuan tentang pengertian, perbedaan, dan persamaan Bimbingan dan Konseling; prosedur dan teknik-teknik Konseling; teknik memahami Individu dengan memperoleh Data; serta fase-fase dalam Bimbingan dan Konseling.
2.                Secara Praktis
a.         Bagi mahasiswa
Dapat digunakan untuk dijadikan acuan dalam meningkatkan pemahaman tentang pengertian, perbedaan, dan persamaan Bimbingan dan Konseling; prosedur dan teknik-teknik Konseling; teknik memahami Individu dengan memperoleh Data; serta fase-fase dalam Bimbingan dan Konseling.
b.        Bagi dosen
Dapat digunakan untuk memberikan masukan serta dukungan untuk mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman tentang pengertian, perbedaan, dan persamaan Bimbingan dan Konseling; prosedur dan teknik-teknik Konseling; teknik memahami Individu dengan memperoleh Data; serta fase-fase dalam Bimbingan dan Konseling.

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian, Perbedaan, Persamaan Bimbingan dan Konseling[1]
Antara bimbingan dan konseling dapat memilki makna yang sama padahal keduanya sebenarnya berbeda. Tapi dimanakah letak perbedaan diantara keduanya, perbedaan bimbingan dan konseling berikut ini :
Pengertian bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.
Atau dengan kata lain bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya kepada seseorang atau beberapa orang individu agar orang yang dibimbing tersebut dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sedangkan pengertian konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka atau tidak langsung (seperti melalui media internet atau telepon) antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar.
Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat.
Persamaan antara bimbingan dan komseling terletak pada tujuan yang hendak dicapai yaitu sama-sama diterapkan dalam program persekolahan, sama-sama berusaha untuk memandirikan individu, dan sama-sama mengikuti norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat tempat kedua kegiatan itu diselenggarakan.
Perbedaan antara bimbingan dan konseling terletak pada segi isi kegiatan dan tenaga yang menyelenggarakan.
Dari segi isi, bimbingan lebih banyak bersangkut paut dengan usaha pemberian informasi dan dan kegiatan pengumpulan data tentang siswa dan lebih menekankan pada fungsi pencegahan, sedangakan konseling merupakan bantuan yang dilakukan dalam pertemuan tatap muka antara dua orang manusia yaitu antara konselor dan klien.
Dari segi tenaga, bimbingan dapat dilakukan oleh orang tua, guru, wali kelas, kepala sekolah, orang dewasa lainnya. Namun, konseling hanya dapat dilakukan oleh tenaga-tenaga yang telah terdidik dan terlatih. Dengan kata lain, konseling merupakan bentuk khusus bimbingan yaitu layanan yang diberikan oleh konselor kepada klien secara individu.

B.       Prosedur dan Teknik-teknik Konseling
a.         Prosedur Konseling[2]
Prosedur adalah suatu proses atau langkah-langkah yang harus ditempuh dalam satuan kegiatan. Prosedur konseling yang akan ditempuh yaitu :
1.        Menentukan Masalah
Menentukan masalah dalam proses konseling dapat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi masalah (identifikasi kasus-kasus) yang dialami oleh klien (siswa). Misalnya, seorang siswa sebut saja bernama Fudin berdasarkan fenomena dan perilaku sehari-hari yang ditunjukkan oleh siswa tersebut dapat diidentifikasikan bahwa masalah yang sedang dialaminya adalah:
-          Sering terlambat masuk kelas (tidak disiplin),
-          Sering bolos sekolah,
-          Sering mengganggu teman dalam belajar (suka usil),
-          Sulit berkonsentrasi dalam belajar agama Islam,
-          Prestasi belajar terus menurun,
-          Merokok secara sembunyi-sembunyi (ketagihan rokok),
-          Dikucilkan dari pergaulan teman-teman di sekolah atau madrasah,
-          Sering ribut dengan orang tua, terutama ayah, dan lain-lain.
Berdasarkan identifikasi di atas dapat diketahui bahwa Fudin memiliki delapan jenis masalah. Untuk menentukan masalah yang mana untuk dipecahkan harus menggunakan prinsip skala prioritas. Penetapan skala prioritas ditentukan atas dasar akibat atau dampak yang lebih besar terjadi apabila masalah tersebut tidak dipecahkan. Berdasarakan identifikasi masalah di atas, misalnya pembimbing (konselor) menetapkan masalah “Prestasi belajar yang menurun” untuk diprioritaskan dipecahkan melalui layanan konseling. Alasannya karena Fudin statusnya sebagai pelajar kelas IX, apabila tidak segera dibantu, dikhawatirkan ia tidak lulus. Mudah-mudahan dengan terpecahkan masalah “Prestasi meningkat” dan masalah-masalah yang lain juga berkurang.
2.        Pengumpulan Data
Setelah ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalam konseling, selanjutnya adalah mengumpulkan data siswa yang bersangkutan (data Fudin). Data siswa yang dikumpulkan harus secara komprehensif (menyeluruh) yang meliputi: data diri, data orang tua (ayah ibu), data pendidikan, data kesehatan, dan data lingkungan.
Data diri bisa menyangkut nama lengkap dan nama panggilan atau nama kesayangan, jenis kelamin, anak ke berapa, status anak dalam keluarga (kandung, tiri, angkat), tempat tanggal lahir, agama, hobi atau cita-cita, ciri-ciri tubuh, alamat, dan lain sebagainya. Data orang tua dapat mencakup: nama ayah, tempat tanggal lahir, agama, pekerjaan, penghasilan perbulan, alamat, dan nama ibu, tempat tanggal lahir, agama, pekerjaan, penghasilan perbulan, alamat, dan lain-lain. Data pendidikan dapat mencakup: tingkat pendidikan, status sekolah, lokasi sekolah, sekolah sebelumnya, kelas berapa, dan lain-lain. Data kesehatan dapat mencakup: riwayat penyakit yang sudah pernah diderita, pernah atau tidak dirawat di rumah sakit dan ganngguan kesehatan yang lain yang bisa mempengaruhi fisik dan psikis siswa yang bersangkutan. Data lingkungan dapat mencakup: di mana siswa tinggal, dengan siapa ia tinggal, bagaimana pola asuh keluarga, dalam lingkungan seperti apa, dan lain sebagainya.
Data-data siswa (Fudin) di atas dapat dikumpulkan dengan cara tes dan nontes. Pengumpulan data siswa dengan tes dapat mencakup: tes kecerdasan (IQ), tes belajar, tes bakat minat, dan lain sebagainya. Pengumpulan data siswa dengan cara nontes seperti: observasi atau pengamatan, angket atau daftar isian, (untuk orang tua dan siswa), wawancara, sosiometri, biografi atau catatan harian, pemeriksaan fisik atau kesehatan, studi kasus, kunjungan ke rumah, dan lain sebagainya.
3.         Analisis Data
Data-data siswa yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Data hasil tes bisa dianalisis secara kuantitatif dan data hasil nontes dapat dianalisis secara kualitatif. Misalnya hasil tes belajar Fudin pada setiap mata pelajaran memperoleh nilai lima (5) dan rata-rata di bawah lima. Berdasarkan data tersebut bisa dinyatakan bahwa prestasi belajar Fudin adalah rendah dan seterusnya untuk data yang diperoleh melalui tes. Selanjutnya, data yang diperoleh melalui nontes (misalnya sosiometri) dari 40 orang teman sekelas Fudin hanya lima (5) orang yang suka berteman dengan Fudin. Berdasarkan data tersebut, analisisnya adalah Fudin cenderung tidak disukai teman-temannya (fenomenanya adalah Fudin dikucilkan dari teman-temannya di sekolah) dan seterusnya. Dari analisis data akan diketahui siapa Fudin? Dan apa sesungguhnya masalah yang dialami Fudin?
4.        Diagnosis
Diagnosis merupakan usaha pembimbing (konselor) menetapkan latar belakang masalah atau faktor – faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa (klien). Pada contoh diatas adalah pembimbing mencari faktor – faktor penyebab timbulnya masalah pada Fudin, yakni faktor-faktor penyebab prestasi belajar Fudin yang rendah dan dikucilkan dari pergaulan oleh teman-teman disekolah dan madrasah.
5.        Prognosis
Setelah diketahui faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada siswa (dalam contoh diatas adalah masalah pada Fudin) selanjutnya pembimbing menetapkan langkah-langkah bantuan yang akan diambil. Jenis bantuan apa yang bisa diberikan sesuai dengan masalah yang dihadapi oeh siswa (Fudin). Berdasarkan masalah Fudin di atas, bisa diberikan bimbingan belajar misalnya pelajaran remidial, les tambahan, dll., yang sesuai dengan bimbingan belajar atau bimbingan sosial yang tujuanya agar Fudin memperoleh penyesuaian sosial dengan teman-temanya di sekolah dan madrasah.
6.        Terapi
Setelah ditetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian bantuan, selanjutnya adalah melaksanakan jenis bantuan yang ditetapkan. Dalam contoh di atas, pembimbing melaksanakan bantuan belajar atau bantuan sosial yang telah ditetapkan untuk memecahkan masalah Fudin.
7.        Evaluasi atau Follow Up
Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah upaya bantuan yang telah diberikan memperoleh hasil atau tidak. Dalam contoh diatas apakah pelaksanaan pemberian bimbingan belajar dan sosial kepeda Fudin telah memberikan hasil dimana prestasi belajar Fudin meningkat atau perilaku Fudin berubah sehingga mulai disenangi oleh teman-temanya atau belum. Apabila sudah memberikan hasil, apa langkah-langkah selanjutnya yang perlu di ambil? Begitu juga selanjutya apabila belum berhasil.

b.        Teknik-teknik Konseling[3]
Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menamakan teknik konseling yaitu ketarmpilan konseling, strategi dan teknik-teknik konseling. Semua istilah tersebut mengandung pengertian yakni cara yang digunakan oleh seorang konselor dalam hubungan konseling untuk membantu klien agar berkembang potensinya serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi lingkungan yakni nilai-nilai social, agama, dan budaya.
Sebagai suatu proses, implementasi teknik-teknik konseling akan melaui beberapa tahap-tahap kegiatan berupa:
1)      Persiapan Konseling
Pada tahap ini ada tiga hal yang harus dilakukan oleh seorang konselor untuk memulai proses konseling yaitu:
a.         Kesiapan untuk Konseling
Kesiapan konseling ditujukan kepada konselor maupun kliennya setiap aktivitas yang berproses akan memerlukan persiapan yang matang. Untuk dapat melakukan konseling secara efektif dan agar konseling berhasil dan berdaya guna, maka konselor harus melakukan persiapan. Begitu juga klien harus siap mengikuti konseling agar dapat berpartisipasi aktif sesuai tuntutan konselor. Hal-hal yang berkenaan dengan kesiapan konseling yang ber-hubungan dengan klien berupa:
-       Motivasi klien untuk memperoleh bantuan,
-       Pengetahuan klien tentang konseling,
-       Kecakapan intelektual,
-       Tingkat tilikan terhadap masalah dan dirinya sendiri,
-       Harapan-harapan terhadap peran konselor, dan
-       Sistem pertahanan diri.
Motivasi klien untuk memperoleh bantuan akan menentukan jalannya proses konseling. Klien yang mengikuti proses konseling karena terpaksa akan berbeda partisipasinya dengan klien yang mengikuti proses konseling yang memiliki motivasi untuk memperoleh bantuan.
Dalam proses konseling harus ada respons-respons tertentu dari klien. Ada klien yang mampu melihat masalahnya sendiri dan ada yang tidak. Sistem pertahanan diri yang baik dari klien akan membantu kelancaran proses konseling. Sebaliknya, sistem pertahanan diri yang jelek akan menghambat proses konseling, karena ketika konselor bertanya sesuatu yang sedikit memojokkan klien, ia akan menangis.
Agar klien siap dalam mengikuti konseling, kepada konselor disarankan supaya melakukan hal-hal sebagai berikut:
-       Memulai pembicaraan dengan berbagai pihak tentang berbagai topik masalah dan pelayanan konseling yang diberikan;
-       Menciptakan iklim kelembagaan yang kondusif sehingga merangsang siswa untuk memperoleh bantuan;
-       Menghubungi sumber-sumber rujukan misalnya sekolah, organisasi dan sebagainya;
-       Memberikan informasi kepada klien tentang dirinya dan prospeknya;
-       Melalui proses pendidikan itu sendri;
-       Melakukan survey terhadap masalah-masalah klien; dan
-       Melakukan orientasi pra konseling.
b.        Riwayat Kasus
Riwayat kasus adalah suatu kumpulan fakta yang sistematis tentang kehidupan klien sekarang dan masa yang lalu. Secara sederhana riwayat kasus biasa dikatakan melakukan identifikasi terhadap masalah-masalah yang dialami klien.
Menurut Surya (1988: 160), riwayat kasus dapat dibuat dalam berbagai bentuk yaitu: riwayat konseling psikoterapeutik, yang lebih memusatkan pada maslaha-masalah psikoterapeutik dan diperoleh melalui wawancara konseling; catatan kumulatif, yaitu suatu catatan tentang berbagai aspek yang menggambarkan perkembangan seseorang; biografi dan autobiografi; tulisan-tulisan yang dibuat sendiri oleh siswa yang berkasus sebagai dokumen pribadi; serta grafik waktu tentang kehidupan siswa yang berkasus.
c.         Evaluasi Psikodiagnostik
Dalam bidang medis, diagnosis diartikan sebagai suatu proses memeriksa gejala, memperkirakan sebab-sebab, mengadakan observasi, menempatkan gejala dalam kategori, dan memperkirakan usaha-usaha penyembuhannya. Secara umum bidang diagnosis dalam psikologis berarti pernyataan tentang masalah klien, perkiraan sebab-sebab kesulitan, kemungkinan teknik-teknik konseling untuk memecahkan masalah, dan memperkirakan hasil konseling dalam bentuk tingkah laku klien di masa yang akan datang.
Psikodiagnosis dapat dilakukan melalui tes dengan tujuan untuk memperoleh data tentang kepribadian klien melalui sampel tingkah laku dalam situasi yang terstandar. Penggunaan tes psikodiagnosis dalam konseling berfungsi untuk: menyeleksi data yang diperlukan bagi konseling; meramalkan keberhasilan konseling; memperoleh informasi yang lebih terperinci; dan merumuskan diagnostik yang lebih tepat.
2)      Teknik-teknik Melakukan Konseling[4]
Proses konseling memerlukan teknik-teknik tertentu sehingga konseling bisa berjalan secara effektif dan efisien. Berikut ini akan diuraikan beberapa teknik dalam konseling.
a.         Teknik Rapport
Teknik rapport dalam konseling merupakan suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama. Tujuan utama teknik ini adalah untuk menjembatani hubungan antara konselor dengan klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya.
Melalui teknik ini maka akan tercipta hubungan yang akrab antara konselor dan klien yang ditandai dengan saling mempercayai. Implementasi teknik rapport dalam konseling yaitu:
-       Pemberian salam yang menyenangkan;
-       Menetapkan topik pembicaraan yang sesuai;
-       Susunan ruang konseling yang menyenangkan;
-       Sikap yang ditandai dengan kehangatan emosi, Realisasi tujuan bersama, dan menjamin kerahasiaan klien; serta
-       Kesadaran terhadap hakikat klien secara alamiah.
b.        Perilaku Attending
Attending merupakan upaya konselor mengahmpiri klien yang diwujudkan dalam bentuk perilaku seperti kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik harus mengombinasikan ketiga aspek di atas sehingga akan memudahkan konselor untuk membuat klien terlibat pembicaraan dan terbuka. Perilaku attending yang baik akan dapat meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana yang aman dan akrab, serta mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
Peilaku attending berkenaan dengan teknik penerimaan konselor terhadap klien. Teknik penerimaan menggambarkan cara bagaimana konselor menerima klien dalam proses atau sesi konseling. Teknik ini dalam proses konseling bisa diwujudkan melaui ekspresi wajah misalnya cemberut atau ceria.
c.         Teknik Structuring
Structuring adalah proses penetapan batasan oleh konselor tentang hakikat, batas-batas dan tujuan proses konseling pada umumnya dan hubungan tertentu pada khususnya. Structuring memberikan kerangka kerja atau orientasi terapi kepada klien. Structuring ada yang bersifat inplisit di mana secara umum peranan konselor diketahui oleh klien dan ada yang bersifat formal berupa pernyataan konselor untuk menjelaskan dan membatasi proses konseling.
Ada lima macam structuring dalam konseling yaitu:
-       Batas-batas waktu baik secara individu maupun seluruh proses konseling;
-       Batas-batas tindakan baik konselor maupun klien;
-       Batas-batas peranan konselor;
-       Batas-batas proses atau prosedur, misalnya menyangkut waktu atau jadwal, berapa lama konseling akan dilakukan dan lain sebagainya; serta
-       Structuring dalam nilai dan proses, semisal menyangkut tahapan-tahapan yang harus ditempuh, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama proses konseling berlangsung.
d.        Empati
Empati merupakan kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan oleh klien, merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan bersamaan dengan attending, karena tanpa attending tidak aka nada empati. Empati ada dua macam yaitu empati primer yang apabila konselor hanya memahami perasaan, pikiran, keinginan, dan pengalaman klien dengan tujuan agar klien terlibat pembicaraan dan terbuka. Empati yang kedua yaitu empati tingkat tinggi yang apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, keinginan, dan pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut.
Dalam melakukan empati konselor harus mampu mengosongkan perasaan dan pikiran egoistik, memasuki dunia dalam klien, melakukan empati primer, serta melakukan empati tingkat tinggi.
Empati dibangun berdasarkan kesadaran diri. Semakin terbuka kita kepada emosi diri sendiri, maka semakin terampil kita membaca perasaan. Kunci untuk memahami perasaan orang lain adalah kita harus mampu membaca pesan nonverbal seperti nada bicara, gerak-gerik, ekspresi wajah, dan sebagainya.
e.         Refleksi Perasaan
Refleksi perasaan merupakan suatu usaha konselor untuk menyatakan dalam bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang diperlakukan terhadap klien. Refleksi perasaan bisa berwujud positif, negatif, dan ambivalen.
Refleksi perasaan positif ditunjukkan oleh konselor dalam konseling melalui pernyataan persetujuan atas apa yang disampaikan oleh klien. Refleksi perasaan negatif ditunjukkan oleh konselor melalui pernyataan ketidak setujuan atau penolakan konselor atas apa yang dinyatakan oleh klien. Sedangkan refleksi ambivalen (masa bodoh) ditunjukkan oleh konselor dengan membiarkan saja (tidak menyatakan setuju dan tidak menolak) atas apa yang dinyatakan oleh klien.
Refleksi perasaan akan mengalami kesulitan apabila: streotipe dari konselor; konselor tidak dapat mengatur sesi konseling; konselor tidak dapat memilih perasaan mana untuk direfleksikan; konselor tidak dapat mengetahui isi perasaan yang direfleksikan; konselor tidak dapat menemukan ke dalam perasaan; konselor menambah arti perasaan; dan konselor menggunakan bahasa yang kuranbg tepat (Surya, 1988).
Selanjutnya menurut Surya (1988), manfaat refleksi perasaan dalam proses konseling adalah: membantu klien untuk merasa dipahami secara mendalam; klien merasa bahwa perasaan menyebabkan tingkah laku; memusatkan evaluasi pada klien; memberi kekuatan untuk memilih; memperjelas cara berpikir klien; dan menguji kedalaman motif-motif klien.
Menurut Sofyan S. Willis (2004), refleksi merupakan keterampilan konselor untuk memantulkan kembali kepada klien  tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan nonverbal. Selnjutnya Sofyan (2004) menyatakan bahwa refleksi terbagi atas tiga jenis yaitu: refleksi perasaan; refleksi pengalaman; serta refleksi pikiran.
Refleksi perasaan yaitu keterampilan konselor untuk dapat memantulkan (merefleksikan) perasaan klien sebagai hasil pengamatan verbal dan nonverbal terhadap klien.
Refleksi pengalaman yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan perilaku verbal dan nonverbal klien.
Refleksi pikiran yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan nonverbal klien.
f.         Teknik Eksplorasi
Eksplorasi merupakan keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien. Teknik ini dalam konseling sangat penting karena umumnya klien tidak mau terus terang. Eksplorasi memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan, dan terancam. Eksplorasi ada tiga macam yaitu: eksplorasi perasaan, eksplorasi pikiran, dan eksplorasi pengalaman.
Eksplorasi perasaan yaitu keterampilan konselor untuk menggali perasaan klien yang tersimpan. Eksplorasi pikiran yaitu keterampilan konselor untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Eksplorasi pengalaman yaitu keterampilan atau kemampuan konselor untuk menggali pengalaman-pengalaman klien yang telah dilaluinya.
g.        Teknik Paraphrasing (Menangkap Pesan Utama)
Sering klien mengemukakan ide, pikiran, perasaan, serta pengalaman secara berbelit-belit dan tidak terarah sehingga intinya sulit dipahami. Untuk itu maka konselor perlu menangkap pesan untama dari apa yang disampaikan oleh klien dan menyampaikannya kepada klien dengan bahasa konselor sendiri. Tujuan dari paraphrase adalah mengatakan kembali esensi atau inti ungkapan klien.
Untuk dapat melakukan paraphrasing yang baik, maka konselor harus:
-       Menggunakan kata-kata yang mudah dan sederhana.
-       Dengan teliti mendengarkan pesan utama pembicaraan klien.
-       Nyatakan kembali dengan ringkas.
-       Amati respons klien terhadap konselor.
h.        Teknik Bertanya
Umumnya konselor mengalami kesulitan untuk membuka percakapan dengan klien, karena sulit menduga apa yang dipikirkan oleh klien. Untuk itu, konselor harus memiliki keterampilan bertanya. Teknik bertanya ada dua macam yaitu bertanya terbuka (open question), dan bertanya tertutup (closed question). Pada pertanyaan terbuka, klien bebas memberikan jawabannya, sedangkan pada pertanyaan tertutup telah menggambarkan alternatif jawabannya misalnya jawaban ya atau tidak, setuju atau tidak setuju, dan lain sebagainya.
i.          Dorongan Minimal (Minimal Encouragement)
Dalam proses konseling, konselor harus mengupayakan agar klien selalu terlibat dalam pembicaraan. Untuk itu, konselor harus mampu memberikan dorongan minimal kepada klien, yaitu suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikatakan klien.
Teknik ini memungkinkan klien untuk terus berbicara dan dapat mengarahkan agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan minimal juga dapat meningkatkan eksplorasi diri. Dorongan minimal diberikan secara selektif yaitu ketikan klien menunjukkan tanda-tanda akan mengurangi atau menghentikan pembicaraan atau pada saat klien kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan dan saat konselor ragu terhadap pembicaraan klien.
j.          Interpretasi
Interpretasi merupakan usaha konselor mengulas pikiran, perasaan, dan perilaku atau pengalaman klien berdasarkan atas teori-teori tertentu.tujuan utama teknik ini adalah untuk memberikan rujukan, pandangan atau tingkah laku klien, agar klien megerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru.
k.        Teknik Mengarahkan (Directing)
Seperti telah disebutkan di muka bahwa proses konseling memerlukan partisipasi secara penuh dari klien. Untuk mengajak klien berpartisipasi secara penuh di dalam proses konseling, perlu ada ajakan dan arahan dari konselor. Upaya konselor mengarahkan klien dapat dilakukan dengan menyuruh klien memerankan sesuatu (bermain peran) atau mengkhayalkan sesuatu.
l.          Teknik Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Agar pembicaraan dalam konseling maju secara bertahap dan arah pembicaraan semakin jelas, maka setiap periode waktu tertentu konselor bersama klien perlu menyimpulkan pembicaraan. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah dibicarakan bersama konselor. Selain itu, untuk menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap. Tujuan lainnya yaitu untuk meningkatkan kualitas diskusi serta mempertajam atau memperjelas fokus atau arah wawancara konseling.
m.      Teknik-teknik Memimpin
Agar wawancara konseling tidak menyimpang, maka konselor harus mampu memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan konseling bisa tercapai secara efektif dan efisien. Penerapan teknik ini dalam konseling harus memperhatikan:
-       Memimpin hanya sebatas klien dapat memberikan toleransi sesuai dengan kecakapan dan pemahamannya.
-       Memimpin bisa berbeda dari topik ke topik.
-       Memulai proses konseling dengan sedikit memimpin.
Keberhasilan konselor memimpin dalam sesi konseling juga ditentukan oleh tipe-tipe kepemimpinan konselor yang demokratis, otoriter, atau permisif (masa bodoh).
Teknik ini bertujuan agar pembicaraan klien tidak menyimpang dari fokus yang dibicarakan dan agar arah pembicaraan terfokus pada tujuan konseling.
n.        Teknik Fokus
Konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien. Fokus akan membantu klien untuk memusatkan perhatiannya pada pokok pembicaraan. Fokus ada empat macam dalam konseling yaitu: fokus pada diri klien, fokus pada orang lain, fokus pada topik, serta fokus mengenai budaya.
Dalam wawancara konseling selalu ada fokus yang membantu klien untuk menyadari bahwa persoalan pokok yang dihadapinya adalah “A”. Mungkin banyak masalah yang berkembang di dalam wawancara konseling, tetapi konselor harus membantu klien agar ia memfokuskan pada masalah tertentu (misalnya masalah “A” dan lain-lain).
o.        Teknik Konfrontasi
Teknik ini dalam konseling dikenal juga dengan memperhadapkan. Teknik konfrontasi adalah suatu teknik yang menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi (tidak konsisten) antara perkataan dengan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan. Tujuan teknik ini adalah:
-       Mendorong klien untuk mengadakan penelitian diri secara jujur.
-       Meningkatkan potensi klien.
-       Membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi (kondisi pertentangan antara harapan seseorang dengan kondisi nyata dilingkungan) dai klien dengan inkonsistensi, konflik atau kontradiksi dalam dirinya.
p.        Menjernihkan (Clarifying)
Dalam konseling, teknik ini dilakukan oleh konselor dengan mengklarifikasi ucapan-ucapan klien yang tidak jelas, samar-samar, atau agak karuan. Tujuan teknik ini ialah untuk menyatakan pesannya secara jelas, ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis. Tujuan yang lain adalah klien menjelaskan, mengulang dan mengilustrasikan pengalamannya.
q.        Memudahkan (Facilitating)
Facilitating adalah suatu teknik membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas. Melalui teknik ini, komunikasi dan partisipasi meningkat dan proses konseling berjalan secara efektif.
r.          Diam sebagai Suatu Teknik
Diam dalam konseling bisa dijadikan sebagai suatu teknik. Dalam konseling, diam bukan berarti tidak ada komunikasi. Komunikasi tetap ada, yaitu melalui perilaku nonverbal. Dalam konseling, diam bisa memiliki beberapa makna yaitu:
-       Penolakan atau kebingungan klien.
-       Klien atau konselor telah mencapai akhir suatu ide dan ragu mengatakan apa selanjutnya.
-       Kebingungan yang didorong oleh kecemasan atau kebencian.
-       Klien mengalami perasaan sakit dan tidak siap untuk berbicara.
-       Klien mengharapkan sesuatu dari konselor.
-       Klien sedang memikirkan apa yang dikatakan.
-       Klien baru menyadari kembali dari ekspresi emosional sebelumnya.
Tujuan teknik ini adalah pertama menanti klien yang sedang berpikir. Kedua, sebagai protes apabila klien berbicara berbelit-belit. Ketiga, menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas berbicara.
s.         Mengambil Inisiatif
Pengambilan inisiatif perlu dilakukan oleh konselor ketika klien kurang bersemangat untuk berbicara, lebih sering diam, dan kurang partisipatif. Teknik ini diterapkan apabila untuk mengambil inisiatif apabila klien kurang bersemangat, klien lambat berpikir untuk mengambil keputusan, serta klien kehilangan arah pembicaraan.
t.          Memberi Nasihat
Dalam konseling, pemberian nasihat sebaiknya dilakukan apabila klien memintanya. Meskipun demikian, konselor tetap harus mempertimbangkan-nya, apakah pantas atau tidak memberikan nasihat. Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian nasihat adalah aspek kemandirian dalam konseling. Para penganut teori Client Centered menyatakan bahwa apabila klien masih dinasihati berarti belum mandiri. Dengan perkataan lain, pemberian nasihat tidak sesuai dengan hakikat kemandirian dalam konseling.
u.        Pemberian Informasi
Apabila konselor tidak mengetahui informasi, sedangkan klien memintanya, maka konselor harus secara jujur mengatakan tidak mengetahuinya. Sebaliknya, apabila konselor mengetahui, sebaiknya diupayakan agar klien tetap mengusahakannya sendiri.
v.        Merencanakan
Menjelang akhir sesi konseling, konselor harus membantu klien untuk dapat membuat rencana suatu program untuk action (melakukan tindakan sesuatu) guna memecahkan masalah yang dihadapinya. Atau rencana perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan klien. Rencana yang baik harus merupakan kerja sama antara konselor dengan klien.
w.      Menyimpulkan
Pada akhir sesi konseling, bersama klien konselor membuat suatu kesimpulan. Atau konselor membantu klien membuat kesimpulan yang menyangkut diri klien selama melakukan konseling.
x.        Teknik Mengakhiri (Menutup sesi Konseling)
Mengakhiri sesi konseling merupakan suatu teknik dalam proses konseling. Untuk mengakhiri sesi konseling, dapat dilakukan konselor dengan cara:
-       Mengatakanbahwa waktu sudah habis.
-       Merangkum isi pembicaraan.
-       Menunjukkan kepada pertemuan yang akan datang.
-       Mengajak klien berdiri dengan isyarat gerak tangan.
-       Menunjukkan catatan-catatan singkat hasil pembicaraan konseling.
-       Memberikan tugas-tugas tertentu kepada klien yang relevan dengan pokok pembicaraan apabila diperlukan.

C.      Teknik Memahami Individu dengan memperoleh Data
Pemahaman individu adalah merupakan awal dari kegiatan bimbingan dan konseling. Tanpa adanya pemahaman terhadap individu, sangat sulit bagi Guru Pembimbing untuk memberikan bantuan karena pada dasarnya bimbingan adalah bantuan dalam rangka pengembangan pribadi. Adapun hal-hal yang perlu dipahami dari seorang individu dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan konseling, adalah sebagai berikut[5]:
1.        Identitas diri, yaitu berbagai aspek yang secara langsung menjadi keunikan pribadi,
2.        Kondisi jasmaniah dan kesehatan,
3.        Kapasitas (umum/Intligensi dan khusus/Bakau) dan kecakapan,
4.        Sikap dan minat,
5.        Watak dan tempramen,
6.        Cita-cita sekolah dan pekerjaan.Aktivitas social,
7.        Hobi dan pengisian waktu Luang,
8.        Kelebihan atau keluarbiasaan dan kelainan-kelainan yang dimiliki,
9.        Latar belakang.
Untuk memperoleh data yang lengkap, teratur, dan efektif sehingga menunjang pelayanan bimbingan dan konseling secara efektif pula, pembimbing atau konselor perlu menerapkan beberapa teknik yaitu teknik test dan non-test. Pertama, Teknik tes atau sistem testing merupakan usaha pemahaman Individu dengan menggunakan alat-alat yang bersifat mengungkap atau mengetahui karakter peseta didik. Sedangkan tes adalah sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengobservasi (mengamati) tingkah laku individu melalui skala angka atau sistem kategori. Selain itu tes mengandung pengertian alat untuk menentukan atau menguji sesuatu. Tes yang digunakan dalam himpunan data ada beberapa macam diantaranya yaitu[6] :
1.    Tes Hasil Belajar (Achievement Test) adalah salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk mengetahui hasil belajar seseorang dalam proses belajar-mengajar atau suatu program pendidikan. Karena sedemikian banyak tes itu digunakan dalam dunia pendidikan, maka untuk memeperoleh data hasil belajar dapat dilakukan dengan memberikan test hasil belajar dengan langkah-langkah yang ditempuh ialah dengan mencari rata-rata seluruh nilai dalam raport untuk setiap murid. Tujuan utama penggunaan tes prestasi  belajar adalah agar guru dapat membuat keputusan-keputusan seleksi dan klasifikasi serta menentukan keefektifan pengajaran. Tes ini meliputi :
a.       Tes diagnostik, yang dirancang agar guru dapat mengetahui letak kesulitan murid, terutama dalam berhitung dan membaca.
b.      Tes prestasi belajar kelompok yang baku.
c.       Tes prestasi belajar yang disusun guru.
2.    Tes Bakat Khusus (Test of Specific Ability)
Tes ini digunakan untuk mengukur taraf kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mata pelajaran tertentu, programpendidikan vokasional tertentu, atau bidang karir tertentu. Tes ini lingupnya lebih terbatas dari tes kemampuan intelektual.
3.        Tes Minat (Test of Vocation)
Tes ini digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan apa yang paling diminati siswa. Selain itu juga membantu siswa dalam memilih jenis karier yang sesuai dengan karateristik kepribadiannya.
4.    Tes Perkembangan Vokasional
Tes ini digunakan untuk mengukur taraf perkembangan seseorang (siswa) dalam hal kesadaran akan memangku suatu pekerjaan atau jabatan tertentu, memikirkan hubungan antara memangku suatu jabatan dengan ciri-ciri kepribadiannya serta tuntutan-tuntutan sosial ekonomis, dan dalam menyusun serta mengimplementasikan rencanamasa depannya sendiri.
5.        Tes Kepribadian
Tes ini digunakan untuk mengukur ciri-ciri kepribadian tertentu pada siswa seperti karakter, temperamen, corak kehidupan emosional, kesehatan mental, relasi soaial dengan orang lain dan bidang-bidang kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalm penyesuaian diri.
6.        Tes Psikologis[7]
Tes Psikologis atau lebih dikenal sebagai Psikotes adalah tes untuk mengukur aspek individu secara psikis. Tes dapat berbentuk tertulis, visual, atau evaluasi secara verbal yang teradministrasi untuk mengukur fungsi kognitif (perilaku manusia) dan emosional. Tes dapat diaplikasikan kepada anak-anak maupun dewasa. 
Dan Tes Psikologis mempunyai tujuan untuk digunakan mengukur berbagai kemungkinan atas bermacam kemampuan secara mental dan apa-apa yang mendukungnya, termasuk prestasi dan kemampuan, kepribadian, intelegensi, atau bahkan fungsi neurologis (ilmu kedokteran yang menangani kelainan pada sistem saraf) dan Tes Psikologi dapat dilakukan pada bermacam setting termasuk rekrutmen dalam perusahaan, mengetahui minat dan bakat anak/siswa, tujuan klinis, perkembangan anak, dll. 
Kedua, Teknik non-tes[8] merupakan prosedur pengumpulan data yang dirancang untuk memahami pribadi murid, yang pada umumnya bersifat kualitatif. Teknik ini tidak menggunakan alat-alat yang bersifat mengukur, tetapi hanya menggunakan alat yang bersifat menghimpun atau mendeskripsikan saja. Diantanya yaitu :
1.    Angket, adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan kepada subyek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis. Angket yaitu komunikasi dengan tulisan. Teknik angket ini ada 2 yaitu angket yang bersifat  langsung dan bersifat tidak langsung. Angket yang bersifat langsung adalah apabila angket diberikan kepada siswa untuk meminta keterangan(data) tentang dirinya sendiri. Angket yang bersifat tidak langsung adalah apabila angket diberikan kepada siswa untuk meminta keterangan(data) tentang orang lain, termasuk kepada orang tua siswa untuk mndapatkan data tentang anaknya.
2.    Wawancara, merupakan teknik untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung dengan responden (orang yang diminta informasi), dalam hal ini bisa murid, orang tua murid, teman-temannya atau orang lain yang diminta keterangan tentang murid. Contoh penggunaan wawancara ini seperti guru ingin mengetahui informasi dari murid yang sering membolos dari sekolah. Di sini guru dapat mengajukan pertanyaan tentang : identitas orang tua, jarak tempat tinggal, perhatian orang tua terhadap belajar murid, keadaan ekonomi, kegiatan sehari-hari yang dilakukan murid dan alasannya mengapa sering membolos, minat bersekolah, dan lain-lain.
3.    Observasi, Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara saksama baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap berbagai aktivitas siswa di lingkungan sekolah dan madrasah maupun di luar lingkungan sekolah dan madrasah termasuk di rumah.
4.    Otobiografi, merupakan karangan yang ditulis oleh siswa sendiri tentang riwayat hidupnya. Teknik ini dilakukan dengan menyuruh siswa membuat catatan berbagai kejadian tentang dirinya baik yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, yang sudah dialami atau sedang terjadi bahkan yang masih dicita-citakan.
5.    Anekdot (anecdotal record), merupakan laporan singkat tentang berbagai kejadian atau perilaku tentang siswa dan memuat deskripsi objektif tentang perilaku siswa pada saat tertentu. Atau merupakan suatu bentuk catatan peristiwa yang dianggap penting dalam suatu situasi tentang siswa baik bersifat individual maupun kelompok. Misalnya tawuran antar siswa, pencurian, bolos sekolah dls. Peristiwa tersebut sangat diperlukan untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada mereka.
6.    Skala penilaian (Rating scale), yaitu sebuah daftar yang menyajikan sejumlah sifat atau sikap yang dijabarkan dalam bentuk skala. Teknik ini dapat digunakan sebagai pedoman observasi. Hampir sama dengan daftar cek, tetapi dalam skala penilaian aspek yang dicejditempatkan dalam bentuk skala.
7.    Sosiometri, adalah suatu tehnik untuk mengumpulkan data tentang hubungan sosial seorang individu dengan individu lain, struktur hubungan individu  dan arah hubungan sosialnya dalam suatu kelompok. Deskripsi suasana hubungan sosial yang diperoleh dari sosiometri disebut sosiogram. Dari data sosiometri pembimbing dapat mengetahui frekuensi pemilihan, yaitu banyaknya siswa dipilih, keakraban pergaulan antar siswa, status pilihan atau penolakan dan popularitas dalam pergaulan.
8.    Kunjungan Rumah, cara ini dilakukan dengan mengunjungi tempat tinggal siswa. Untuk mengenal secara lebih dekat lingkungan keluarga siswa. Agar menimbulkan keakraban dan saling pengertian antara pihak sekolah atau madrasah secara umum dan pembimbing secara khusus dengan orang tua siswa. Selain itu, kunjungan rumah juga untuk memperoleh informasi terutama untuk informasi yang belum diperoleh secara jelas melalui angket dan wawancara.
9.    Kartu Pribadi, merupakan suatu catatan yang disusun secara kronologis dan terus bertambah secara luas karena penambahan data secara kontinu. Berisi data penting tentang siswa. Dalam konteks bimbingan dan koseling, kartu pribadi merupakan suatu catatan tentang masing-masing siswa yang disusun selama beberapa waktu dan memuat data yang signifikan bagi keperluan bimbingan.
10.    Studi Kasus, adalah suatu teknik mempelajari seseorang individu secara mendalam untuk membantu memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik. Studi kasus adalah metode pengumpulan data yang bersifat integratif dan komprehensif. Integratif artinya menggunakan berbagai teknik pendekatan dan bersifat komprehensif artinya data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu secara lengkap. Studi kasus sangat diperlukan utuk memperoleh pemahaman diri siswa yang dijadikan kasus. Siswa yang memerlukan studi kasus adalah siswa yang menunjukkan gejala mengalami kesulitan atau masalah serius sehingga memerlukan bantuan yang serius pula.

D.      Fase-Fase dalam Bimbingan dan Konseling
Terdapat lima fase[9] dalam Bimbingan dan Konseling diantaranya yaitu :
1.        Pembukaan
Disini, proses konseling diawali dengan membangun hubungan antar pribadi, yang memungkinkan pembicaraa terbuka dan terarah dalam wawancara konseling. Konselor akan menyambut kedatangan konseli dengan sikap ramah, seperti berjabat tangan, mempersilahkan duduk. Lalu, konselor akan berusaha membuat konseli dapat menyesuaikan diri dengan keadaan di ruangan konseling.
2.        Penjelasan masalah.
Konseli mengemukakan hal-hal yang ingin dibicarakan dengan konselor, sambil mengutarakan sejumlah pikiran dan perasaan yang berkaitan dengan hal tersebut. Konseli bebas mengungkapkan inisiatifnya sendiri.
3.        Penggalian latar belakang masalah.
Fase ini disebut juga sebagai analisis kasus, dimana dibutuhkan penjelasan yang lebih mendetail dan mendalam. Dalam hal ini inisiatif akan bergeser ke pihak konselor, yang lebih mengetahui apa yang dibutuhkan supaya konseli dan konselor memperoleh gambaran yang menyeluruh.
4.        Penyelesaian masalah.
Konselor dan konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Peran konselor dalam mencari penyelesaian permasalahan lebih besar, meskipun konseli juga ikut berpikir, memandang dan mempertimbangkan masalah yang ada. 
5.        Penutup.
Ketika konseli merasa sudah mantap tentang penyelesaian masalah yang ditemukan, maka proses konseling dapat diakhiri.

BAB III
PENUTUP

A.           Simpulan
Dari uraian makalah di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1.      Pengertian bimbingan dan konseling, Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Sedangkan konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka atau tidak langsung (seperti melalui media internet atau telepon) antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar.
2.      Prosedur dan teknik-teknik konseling, Prosedur konseling yang akan ditempuh yaitu :1) Menentukan Masalah; 2) Pengumpulan Data; 3) Analisis Data; 4) Diagnosa; 5) Prognosa; 6) Terapi; serta 7) Evaluasi/Follow Up. Teknik-teknik konseling akan melaui beberapa tahap-tahap kegiatan berupa: 1. Persiapan Konseling, a. Kesiapan untuk Konseling, b. Riwayat Kasus, c. Evaluasi Psikodiagnostik. 2. Teknik-teknik melakukan konseling yaitu diantaranya : Rapport, Attending, Structuring, Empati, Refleksi Perasaan, Eksplorasi, Paraphrasing, Bertanya, Dorongan Minimal, Interpretasi, Directing, Summarizing, Memimpin, Fokus, Konfrontasi, Clarifying, Fasilitating, Silent, Mengambil Inisiatif, memberi Nasihat, memberi Informasi, Merencanakan, menyimpulkan dan Mengakhiri.
3.      Teknik memahami individu dengan memperoleh data ada dua cara yaitu dengan Teknik Test dan Non-test. Teknik Test yaitu dengan misalnya tes hasil belajar, tes bakat khusus, tes minat, tes perkembangan vokasional, tes kepribadian, psikotes dll. Sedangkan teknik nontes misalnya dengan melakukan angket, wawancara, observasi, otobiografi, anekdot, skala penilaian, sosiometri, kunjungan rumah, kartu pribadi, studi kasus dll.
4.      Lima fase dalam bimbingan konseling yaitu, 1. Pembukaan; 2. Penjelasan Masalah; 3. Penggalian latar belakang masalah; 4. Penyelesaian masalah, serta; 5. Penutup.



B.            Saran
Teknik-teknik dalam bimbingan konseling sangat penting untuk dipelajari dan dipahami dalam proses belajar mengajar di karenakan dengan kita mengetahui dan mempelajari teknik-teknik bimbingan konseling kita mampu berpikir dengan baik dalam mengambil sebuah keputusan dengan bijak sehingga cara ataupun metode yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan dapat membantu, dan dapat mengarahkan seseorang atau kelompok agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya supaya bisa menentukan tujuan hidup. Kritik dan saran yang membangun juga kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semogam bermanfaat bagi semua yang membaca makalah ini. Amiin.

DAFTAR RUJUKAN

Tohirin, 2013. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Edisi Revisi. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada
Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2014. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
https://filyapuspa.wordpress.com/2014/01/21/5-fase-dalam-proses-konseling/ di akses pada tanggal 15 Maret 2017 pukul 11.30 WIB
http://mza6bk.blogspot.co.id/2011/03/teknik-teknik-memahami-murid.html di akses pada tanggal 24 Maret 2017 pukul 21.56 WIB










[1] https://filyapuspa.wordpress.com/2014/01/21/5-fase-dalam-proses-konseling/ di akses pada tanggal 15 Maret 2017 pukul 11.30 WIB
[2] Dr.Tohinin. Bimbingan dan Konseling di sekolah dan  madrasah.Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2013.hlm 301-305
[3] Dr.Tohinin. Bimbingan dan Konseling di sekolah dan  madrasah.Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2013.hlm 305-308
[4] Dr.Tohinin. Bimbingan dan Konseling di sekolah dan  madrasah.Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2013.hlm 309-326
[5] http://syafaafays.blogspot.co.id/2015/03/teknik-teknik-dasar-pemahaman-individu.html. di akses pada tanggal 15 Maret 2017 pukul 11.15 WIB
[6] Dr.Tohinin. Bimbingan dan Konseling di sekolah dan  madrasah.Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2013.hlm 212-213
[7] http://mza6bk.blogspot.co.id/2011/03/teknik-teknik-memahami-murid.html di akses pada tanggal 24 Maret 2017 pukul 21.56 WIB
[8] Dr.Tohinin. Bimbingan dan Konseling di sekolah dan  madrasah.Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2013.hlm 214-221
[9]https://filyapuspa.wordpress.com/2014/01/21/5-fase-dalam-proses-konseling/ di akses pada tanggal 15 Maret 2017 pukul 11.30 WIB


EmoticonEmoticon