KEWAJIBAN
BERDAKWAH
A. Standar Kompetensi
1. Memahami
ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Hadits tentang kewajiban berdakwah.
B. Kompetensi Dasar
1. Mengartikan
QS. An-Nahl : 125; QS. Asy-Syu’ara: 214-216; QS. Al-Hijr: 94-96. Dan hadits
tentang kewajiban berdakwah.
2. Menjelaskan
kandungan QS. An-Nahl : 125; QS. Asy-Syu’ara: 214-216; QS. Al-Hijr: 94-96. Dan
hadits tentang kewajiban berdakwah.
3. Menunjukkan
perilaku orang yang mengamalkan QS. An-Nahl : 125; QS. Asy-Syu’ara: 214-216;
QS. Al-Hijr: 94-96. Dan hadits tentang kewajiban berdakwah.
4. Menerapkan
strategi berdakwah seperti yang terkandung dalam QS. An-Nahl : 125; QS.
Asy-Syu’ara: 214-216; QS. Al-Hijr: 94-96. Dan hadits tentang kewajiban
berdakwah dalam kehidupan sehari-hari.
C. Indikator pembelajaran
1. Siswa
mampu mengartikan QS. An-Nahl : 125; QS. Asy-Syu’ara: 214-216; QS. Al-Hijr:
94-96. Dan hadits tentang kewajiban berdakwah.
2. Diharapkan
siswa mampu menjelaskan kandungan QS. An-Nahl : 125; QS. Asy-Syu’ara: 214-216;
QS. Al-Hijr: 94-96. Dan hadits tentang kewajiban berdakwah.
3. Siswa
dapat menunjukkan perilaku orang yang mengamalkan QS. An-Nahl : 125; QS.
Asy-Syu’ara: 214-216; QS. Al-Hijr: 94-96. Dan hadits tentang kewajiban
berdakwah.
D. Langkah-langkah pembelajaran
1.
Membuka pembelajaran dengan salam dan
berdo’a bersama dipimpin oleh salah seorang peserta didik dengan penuh khidmat;
2. Memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran
(mengabsen);
3. Guru menyampaikan materi ajar;
4. Menyimpulkan
materi yang telah disampaikan;
5. Melakukan
tanyajawab sesuai materi yang telah diajarkan sesuai metode yang dipilih;
6. Guru
memberi tugas kepada peserta didik;
7. Guru
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya;
8.
Ditutup dengan salam dan
berdo’a bersama dipimpin oleh salah seorang peserta didik dengan penuh khidmat;
MATERI
TENTANG KEWAJIBAN BERDAKWAH
Di bawah ini
beberapa dalil Al-Qur’an dan Hadits mengenai kewajiban berdakwah diantaranya
yaitu:
1.
Q.S.
An-Nahl : 125
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ
الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ
بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya: “Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)
Dari segi etimologi kata dakwah berasal
dari bahasa Arab yaitu da’aa-yad’uu-da’watan yang berarti ajakan,
seruan, panggilan, undangan. Jadi yang dimaksud ilmu dakwah adalah Suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara,
tuntunan bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk mengikuti,
menyetujui suatu pendapat tertentu dengan cara bijaksana kepada jalan yang
benar sesuai dengan perintah Alloh SWT. demi kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.
Kemudian yang disebut penerangan mempunyai
suatu tujuan tertentu, memberikan pengertian terhadap orang lain mengenai
sesuatu masalah, sehingga penerangan merupakan bagian dari dakwah.
Selain dari itu ada juga bagian lain dari dakwah misalnya
penyiaran. Penyiaran bisa juga dipakai untuk memberikan penjelasan-penjelasan
terhadap suatu masalah yang sudah ada pokok permasalahannya, sehingga
penjelasannya datang kemudian.
Begitu pula tentang pendidikan dan pengajaran, juga menjadi bagian
dari salah satu alat berdakwah. (DEPAG : 2002, hal 113)
Telah banyak perjalanan sejarah dakwah yang kita dengar bagaimana
beratnya tantangan-tantangan yang dihadapi orang-orang yang menyampaikan dakwah
dan Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul Allah telah menunjukkan betapa tidak rataya jalan
yang harus ditempuh pada saat menyampaikan risalahnya. Namun demikian mereka
tidak pernah mundur barang setapakpun. Sebab bagi kaum muslimin dakwah
adalah suatu tugas suci yang wajib dilaksanakan, tidak perlu cemas dengan
adanya tantangan-tantangan tersebut melainkan tetap optimis tidak perlu ada
keragu-raguan, sehingga tetap teguh keyakinan, teguh keimanan, dakwah tetap
berkumandang cahaya dan syiar Islam tetap terpancar menyinari ke seluruh
penjuru dunia.
Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. agar
banyak menggunakan cara dalam menyampaikan misi dakwah kerasulannya, hal tersebut harus dilakukan
karena beragamnya corak masyarakat dari yang awam sampai yang terpelajar dan
juga strata sosial yang berbeda hal tersebut tentunya juga akan dijumpai
problem yang berbeda pula. (DEPAG: 2002, hal 122-125)
a.
Metode Dakwah
Menurut ayat 125 QS. An-Nahl, dipahami oleh sebagaian ulama’ yaitu
menjelaskan prinsip umum metode dakwah Islamiyah yakni tiga metode dakwah dan
selaras dengan sasaran atau objek dakwah. Ketiga metode itu disesuaikan dengan
kemampuan intelektual masyarakat yang dihadapi, akan tetapi secara prinsip
semua metode dapat digunakan kepada semua masyarakat.
1.
Metode Hikmah
Menurut Syeh Musthafa Al-Maraghi dalam tafsir Al-Maraghi
mengatakan bahwa hikmah adalah ungkapan yang jelas dan tegas disertai dengan
dalil yang dapat mempertegas kebenaran apa yang dipaparkan, dan dapat
menghilangkan keragu-raguan. Metode ini adalah berdakwah untuk kalangan
intelektual, berilmu pengetahuan atau pendidikan tinggi.
2.
Metode Mau’idzah Hasanah
Metode Mau’idzah Hasanah ini yaitu menggugah hati dan dapat
mengena sasaran hati bila ucapan yang disampaikan itu disertai dengan
pengalaman dan keteladanan dari yang menyampaikannya. Mau’idzah biasanya
bertujuan mencegah sasaran dari suatu yang buruk yang dapat mengundang emosi baik
yang menyampaikan, lebih-lebih yang menerimanya.
Beberapa ciri Mau’idzah Hasanah adalah nasihat yang berisi
mencari keridlaan Allah SWT., nasihat dan pengajaran yag dapat melembutkan hati
serta memberikan kesan yang mendalam dalam hati, metode ini mengandung unsur at-targhib
(kabar gembira) dan at-tarhib (ancaman), menunjukkan contoh tauladan
yang baik dan akhlaq yang terpuji sebagai contoh untuk diikuti.
3.
Metode Mujadalah (Debat)
Metode ini yaitu mengajak berdebat dengan yang baik. Apa yang
disampaikan tetap dalam kesopanan, dengan menggunakan argumen yang benar,
dengan demikian lawan debat tidak merasa kalah dan yang mengajak debat walau
menang tetapi juga jangan sampai merasa menang dan hebat, namun kembali pada
tujuan dakwah yaitu Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.
b.
Sasaran Dakwah
Mohammad Nasir, menyebutkan ada tiga
golongan masyarakat yang bagi seorang pendakwah dituntut untuk memilih metode
yang tepat bagi mereka :
1. Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran dan dapat
berfikir kritis, cepat menangkap arti persoalan. Bagi mereka harus metode yang
relevan adalah hikmah, yakni hujjah (argumentasi) yang dapat
diterima dengan kekuatan akal mereka.
2. Golongan awam, masyarakat yang belum dapat berfikir secara kritis,
dan mendalam. Mereka ini dipanggil dengan mau’idzah hasanah, yakni
keteladanan yang baik dari juru dakwahnya.
3. Golongan yang kemampuannya ditenganh antara kedua golongan
tersebut, belum dapat dicapai dengan hikmah akan tetapi tidak sesuai
pula bila dilayani seperti golongan awam. Golongan manusia seperti ini
dipanggil dengan bertukar fikiran dengan cara yang lebih baik.
c.
Pedoman berdakwah
1. Dakwah lebih banyak berorientasi kepada materi yang diajarkan.
Dakwah itu hendaknya ditujukan semata-mata karena Allah dan untuk memperoleh
ridlo-Nya, bukanlah untuk orang yang berdakwah dan bukan juga untuk golongannya
atau kaumnya. Rosulullah diperintahkan berdakwah agar membawa manusia menuju ke
jalan Allah dan untuk agama semata.
2. Dakwah hendaklah dlakukan dengan Hikmah
Yang
dimaksud dengan “Hikmah” di sini, hendaklah dakwah berisikan ilmu pengetahuan
yang mampu mengunggkap faedahnya untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia.
Islam sangat menghargai kajian-kajian ilmiah, tidak seperti penganut agama
selain Islam. Ilmuan sering kali menjadi korban hasil temuannya, seperti
Galileo, Arius, Bruno Bauer, George van Paris, dll, yang bertentangan dengan
pendapat gereja.
Untuk itu
seorang da’i harus memilih materi yang sedang dihadapi oleh manusia pada
zamannya. Kalau manusia modern sekarang yang dihadapi adalah bagaimana cara mengentaskan
dampak negatif dari akibat industrialisasi, kemudian muncul polusi maka ia
harus mampu memecahkan kesulitan yang dihadapi umatnya.
Industrialisasi
maju tetapi pencemaran dapat ditekan sampai titik minimal. Demikian ini tidak
gampang, oleh sebab itu dakwah harus disampaikan dengan metode yang tepat dan
gaya yang pas, sehingga mereka tertarik dan tidak merasa berat menerima
ajakannya, karena adanya dakwah tersebut mampu membuat solusi yang baik. Oleh
sebab itu dakwah harusdilakukan oleh orang-orang yang profesioanal dibidangnya
masing-masing.
3. Dakwah hendaklah dilakukan dengan Mau’idzah Hasanah, lemah lembut,
dengan cara yang baik, dan tidak menimbulkan kegelisaan dan ketakutan karena
meras dipaksa. Dalam tafsir al-Misbah dijelaskan bahwa maksid Mau’idzah Hasanah
adalah Uraian yang menyentuh hati yang mengantarkan kepada kebaikan.
Berhasil atau tidaknya tujuan dakwah sangat banyak dipengaruhi oleh metode atau
cara berdakwah. Namun boleh juga diselipkan materi pelajaran yang berisikan
adzab-adzab dan hukuman yang diancamkan Tuhan kepada mereka yang sengaja
berbuat dosa dan kemungkaran, dengan maksud merega menghindari perbuatan yang
menimbulkan ancaman Tuhan tersebut.
4. Bila dalam dakwah terjadi perdebatan atau bantahan dengan kaum
musyrikin atau Ahli Kitab, hendaklah menjawab bantahan mereka dengan bantahan
yang baik. Perdebatan yang baik ialah perdebatan yang dapat menghambat
timbulnya hal-hal yang negatif seperti sombong, gengsi, dll. Hal ini sangat
penting diperhatikan, sebab dengan cara ini orang akan merasa dihargai dan
dihormati, sehingga dalam diri mereka akan timbul rasa simpatik yang akhirnya
mengikuti ajakan dan seruan para da’i.
5. Serahkanlah segala usaha dan perjuangan kepada Alloh, sebab hanya
Dialah yang Maha Mengetahui siapa-siapa yang akan diberi petunjuk atau hidayah
dan siapa-siapa yang tidak diberinya. Tugas da’i hanyalah menyampaikan ajaran
agama dan bukan menentukan hasilnya.
6. Dakwah hendaklah dilakukan dengan cara berulang-ulang dan tidak
boleh berhenti karena mengalami hambatan, gangguan ataupun rintangan.
7. Pemberian dakwah harus berwibawa jangan sampai ada anggapan bahwa
dia sama saja dengan mereka.
8. Pemberian dakwah harus memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan ilmu
yang luas, sehingga tidak membosankan bagi pendengarnya.
9. Pemberi dakwah harus mempunyai kesehatan fisik dan mental. (DEPAG,
hal 113-116)
2.
QS. Asy-Syu’ara : 214-216
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ
Artinya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan
rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang
yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: "Sesungguhnya aku
tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan".(QS. Asy-Syu’ara: 214-216)
a.
Penjelasan
Kata ‘Asyirota artinya anggota suku yang terdekat, kata tersebut
berasal dari ‘Aasyaro yang artinya bergaul. Kata Janaakha arti aslinya adalah sayap. Hal ini
menggambarkan perilaku seseorang disamakan dengan burung yang merendahkan
sayapnya apabila hendak mendekati lawan jenisnya atau melindungi anaknya. Kata attaba’a
artinya mengikuti namun menurut mufassir Ibnu Asyur ia menerjemahkan dengan
Beriman.
Dalam suatu hadits dari Abu Hurairah menyatakan : “Tatkala ayat ini turun,
Rosululloh memanggil orang-orang Quraisy berkumpul di bukit Shafa. Di antara
mereka adayang datang secara langsung dan ada yang mengirimkan wakilnya.
Setelah mereka berkumpul, kemudian Rosululloh berkhobah: “Wahai kaum Quraisy,
selamatkan dirimu dari api neraka, karena sesungguhnya aku tidak bisa memberi
mudlarat dan tidak pula memberi manfaat kepadamu. Ketahuilah bahwasanya aku
hanya dapat menghubungi karibku di dunia ini saja”. Dalam riwayat lain oleh
Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Abbas, dijelaskan bahwa setelah
Rosululloh menyeru kepada kaumnya itu lalu Abu Lahab, paman beliau berkata: “Celakalah
engkau wahai Muhammad hari ini, apakah engkau panggil hanya untuk ini? Maka
Allah menurunkan ayat : Tabbat yadaa Abii lahabin”
Setelah itu, ayat ini menegaskan bahwa mula-mula dakwah Nabi ditujukan
kepada keluarga atau kerabat dekatnya, kemudian secara berangsur-angsul menyeru
masyarakat sekitarnya dan akhirnya kepada manusia seluruhnya. Mula-mula dakwah
secara sembunyi-sembunyi, kemudian setelah pengikutnya kuat dilakukan secara
terang-terangan. Inilah awal perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk memulai
dakwah menyiarkan agama Allah agar manusia
mentauhidkan kepada-Nya dan beramal shaleh.
Secara global (Ijmali) ketiga ayat di atas menjelaskan kepada kita umat
Islam bahwa Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. agar menyampaikan
dakwahnya kepada keluarga atau kerabat terdekat seperti istrinya, anak-anaknya
dan perintah bersikap lemah lembut dan penuh kasih sayang kepada orang-orang yang mengikuti
ajakannya dan memberi peringatan dan ancaman akan adzab yang pedih kepada yang
mendurhakain dakwahnya. Isi dakwahnya untuk menyakini dan mempercayai bahwa
tiada Tuhan selain Allah Tuhan yang Maha Esa.
Pada ayat 125 ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar berkalu dan
bersikap rendah hati, lemah lembut, memperdulikan orang lain dan tidak sombong
kepada orang-orang yang mengikuti seruannya, sehingga hati mereka lebih
tertarik dan menyenangi agama yang baru dianut; dapat terjalin hubungan
kasihsayang, mencintai dan menolong serta menbela sesama mukmin.
Dalam ayat 216 ini Allah SWT. memberikan petunjuk kepada Nabi Muhammad
dalam menjalankan dakwahnya, yaitu apabila kerabat karib, keluarga dekat tidak
mengindahkan seruannya, maka katakanlah kepada mereka bahwa engkau tidak
bertanggungjawab atas keingkaran dan
kedurhakaan mereka, bahwa Allah mengancam dengan adzab-Nya yang sangat keras sebagai
balasan terhadap sikap dan perbuatan mereka, takseorang pun mampu melepaskan diri
dari adzab itu. Hanya orang-orang beriman dan beramal shaleh yang dapat
terhindar dari adzab Allah di akhirat nanti.
b.
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Ada tiga metode yang
digunakan untuk berdakwah yaitu Al-Hikmah, Al-Mau’idzah Hasanah dan
Al-Mujadalah.
2.
Dalam menggunakan metode
dakwah, seorang Muballigh harus memperhatikan objek dakwahnya
3.
Hendaklah dakwah
dilaksanakan semata-mata karena Allah dan mengharap ridlonya.
4.
Hendaklah dakwah
dilakukan dengan hikmah dengan cara baik dan lemah lembut.
5.
Bila terjadi perdebatan,
hendaklah dijawab dengan perdebatan yang baik.
6.
Berhasil tidaknya usaha
dakwah hendaklah dikembalikan kepada Allah. Tugas para da’i hanyalah
menyampaikan agama Allah, berhasil atau tidak terserah kepada keputusan-Nya.
7.
Mula-mula Rosululloh
melakukan dakwahnya kepada kerabat dan keluarga terdekat, kemudian kerabat yang
jauh dan akhirnya kepada seluruh manusia.
8.
Rosululloh diperintahkan
oleh Allah agar bersikap lemah lembut dan berlaku hormat serta rendah hati,
mengasihi dan mencintai kepada orang-orang mukmin. Selanjutnya perintah ini
juga ditujukan kepada kita ummat Nabi Muhammad.
9.
Apabila orang-orang yang
diseru mengikuti ajaran Allah tidak menghiraukannya, tidak mengikuti ajakan
tersebut dan mendurhakainya, maka beritahukan tentang ancaman berupa azdab
Allah yang akan ditimpahkan kepada mereka. Tidak ada seorang pun yang terhindar
dari adzab-Nya kecuali orang-orang yang beriman danberamal sholeh.
3.
QS. Al-Hijr : 94-96
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِين إِنَّا كَفَيْنَاكَ
الْمُسْتَهْزِئِينَ الَّذِينَ يَجْعَلُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَسَوْفَ
يَعْلَمُونَ
Artinya: “Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami
memelihara kamu dari kejahatan orang-orang yang memperolok-olokkan kamu, yaitu
orang-orang yang menganggap adanya tuhan yang lain di samping Allah, maka
mereka kelak akan mengetahui akibat-akibatnya.” (QS. Al-Hijr: 94-96)
a.
Penjelasan
Ayat 94 ini memerintahkan kepada kaum Nabi Muhammad saw., agar
menyampaikan ajaran agama Allah secara terang-terangan, tidak
sembunyi-sembunyi, tantanglah orang musyrik itu, jangan memperdulikan apa yang
mereka katakan dan janganlah kamu takut kepada mereka.
Sebagai seorang ahli tafsir mengintepretasikan وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِين dengan tidak
memperdulikan segala tingkah laku orang-orang musyrik yang telah mendustakan,
memperolok-olok dan menentang kamu, tindakan mereka yang menghalang-halangimu
jangan dijadikan kendala untuk menyiarkan agama. Dia (Allah) menjagamu dari
gangguan mereka.
Ayat 95-96 ini menegaskan kepada Nabi Muhammad saw. dan orang-orang mukmin
bahwa Allah akan menjaga dan memelihara Nabi dan pengikutnya dari orang-orang
musyrik Makkah yang meremehkan, menghina dan memperolok-olok Nabi serta
mengotori kesucian Al-Qur’an,
Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa orang-orang musyrik Makkah yang sangat
meremehkan ajaran Al-Qur’an di antaranya
adalah Al-Walid bin Mughirah, Al-Ash bin Wa’il, Al-Haris bin Qais, Aswad bin
Abdul Jaghut dan Aswad bin Muththalib. Dalam sejarah dikenal bahwa penyebab
kematian mereka dikarenakan sikap mereka memperolok-olok dan mendustakan ajaran
Allah.
Allah mengetahui bahwa Nabi Muhammad prihatin dan sedih melihat sikap dan
tingkah laku orang-orang musyrik Makkah. Untuk mengobati hati yang sakit ini,
Nabi memperbanyak tasbih, dzikir, tahmid, takbir, sembahyang dan melakukan
ibadah-ibadah lainnya serta menahan hawa nafsu. sifatNabi ini hendaknya
dijadikan contoh teladan oleh orang-orang mukmin dalam menghadapi permasalahan.
Serahkanlah segalanya kepadaAllah niscaya Dia akan memberikanjalan keluar dari
permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
Di zaman Rosulullah belum ada media massa seperti sekarang ini, belum ada
media cetak, elektronika, surat kabar, radio, film, dan televisi sehingga dakwa
hanya dilakukan dengan lisan. Kemudian setelah beliau menerima tuntunan atas
pedoman dari Allah dengan datangnya ayat pertama, beliau lalu memberikan
dakwahnya kepada istrinya, keluarganya, teman-teman dekat. Mula-mula dengan
sembunyi-sembunyi karena khawatir terhadap fitnah kaum Quraisy yang belum mau
melepaskan tradisi mereka. Akhirnya dakwah yang diberikan diarahkan untuk
memberikan dasar-dasar keyakinan sekaligus membentuk kepribadian masyarakat
supaya kuat dantahan uji dan penuh ketabahan serta kesabaran.
Setelah keyakinan dianggap kuat dengan ikatan kemasyarakatan walaupun masih
terbatas, tetapi telah dianggap mampu menerima tantangan. Setelah itu barulah
Allah memerintahkan melakukan dakwah secara terang-terangan.
Dengan sikap maju terus tanpa mundur disertai keyakinan, sikap bijaksana,
tutur bahasa yang baik dan benar di dalam berdakwah serta pemaaf dan lemah
lembut, maka Islam mendapat sambutan dimana-mana. Namun demikian walaupun awal
mulanya Rosululloh selalu mendapat rintangan, tantangan, hinaan tetapi hari
demi hari pengikut Islam semakin bertambah banyak bahkan persatuan dan kesatuan
pengikutnya menjadi kokoh dan kuat, lebih-lebih setelah masuk Islamnya dua
pemuda perkasa, Hamzah bin Abdul Mutholib dan Umar bin Khattab kemenangannya
semakin nampak karena pemuda tersebut sangatkeras membela agama Islam, menjadi
pembela kebenaran dan pemisah antara kebenaran dan kebatilan. Akhirnya syiar
Islam semakin menyebar di Semenanjung Arabia. (DEPAG, hal 126-128)
b.
Kesimpulan
1.
Allah memerintahkan
kepada Nabi Muhammad agar menyampaikan ajaran Allah secara terang-terangan
kepada kaum musyrikin Makkah
2.
Allah memerintahkan agar
Nabi dan pengikutnya tidak gentar dan takut terhadap sikap dan tingkah laku orang-orang
musyrikin Makkah yang selalu memusuhi dan menghina Nabi dan ajaran yang
didakwahkannya sebab Allah menjamin akan memelihara dan menjaga Nabi dan
pengikutnya dari malapetaka yang menimpa mereka.
3.
Allah juga memberikan
penjelasan kepada Nabi bahwa pada akhirnya nanti orang-orang musyrikin Makkah
akan mengetahui akibat-akibat yangakan ditimpa kepada mereka
4.
orang-orang yang unggul
dan berkualitas akan menjadi pemenang dalam memperebutkan dunia ini.
4.
Hadits-hadits tentang
Kewajiban Berdakwah
a.
HR. Bukhari
Artinya : “Dari Abdullah ibnu Umar, Bahwa Nabi saw. bersabda :
“Sampaikan dariku walaupun satu ayatdan ceritakan tentang kaum bani Isra’il
karena yang demikian itu tiada dosa, Barang siapa yang berdusta atas namaku
dengan sengaja maka bersiaplah tempatnya di Neraka.” (HR. Bukhari no. 3202)
Hadits diatas
menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw. memerintahkan untuk menyampaikan apa yang
bisa ditangkap dari beliau, hadits ini tidak mensyari’atkan bahwa untuk
menyampaikan dakwah harus mempunyai bekal ilmu yang memadai dulu baru bisa
untuk mengajak orang lain, namun dalam berdakwah bisa dilakukan walau pada saat
itu baru satu atau dua ayat yang dipahami. Hal demikian dapat dipahami dari
ungkapan (Walau ayah) dan dakwah tidak selalu harus berbentuk ceramah,
pidato, atau debat. Hemat penulis dakwah dapat juga bisadilakukan dengan
memberi contoh yang baik dan istiqomah
dari hasil mengkaji ayat-ayat Allah dan Hadits Rosululloh. Sehingga orang lain
akan melihat dan akhirnya tertarik dan mengikuti.
b.
HR. Abu Daud, Ahmad
Nasa’i, Turmudzi dan Ibnu Majah
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata : Rosululloh saw.
bersabda :”Barang siapa yang hendak mengajak kepada kebaikan maka dia akan
memperoleh pahala atas perbuatan baiknya itu serta pahala orang yang mengikuti
serta melaksanakan dengan tanpa dikurangi sedikit pun. Sebaliknya bagi siapa
saja yang mengajak kesesatan atau kemungkaran, maka dia mendapat dosa orang
yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun.” (HR. Abu Daud, Ahmad Nasa’i,
Turmudzi dan Ibnu Majah)
Nabi Muhammad saw.
menjelaskan kepada kita bahwa pahala orang berdakwah itu besar bukan saja
pahala yang diberikan Allah atas perbuatan baiknya yang dilakukan sendiri,
tetapi juga akan diberikan pahala sebanyak pahala orang-orang yang mengikuti
perbuatan baik yang dianjurkan. Pahala ini diberikan oleh Alloh hingga hari
akhir tanpa dikurangi sedikitpun. Hal ini menunjukkan sifat Rahman dan
Rahim-Nya yang dikaruniakan kepada orang-orang yang dikehendaki.
Sebaliknya, orang
yang melakukan kejahatan dan kemudian dia menganjurkan atau mengajak orang lain
untuk melakukan seperti yang dia lakukan, maka orang tersebut mendapatkan dosa
atas perbuatannya, maka orang tersebut mendapat dosa atas perbuatan yang
dilakukan dan ditambah dosa sebanyak dosanya orang-orang yang mengikutinya tanpa
dikurangi sedikitpun sampai hari kiamat.
c.
HR. Bukhari Muslim
Artinya: “Dari Annas ra. Nabi saw. , beliau bersabda:
“Permudalah dan jangan mempersulit, gembirakanlah dan jangan menakut-nakuti”.
(HR. Bukhari Muslim)
Hadits dia atas
memerinthkan kepada umat Islam agardalam menjalankan dakwahnya supaya dilakukan
dengan sikap lemah lembut. Tutur kata yang baik, fleksibel, metode yang baik,
menggunakan bahasa yang mudah difahami sehingga orang yang diseru tertarik,
mengikuti ajakan serta senang terhadap yang didakwahkan. Peringatan
dengancaralemah lembut dan bijaksana lebih menyentuh hati dan dapat mengenai
sasaran dabanding dengan peringatan yang keras dan kasar.
Janganlah dakwah itu
dilakukan dengan kasar, menakut-nakuti, memaksa atau memberi ancaman, karena
cara-cara dakwah seperti itu tidak menyebabkan orang yang diseru senang dan
mendekat tetapi menjauhi, tidak mengikuti ajakan bahkan memusuhi dan bisa
menghalang-halangi. Janganlah mengungkit-ungkit kesalahan yang mereka lakukan
tanpa di sadari atau disengaja.
Prilaku baik dan
lemah lembut yang ditampilkan Rosululloh terhadap umatnya yangmencaci maki,
membenci, memusuhi, dan menghina kepada beliau patut kita jadikan suri
tauladan. Karena cara dakwah seperti itu dapat mengubah ummat yang jahiliyah
menjadi bertauhid, menghargaidan menghormati orang lain. Pada akhirnya mereka
disegani, dihormati dan ditakuti oleh musuh.
Kemudian perintah
Alloh untu berdakwah dengan lemah lembut sepertidiatas tidak kemudian diartikan
kita boleh bersikap masa bodoh terhadapkemungkaran dan kemaksiatan,
tetapiperintahtersebut dimaksudkan agar dalam melaksanakan dakwah dilakukan
dengan cara yang terbaik. Berdakwah diperbolehkan menggunakan cara-cara keras
danbahkan memaksa apabila seorang Da’i mempunyai kemampuan baik kekuatan pangkat,
jabatan maupun harta dan ia yakin hanya dengan metode tersebut kemungkaran dan
kemaksiatan dapat terhenti.
d.
HR. Muslim
Artinya: “Dari Abi Sa’id Al-Khudry ra. Berkata : Aku mendengar
Rosululloh saw. bersabda: “Siapapun diantara kamu yang melihat kemungkaran
hendaklah mengubahnya dengan tangan atau kekuasaannya. Apabila tidak mampu
dengan cara ini, hendaklah menggunkan lisannya, apabila dengan cara itu tidak
mampu maka hendaklah dengan hatinya. Demikian itu (cara yang terakhir) adalah
termasuk selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
e.
Kesimpulan
1.
Hendaknya dakwah dijalankan dengan cara
yang baik, lemah lembut dan membuat orang yang diseru tertarik dan menyenangi
yang diserukan kepada mereka.
2.
Dakwah tidak boleh dijalankan dengan
cara-cara yang kasar, keras, memaksa atau yang membuat orang menjauhi
ajakannya. Namun apabila dalam keadaan terpaksa tidak ada jalan lain dan tidak
menimbulkan mudlarat, maka cara-cara dakwah seperti ini diperbolehkan sehingga
kemaksiatan dan kemungkaran dapat dihentikan.
3.
Apabila seseorang melakukan perbuatan
baik dan mengajak orang lain berbuat baik, maka dia akan memperolehpahala dua
kali lipat. Yaitu pahala atas kebaikan dirinya dan orang yang dianjurkannya.
Namun apabila ia menganjurkan perbuatan baik kepada orang lain akan tetapi ia sendiri
tidak bisa melakukannya maka ia akan mendapatpahala satu yaitu dari seorang
yang mengikuti anjurannya saja.
4.
Apabila seseorang mengajak akan
kejahatan maka ia akan mendapat dua dosa yaitu dosa atas perbuatannya dan dosa
atas perbuatan orang lain atasa jakannya.
LATIHAN SOAL
I.
Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a, b, c, d atau e
pada jawaban yang paling benar!
1.
Dalam
berdakwah, perlu dilakukan dengan metode-metode yang baik sehingga bisa mengena
pada objek dakwah. Adapun metode yang tepat untuk golongan yang berpendidikan
tinggi adalah...
a.
Memberikan
nasihat yang bersifat menggurui
b.
Lebih
mengedepankan keteladanan dari pada sekedar lisan
c.
Dengan
argumentasi yangrasional dan kuat
d.
Lebih
mengedepankan perdebatan
e.
Dengan
penuh toleransi
2.
Salah
satu metode dakwah yang diajarkan oleh Alloh SWT. adalah Mauidhoh Hasanah, artinya...
a.
Dakwah
yang dilakukan dengan menyampaikan atau memberi keterangan yang jelas, tegas,
dan tidak meragukan
b.
Uraian
yang menyentuh hati yang mengantarkan pada kebaikan
c.
Dakwah
yang dilakukan dengan cara dialogis
d.
Dakwah
yang dilakukan lebih mengedepankan keteladanan dari pada sekedar lisan
e.
Sesuatu
yang menghalangi terjadi kesulitan yang lebih besar
3.
Salah
satu usaha yang dapat dilakukan oleh seorang pelajar dalam mensukseskan dakwah
Islam adalah...
a.
Tidak
mencontek ketika ujian
b.
Melestarikan
budaya pacaran
c.
Gemar
begadang tanpa alasan
d.
Suka
berkata kotor
e.
Ghibah
terhadap guru yang tidak disukai
4.
.... وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ
أَحْسَنُ.... Lafadz yang bergaris bawah pada petikan ayat disamping mengandung
maksud....
a.
Diskusi
yang berkepanjangan yang takberujung
b.
Diskusi
yang dapat menghambat timbulnya hal-hal yang negatif
c.
Diskusi
yang menghasilkan perpecahan
d.
Diskusi
yang menghasilkan kelompok-kelompok kecil
e.
Diskusi
yang mengungkapkan argumen-argumen yang dipaksakan
5.
Dalam
berdakwah, perlu dilakukan dengan metode-metode yang baik sehingga bisa mengena
pada objek dakwah. Adapun metode yang tepat untuk golongan awam yaitu...
a.
Secara
bertahap dimulai dari yang pokok-pokok agama
b.
Secara
revolusional agar cepat tercapainya tujuan dakwah
c.
Secarafrontal
agar cepat menerapkan syari’at Islam
d.
Secara
tegas dan keras agar karakternyacepat terbentuk
e.
Secara
alami sebagaimana air mengalir
فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ
Lafadz yang bergaris
bawah di atas artinya adalah...
a.
Berlepas diri d. Bersama
b.
Bersatu e. Bertanggung jawab
c.
Beserta
6.
Mad’u
(objek dakwah) yang harus pertama kali kita sentuh sebagaimana dijelaskan di
dalam ayat 214 surat Asy-Syura adalah....
a.
Orang-orang
jauh dari lingkungan sekitar
b.
Orang-orang
awam
c.
Orang-orang
dari kerabat dekat
d.
Orang-orang
berilmu
e.
Orang-orang
yang memiliki kekuasaan
7.
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِين
Pemahaman yang dapat
diambil dari QS. Al-Hijr : 94 di atas yaitu, kecuali...
a.
Dalam berdakwah jangan
perdulikan pujian dan cacian
b.
Dalam berdakwah jangan
pernah takut ujian dan cobaan berupa tantangan
c.
Dakwah harus disampaikan
dengan terang-terangan
d.
Dakwah tidak boleh
dilakukan dengan sembunyi-sembunyi
e.
Dalam berdakwah boleh
takut pada musuh-musuhnya
8.
إِنَّا كَفَيْنَاكَ الْمُسْتَهْزِئِينَ
Arti yang tepat untuk
dalil naqli disamping adalah....
a.
Sesungguhnya kamu
menjagamu dari orang-orang yang mengolok-olok kamu
b.
Sesungguhnya aku
menjagamu dari orang-orang yang mengolok-olok kamu
c.
Sesungguhnya ia
menjagamu dari orang-orang yang mengolok-olok kamu
d.
Sesungguhnya kami
menjagamu dari orang-orang yang mengolok-olok kamu
e.
Sesungguhnya ia
menjaganya dari orang-orang yang mengolok-olok kamu
9.
Ditinjau
dari segi hukumnya, dakwah bagi umat Islam adalah....
a.
Boleh b.
Wajib c. Makruh d. Ja’iz e.
Halal
10. “Ballighu ‘anni walau ayah”
Lafadz “Walau ayah” pada hadits Rosululloh SAW. di atas artinya yaitu...
a.
Walau
sementara
b.
Walau
sesaat
c.
Walau
satu ayat
d.
Walau
tidak berupa ayat
e.
Walau
sebentar
11. Rosululloh saw. mengajarkan kepada kita untuk mengamalkan amar
makruf nahi mungkar dengan cara...
a.
Sesuai
dengan kemampuan para sahabat
b.
Sesuai
kemampuan para nabi
c.
Sesuai
kemampuan setiap individu
d.
Sesuai
kemampuan para ulama’
e.
Sesuai
kemampuan Rosululloh saw.
12. Jika kita melihat suatu kemungkaran apa yang harus kita lakukan
sesuai hadits Rosululloh saw. kecuali,...
a.
Ubalah
dengan kekuasaan
b.
Ubalah
dengan lisan
c.
Ubalah
dengan do’a
d.
Ubalah
dengan kekuatan
e.
Ubalah
dengan harta
13. Dakwah tidak boleh dilakukan dengan cara yang kasar dan memaksa
agar...
a.
Orang-orang
menjauhi ajakan
b.
Orang-orang
tidak menjauhi ajakan
c.
Orang
tertarik dengan ajakan
d.
Orang-orang
tidak tertarik dengan ajakan
e.
Jawaban
b dan c benar
14. Hadits Rosululloh saw. yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim
tentang berdakwah harus dilakukan dengan cara...
a.
Metode
yang baik tetapi kasar
b.
Keras
dan tidak fleksibel
c.
Memaksa
dan menakut-nakuti
d.
Lemah
lembut dan fleksibel
e.
Bahasanya
Sukar dipahami
II.
Cermati kemudian Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan
benar !
1.
Ada
temanmu yang berpendapat bahwa berdakwah harus mempunyai keahlian khusus,
terutama bahasa Arab dan mengerti tafsir Al-Qur’an serta Al-Hadits sehingga
kalau tidak mempunyai bekal tersebut tidak boleh berdakwah, bahkan tidak ada
kewajiban berdakwah baginya. Bagaimana menurut pendapat anda tentang temanmu
tersebut ?
2.
Zainal
adalah seorang siswa Aliyah, ia selalu memiliki prinsip bahwa tidak ada yang ia
takuti kecuali Allah SWT. pada suatu saat terdapat sekelompok pemuda yang
menenggak minuman keras di daerahnya. Melihat kejadian tersebut Zainal
menasihati sekelompok pemuda tersebut agar tidak meneruskan budaya tercela
tersebut. Bagaimana pendapatmu mengenai sikap Zainal tersebut ?
3.
Very
merupakan seorang siswa Aliyah, pada suatu saat di bulan Ramadlon, ia diberi
amanat oleh masyarakat setempat untuk memberikan kultum setelah sholat tarawih.
Walaupun Very seseorang yang tergolong biasa saja dalam ilmu agama di
sekolahnya, namun ia tetap melaksanakan amanat tersebut sesuai kemampuan yang
dimilikinya. Bagaimana pendapat anda mengenai sikap Very tersebut ?
KUNCI JAWABAN
I.
|
1. C
|
6. E
|
11. C
|
2. B
|
7. C
|
12. C
|
|
3. A
|
8. E
|
13. E
|
|
4. B
|
9. D
|
14. E
|
|
5. A
|
10. B
|
15. D
|
II.
|
1.
Sesuai
hadits Rosululloh saw. Yang diriwayatkan oleh Bukhari, yaitu bahwasanya
berdakwah tidaklah harus memiliki kemampuan yang khusus seperti yang
dinyatakan oleh temanku, tetapi berdakwah ialah sesuai kemampuan individu
masing-masing meskipun hanya satu ayat yang ia ketahui maka gugurlah
kewajibannya dalam berdakwah jika yang diketahuinya telah disampaikan kepada
orang lain. Jika penyampaian dakwahnya benar menurut syari’at Islam maka
iaakan mendapat pahala ganda yaitu pahala atas dirinya dan pahala atas oranya
yang melakukan dakwah baiknya tersebut. Tetapi jika yang didakwahkannya
keburukan maka sebaliknya dia akan memperoleh dosa yang ganda juga. Yaitu
dosa atas dirinya dan dosa atas oranya yang melakukan dakwah baiknya
tersebut.
|
2.
Sesuai
hadits Rosululloh saw. Yang diriwayatkan oleh Muslim, yang mana Zainal harus
lebih berhati-hati dalam menasihati sekelompok para peminum minuman keras
tersebut, karena juga membahayakan bagi keselamatan Zainal. Jika ia langsung
menasihati mereka tanpa berpikir akhibatnya maka menutup kemungkinan bahwa
Zainal juga akan celaka. Sebaiknya jika Zainal tidak kuasa mengingatkan
dengan lisannya maka cukup mendo’akan mereka agar sadar akan perbutan mereka
yang tidak baik tersebut. Itulah cara yang selemah-lemahnya Iman. Hati kita
harus mengimani bahwa Allah yang akan menegur mereka sendiri.
|
|
3.
Sesuai
hadits Rosululloh saw. Yang diriwayatkan oleh Bukhari, tindakan very telah
sesuai yang disyari’atkan oleh Rosululloh saw. yaitu menyampaikan ilmu sesuai
kemampuannya sendiri. Tanpa ada perasaan minder dengan dirinya walaupun ia
seorang yang biasa saja. Tapi ia yakin yang disampaikannya termasuk ilmunya
Allah SWT. dengan niat menyampaikan amanat yang telah diembannya.
|
Waallohu’a’lam...
BAB II
POLA HIDUP SEDERHANA DAN
PERINTAH MENYANTUNI PARA DU’AFA
PETA KONSEP

MATERI TENTANG POLA HIDUP SEDERHANA DAN
PERINTAH MENYANTUNI PARA DU’AFA
1.
QS. Al-Furqan :
67
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا
وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
Artinya:
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta),
mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan
itu) di tengah-tengah antara yang demikian”.
Pada ayat di atas dengan jelas menyebutkan, apabila manusia atau
orang yang beriman yang ingin membelanjakan hartanya, maka ketika membelanjakan
tersebut dia tidak boleh berlebih-lebihan, dan juga tidak terlalu kikir.,
melainkan berada di tengah-tengan (moderat). Secara etimologi, kata al-Israf
berasal dari kata al-saraf . Menurut al-Asfahani kata al-Israf
berarti tindakan melampaui batas padab semua perbuatan yang dikerjakan
manusia. Dengan demikian membelanjakan harta untuk sesuatu yang dilarang Allah,
maka inilah yang dimaksud dengan al-Israf (melampaui batas).
Disamping larangan
membelanjakan harta secara Israf, Allah juga melarang bersifat kikir. Allah
SWT. berfirman: وَلَمْ
يَقْتُرُوا (dan tidak pula kikir). Secara etimologi, al-qatr yaitu
meminimkan nafkah. Kata ini semakna dengan al-Bukhl, lawan dari al-Israf.
Sedangkan secara syar’i, al-qatr berarti menahan diri dari membelanjakan
harta dalam ketaatan kepadah Allah SWT.
2.
QS. Al-Isra’ :
26-27
وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا
Artinya:
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang
dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat
ingkar kepada Tuhannya.
Ayat 26 ini Allah memerintahkan kepada
kaum muslimin untuk menunaikan kewajiban yaitu memenuhi hak keluarga dekat,
orang-orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan. Memenuhi kewajiban yang
dimaksut pada ayat tersebut adalah menyantuni mereka dengan membantu memenuhi
kebutuhan pokok yang diperlukan mereka.
Berdasarkan ini pula bahwa Islam memacu
umatnya untuk mengadakan kepedulian sosial sebagai dasar terciptanya
ketentraman dan kedamaian masyarakat. Dengan demikian bantuan kepada orang yang
sungguh-sungguh memerlukan bantuan berarti meringankan beban penderitaannya.
Baik itu keluarga dekat, orang-orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan
dengan tujuan yang di benarkan oleh agama.
Di akhir ayat ini Allah melarang kaum
muslimin membelanjakan harta secara boros, larangan ini bertujuan agar kaum
muslimin dapat mengatur pengeluaran hartanya dengan perhitungan yang cermat
sesuai dengan keperluannya tepat mengenai sasaran yang dituju sesuai ketentuan
agama. Tidak boleh membelanjakan hartanya melebihi dari yang seharusnya. Dengan
kata lain dilarang berlaku boros.
Pada ayat27 masih mengenai larangan
boros di dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa orang-orang yang boros itu
adalah saudara-saudara setan. Ungkapan ini adalah celaan terhadap pemboros.
Yang dimaksud pemboros dalam ayat ini orang-orang yang menghambur-hamburkan
harta kekayaannya dalam perbuatan ma’syiat dan perbuatan lainnya di
luarperintah Allah, mereka layak dikatakan sebagai saudara-saudara syaitan. Di
dunia mereka tergoda oleh syaitan dan di akhiratmereka akan dimasukkan ke dalam
neraka Jahannam bersama syaitan itu pula.
KESIMPULAN
1. Keluarga
dekat, orang-orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan urusan agama harus
disantuni dengan baik agar kebutuhanyang dibutuhkan mereka terpenuhi,
2. Di
dalam membelanjakan harta kekayaan tidak boleh boros melebihi kepentingan yang
diperlukan menyalahi aturan agama,
3. Orang-orang
boros di dalam membelanjakan harta kekayaannya dinyatakan oleh Allah sebagai
saudara syaitan. Mereka akan mengalami kesusahan di dunia dan mengalami murka
Allah di akhirat kelak.
3.
Hadits-hadits
tentang hidup sederhana dan menyantuni dhu’afa
a.
Hadis
Riwayat Ibnu Majah dan Ahmad
Artinya:
“Abdulloh bin Amr, Ia berkata bahwasanya Rosululloh saw. melewati Sa’ad yang
sedang berwudlu’, lalu Rasululloh bersabda: “Alangkah borosnya wudlu’mu wahai
Sa’ad ! lalu Sa’ad bertanya “apakah dalam wudlu’ ada pemborosan? Rasululloh
saw. menjawab: “Ya walaupun kamu berada di dalam suangai yang mengalir.”
(HR. Ibnu Majah dan Ahmad)
b. Hadis Riwayat Bukhari
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada
kami Wuhaib telah menceritakan kepadaa kami Hasyim dari bapaknya dari Hakim bin
Hiram radiyallohu ‘anhu dari Nabi SAW. bersabda: “Tangan yang di atas lebih
baik dari pada tangan yang di bawah, maka mulailah untuk orang-orang yang
menjaditanggungaanmu dan shadaqah yang paling baik adalah dari orang yang sudah
cukup (untuk kebutuhan dirinya). Maka barang siapa yang berusaha memelihara
dirinya. Allah akan memeliharanya dan barang siapa yang berusaha mencukupkan
dirinya maka Allah akan mencukupkannya”. Dan dari Wuhaib berkata, telah
mengabarkan kepada kami Hisyam dari bapaknya dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi
SAW. seperti ini”. (HR. Bukhari)
c. Hadis Riwayat Imam Turmidzi
Artinya:
“Dari Miqdad bin Ma’di Karib berkata: “Aku mendengar Rasululloh saw.
bersabda: “Tidak ada yang lebih jahat dari pada orang yang memadati lambung
perutnya dengan makanan untuk menguatkan badannya. Jika perlu ia makan
hendaknya perut diisi sepertiganya dengan makanan, sepertiganya dengan air
(minuman, sepertiganya lagi untuk udara (bernafas).” (HR. Imam Turmidzi)
d. Hadis Riwayat Abu Dawud dan Ahmad
Artinya:
“Dari Umar bin Syuaib, dari bapaknya, dari kakeknya ia berkata. Rosululloh
saw. bersabda :” Makanlah dan minumlah, bersedekahlah danberpakaianlah, tidak
sombong dan tanpa berlebih-lebihan. (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
LATIHAN
SOAL
I.
Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a, b, c, d atau e
pada jawaban yang paling benar!
- Pada
hakikatnya semua yang ada pada diri kita termasuk harta benda merupakan
titipan dari Alloh SWT. maka konsekuensi logis kita sebagai seorang
beriman adalah..
a. Mencarilalu
menghambur-hamburkannya sesuai dengan kesenangan kita
b. Tidak
perlu mencari rizki karena telah ditetapkan oleh Allah SWT.
c. Mencari
rizki siang malam tanpa mengenal lelah
d. Mencarinya
lalu menggunakan sesuai dengan aturan Allah SWT.
e. Menggunakan
sesuai kebutuhan manusia
- وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا
لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
Arti ayat yang digaris bawahi di atas adalah...
a.
Dan
tidak berlebih-lebihan
b.
Dan
tidak pula kikir
c.
Dan
tidak sombong
d.
Dan
tidak boros
e.
Dan
tidak menghambur-hamburkan
3.
Firman
Allah ayat 27 surat Al-Isra’ menyebutkan bahwa seseorang yang mengeluarkan
hartanya secara boros maka tergolong sebagai...
a.
Jutawan d. Kaya raya
b.
Syaitan e. Pekerja keras
c.
Iblis
4.
QS.
Al-Isra’ ayat 26-27 merupakan hujjah bahwa orang-orang miskin dan musafir
memiliki hak dari kita berupa...
a.
Tempat
tinggal d. Mendapat ZIS
b.
Perjamuan e. Ukhuwah Islamiyah
c.
Sopan
santun
5.
Apabila
diamati sekilas secara dhahir seseorang yang mengeluarkan sejumlaah harta untuk
kepentingan fi sabilillah hartanya akan berkurang. Maka ada sebagian
orang yang mengatakan bahwa tidak termasuk kategori kikir apabila tidak
mengeluarkan uang untuk kepentingan tersebut. Pernyataan semacam ini adalah....
a. Benar sebab secara dhahir apabila mengeluarkan harta, harta
tersebut akan berkurang
b. Salah karena sebagian harta yang diberikan oleh Allah ada sebagian
milik mustahiq
c. Benar sebab agama Islam mengajarkan hidup hemat
d. Benar sebab agama Islam melarang umatnya untuk hidup boros
e.
Salah
sebab seseorang memiliki sejumlah harta
6.
Di
dalam uraian tafsir QS. Al-Isra’ ayat 26 disebutkan bahwa ZIS dianjurkan supaya
mendahulukan kerabatdekat dari pada yang lain, hal ini mengandung sebuah hikmah
yaitu...
a. Dapat menimbulkan kesenjangan
b. Dapat menerapkan teori nepotisme
c. Dapat mempererat hubungan kekeluargaan
d. Dapat menjaga keruntuhan keluarga
e. Jawaban c dan d benar
7.
وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلا
تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا
Kalimat
yang memiliki garis bawah di atas artinya adalah....
a. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara syaitan
b. Sesungguhnya
syaitan itu sangat ingkar kepada Tuhaannya
c. Dan
berikanlah kepada keluarga dekat akan haknya
d. Dan
janganlah kamu menghamburkan hartamu secara boros
e. Janganlah
kamu mengeluarkan harta yang ridak berguna
- Kikir
adalah salah satu sikap tercela yang dapat menimbulkan beberapa akibat
negatif, antara lain, kecuali...
a. Akan
dikucilkan dari masyarakat
b. Akan
mudah dicemooh orang lain
c. Akan
dibenci oleh masyarakat
d. Termasuk
kategori orang munafiq
e. Disayangi
banyak teman
- “Memberi
lebih baik daripada menerima” sesuai hadits
Rosululloh yang dianalogikan dengan...
a. Tangan
dibawah lebih baik daripada tangan di atas
b. Tangan
di atas lebih baik daripada kaki dibawah
c. Tangan
di atas lebih baik daripada tangan di bawah
d. Tangan
dibawah lebih baik daripada kaki di atas
e. Kaki
di lebih baik daripada tangan di atas
- Analogikanlah
dengan metode otak atik matuk..! Sholat apa yang memiliki atau melakukan
tasyahud awal+akhir sebanyak 4 (empat) kali.....
a. Sholat
Subuh seorang makmum masbuq
b. Sholat
Dzuhur seorang makmum masbuq
c. Sholat
Asyar seorang makmum masbuq
d. Sholat Magrib seorang makmum masbuq
e. Sholat
Isya’ seorang makmum masbuq
II. Cermati kemudian Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan
baik dan benar !
1.
Pak wanandi
adalah seorang buruh pabrik di suatu kota terkenal, ia memiliki seorang istri
dan dua orang anak. Untuk menyenangkan istri dan dua orang anaknya tiap malam
ia mengajak mereka untuk pergi jalan-jalan walau dengan menggunakan uang
hutangan dari pabriknya. Jelaskan menurut analisamu mengenai sikap pak Saiful ?
2.
Pak Faris
merupakan seorang wirausahawan yang cukup sukses di daerahnya, baginya waktu
adalah uang. Walaupun dikaruniai oleh Allah SWT. harta yang melimpah ia sangat
sulit mengeluarkan sedikit uangnya untuk keperluan fi sabilillah. Jelaskan menurut pendapatmu dengan sikap pak Faris
tersebut ?
3.
Dunia
club-ing di kota-kota besar telah merajalela. Para remaja khusunya yang
menjadi objek atau sasaran dunia tersebut. Bagaimana pendapatmu mengenai hal
tersebut.!?
KUNCI JAWABAN
C
|
1. D
|
6. C
|
2. B
|
7. D
|
|
3. B
|
8. E
|
|
4. D
|
9. C
|
|
5. B
|
10. D
|
II.
|
1.
Sebenarnya
niat pak Wanandi untuk menyenangkan seorang istrinya serta ke-dua anaknya itu
sangat baik tetapi caranya yang kurang baik, melihat QS. Al-Isra’ ayat 26
bahwasanya Allah melarang sikap menghambur-hamburkan harta secara boros
apalagi diperoleh melalui hutang. Sebaiknya niat tersebut dilakukan apabila
ia telah mampu mencukupi kehidupannya lalu jika ada sisanya maka ia sisihkan
untuk menyenangkan istri dan anak-anaknya tersebut tetapi tidak sesering
mungkin. Semuanya melihat kebutuhan juga, karena disetiap rizki yang
diberikan oleh Allah kepada kita, disebagiannya terdapat hak mustahiq.
|
2.
Sikap
pak Faris tersebut ialah sikap kikir yang dilarang oleh Allah SWT. yang
tertera didalam firman-Nya surat Al-Furqan ayat 67 bahwasanya Allah SWT.
melarang bersifat kikir dan juga melarang bersifat berlebih-lebihan melainkan
harus moderat(tengah-tengah) karena disetiap harta atau rizki yang Allah
berikan kepada hambanya ialah ada sebagian ZIS bagi mustahiq yang harus
dikeluarkan sesuai kadar yang telah ditentukan menurut syari’at Allah SWT. apalagi
dikeluarkan demi kepentingan fi sabilallah maka akan lebih bermanfaat
dan barokah fi ddini waddunya wal akhiroh. Amin
|
|
3.
Dunia
club-ing adalah salah satu hal pemborosan yang tanpa disadari oleh
pelakunya demi kesenangan semata. Yang tidak sesuai dengan firman Alloh surah
al-Isra’ ayat 26 bahwasanya Allah telah melarang menghambur-hamburkan
hartanya dengan boros dan disusul ayat yang ke 27 nya yaitu sesorang yang
boros termasuk saudaranya setan. Apalagi di dunia club-ing yang sangat rawan
dengan godaan setan, kadang-kadang cewek dan cowok yang bukan mukhirmnya pun
bergaul bersama di dunia tersebut. Naudzubillahi min dzalik...
|
Waallohu’a’lam...
DAFTAR RUJUKAN
Khamzah,
Muhammad._.Modul Hikmah Qur’an Hadits kls 12 smt ganjil. Surabaya: Akik
Pustaka
Rohman,
Roli._. Modul Hikmah Qur’an Hadits kls 12 smt ganjil. Bojonegoro: Akik
Pustaka
2 komentar
Terimakasih kk materi ini sangat memebantu😃
TERIMA KASIH BANYAK, SANGAT BERGUNA
EmoticonEmoticon