BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kehidupan manusia
sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial yang tak dapat
dipisahkan dalam kehidupan. Masalah sosial ini timbul sebagai akibat dari
hubungannya dengan sesama manusia lainnya dan akibat tingkah lakunya. Masalah
sosial ini tidaklah sama antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya
karena adanya perbedaan dalam tingkat perkembangan kebudayaannya, sifat
kependudukannya, dan keadaan lingkungan alamnya.[1] Sosiologi
memberikan informasi ke dalam dunia pendidikan tentang nilai-nilai yang berlaku
di masyarakat. Sedangkan pendidikan Islam mempunyai peran aktif dalam menciptakan
generasi yang mampu berinteraksi sosial dengan baik. Pendidikan Agama Islam
mengenalkan kepada peserta didik tentang nilai-nilai yang terdapat dalam Agama
Islam.
Pendidikan islam bisa dianggap berhasil ketika peserta didik
mempunyai kemampuan dan potensi untuk dimanfaatkan oleh dirinya, masyarakat,
agama, bangsa, dan negara. Di sinilah letak hubungan fungsionalitas dan
korelasi antar pendidikan islam dengan sosiologi, karena sosiologi membahas
tentang interaksi sosial di masyarakat. Keberhasilan dalam pendidikan agama
Islam tidak hanya bisa ditentukan dengan struktur nilai yang disimbolkan dengan
angaka, melainkan lebih ditentukan oleh kehidupan interaksi social sehari-hari
yang terjadi di sekolah, baik antar masyarakat, sekolah maupun antara sekolah
dengan masyarakat sekitar dengan nilai-nilai keislaman. Oleh karena itu
sosiologi mempunyai kontribusi penting bagi pendidikan Agama Islam dalam
kaitannya dengan penerapan agama dalam kehidupan bermasyarakat. Sesungguhnya
studi sosiologi sangat penting untuk kita sebagai makhluk sosial. Diri kita
sendirilah yang menjadi objek kajian sosiologi karena kita selalu berinteraksi
dengan orang lain. Kita juga sebagai manusia yang berbudaya yang memiliki
norma, nilai dan tradisi.
Sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan memiliki lapangan penyelidikan, sudut pandangan, metode, dan
susunan pengetahuan. Obyek sosiologi adalah tingkah laku manusia dalam
kelompok. sudut pandangannya ialah memandang hakikat masyarakat kebudayaan, dan
individu secara ilmiah. Sedangkan susunan pengetahuan dalam sosiologi terdiri
atas konsep-konsepdan prinsip-prinsip mengenai kehidupan kelompok sosial,
kebudayaannya, dan perkembangan pribadi. Salah satu ini yang mendapat perhatian
sosiologi ialah penelitian mengenai tata sosial. Menurut F.G. Robbins,
sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur
dan dinamika proses pendidikan. Yang termasuk dalam pengertian struktur ini
ialah teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian
dan hubungan kesemuanya itu dengan tata sosial masyarakat.[2] Keberhasilan
dalam pendidikan agama Islam tidak hanya bisa ditentukan dengan struktur nilai
yang disimbolkan dengan angka, melainkan lebih ditentukan oleh kehidupan
interaksi sosial sehari-hari yang terjadi di sekolah, baik antar masyarakat,
sekolah maupun antara sekolah dengan masyarakat sekitar dengan nilai-nilai
keIslaman.
Proses sosial biasanya
menghasilkan keadaan dan struktur sosial yang sama sekali baru. Proses sosial
menciptakan dan menghasilkan perubahan mendasar. Sosiologi mempunyai kontribusi
penting bagi pendidikan Agama Islam dalam kaitannya dengan penerapan agama
dalam kehidupan bermasyarakat. Sesungguhnya studi sosiologi sangat penting
untuk dibahas karena berguna untuk semua kalangan khusunya umat Islam.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.
Apa pengertian sosiologi pendidikan
islam ?
2.
Bagaimana sejarah lahirnya sosiologi
pendidikan islam ?
3.
Apa konsep sosiologi pendidikan islam ?
4.
Apa obyek kajian sosiologi pendidikan
islam ?
C.
Tujuan
Masalah
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah adalah :
1.
Untuk mengetahui apa pengertian dari sosiologi
pendidikan islam
2.
Untuk memahami bagaimana sejarah
munculnya sosiologi pendidikan islam
3.
Memahami bagaimana konsep sosiologi
pendidikan islam
4.
Mengetahui bagaimana obyek kajian
sosiologi pendidikan islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sosiologi Pendidikan Islam
Pada awal abad ke-20 sosiologi
mempunyai peranan penting dalam pemikiran pendidikan sehingga lahirlah
sosiologi pendidikan. Sebagaimana akhir abad 19, psikologi mempunyai pengaruh
besar dalam dunia pendidikan, sehingga lahirlah suatu disiplin baru yang
disebut psikologi pendidikan. Wilds dalam Abu Ahmadi mengatakan sosiologi
pendidikan dan psikologi pendidikan mempunyai peranan yang kontemporer bagi
pemikiran pendidikan. Apabila soiologi pendidikan memandang segala pendidikan
dari sudut struktur sosial masyarakat, maka psikologi pendidikan memandang
gejala pendidikan dari sudut perkembangan pribadi. Tugas pendidikan menurut
sosiologi ialah memelihara kehidupan dan mendorong kemajuan masyarakat. Pada
umumnya kaum pendidik dewas ini memandang tujuan akhir pendidikan lebih
bersifat sosiolistis daripada individualistis.[3]
Ditinjau dari segi
etimologinya istilah sosiologi pendidikan terdiri atas dua kalimat yaitu
sosiologi dan pendidikan, maka sepintas saja telah jelas bahwa di dalam
sosiologi pendidikan itu yang menjadi masalah sentralnya ialah aspke-aspek
sosiologi di dalam pendidikan. Dalam sosiologi pendidikan itu akan berlaku dan
bekerjasama antara prinsip-prinsip sosiologis dan rinsip-prinsip paedagogis
besera ilmu-ilmu bantuannya, misalnya psikologika (ilmu psikologi pendidikan) atau
secara konkrit, bahwa di dalam sosiologi pendidikan itu bukan saja terdapat
sosiologi ataupun pendidikan, tetapi terdapatlah sosiologi ataupun pendidikan,
yang merupakan suatu ilmu yang baru ialah kerjasama antara keduanya, dengan
mempergunakan prinsip-prinsip sosiologi di dalam seluruh proses pendidikan
meliputi metode, organisasi sekolah, evaluasi pelajaran dan kegiatan-kegiatannya.[4]
Sosiologi menurut Charles
A. Ellwood, sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari atau menuju
untuk melahirkan maksud hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah
antara proses pendidikan dan proses sosial (Education
sociology is the science which aims to reveal the connections at all points
between the educative process and the sosial process). Sedangkan menurut
Dr. Ellwood sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang proses belajar dan mempelajari antara orang yang satu dengan orang yang
lain (Education sosciology should be
centered about the process of inter-learning-learning from one another). Menurut
E.B. Reuter sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa evolusi
dari lemaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia,
dan dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari lembaga pendidikan yang menentukan
kepribadian sosial dari tiap-tiap individu. Jadi prinsipnya antara individu
dengan lembaga-lembaga sosial itu selalu saling pengaruh-mempengaruhi (process of sosial interaction).[5]
Dari
pengertian-pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa Sosiologi Pendidikan
Islam adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses
pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik sesuai
dengan ajaran agama Islam, mengatur bagaimana seorang individu berhubungan
dengan individu yang lain sesuai dengan kaidah-kaidah Islam yang akan
mempengaruhi individu tersebut dalam mendapatkan serta mengorganisasikan
pengalamannya.
B.
Sejarah Lahirnya Sosiologi Pendidikan Islam
Suatu ilmu
sekurang-kurangnya dapat dirumuskan dalam dua cara: (1) Suatu ilmu adalah suatu
kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji yang diperoleh melalui suautu
penelitian ilmiah; (2) Suatu ilmu adalah suatu metode untuk menemukan suatu
kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji. Kedua cara tersebut kurang lebih
menyatakan hal yang sama. Bila rumusan pertama kita terima, maka sosiologi
adalah suautu ilmu sejauh sosiologi mengembangkan suatu kerangka pengetahuan
yang tersusun dan teruji yang didasarkan pada penelitian ilmiah. Sejauh
sosiologi meninggalkan mitos, dongeng dan angan-angan, dan mendasarkan
kesimpulannya pada bukti-bukti ilmiah maka sosiologi adalah suautu ilmu. Bila
ilmu kita definisikan sebagai suautu metode penelaahan, maka sosiologi adalah
suatu ilmu sejauh sosiologi menggunakan metode penelaahan ilmiah. Semua gejala
alamiah dapat ditelaah secara ilmiah, jika kita bersedia menggunakan metode
ilmiah. Segala jenis perilaku, apakah perilaku atom, binatang atau remaja,
adalah suautu bidang yang cepat untuk dijadikan penelaahan ilmiah.[6]
Badri Yatim dalam Beni
Ahmad berpendapat bahwa prinsip perilaku beragama yang berpatokan pada perilaku
kolektif adalah wujud lain dari adanya solidaritas kelompok, baik secara
mekanis maupun organis. Ibnu Khaldun (1333-1406 M) sebelum lahirnya Auguste
Comte, melahirkan teori tentang solidaritas, yakni ashobiyah yang mencoba
menerjemahkan makna bahwa manusia beriman begaikan jasad yang satu, kaljasad
al-wahid. Teori ini melahirkan sikap toleransi dalam kehidupan kelompok
masyarakat sehingga lahir pula konsep Tasamuh dalam Islam. Artinya, toleransi
yang dibangun di atas prinsip Takaful al-ijtima’. Teori ini menjadi landasan
utama dalam menganalisis tindakan masyarakat beragama, baik sebagai bagian dari
murni masyarakat maupun anggota sebuah instuisi. Rujukan utamanya adalah sabda
Rasulullah SAW “Bahwa orang beriman
bagaikan bangunan, satu sama lain saling menguatkan”. Setiap individu
adalah anggota dari suautu kelompok. tetapi tidak setiap warga dari suautu
masyarakat hanya menjadi anggota dari satu kelompok tertentu, ia bisa menjadi
anggota lebih dari satu kelompok sosial.[7]
Saat ini fakta
menunjukkan bahwa masyarakat mengalami perubahan yang sangat cepat, progresif,
dan sering menunjukkan gejala desintegratif (berkurangnya kesetiaan terhadap
nilai-nilai umum), jika nilai-nilai umum saja sudah tidak diperhatikan lagi,
apalagi dengan nilai-nilai agama. Perubahan sosial yang cepat juga menimbulkan
cultural lag(ketinggalan kebudayaan akibat adanya hambatan-hambatan), yang
menjadi sumber masalah-masalah dalam sosial masyarakat. Masalah-masalah sosial
juga dialami dunia pendidikan. Oleh karena itu, para ahli sosiologi diharapkan
mampu menyumbangkan pemikirannya untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan
yang fundamental.[8]
Pendidikan formal di
sekolah tidak akan pernah lepas dari campur tangan guru. Guru merupakan seorang
administrator, informator, konduktor, dan sebagainya, yang diharuskan memiliki
kelakuan dan tabiat yang sesuai dengan harapan masyarakat. Sebagai pendidik dan
pembangun generasi, seorang guru diharapkan memiliki tingkah laku yang bermoral
tinggi yang dapat ditiru dan dijadikan tauladan bagi para siswa demi masa depan
bangsa dan Negara. Kepribadian guru dapat mempengaruhi suasana kelas maupun
sekolah, yang akibatnya siswa dapat bebas dalam mengeluarkan pendapat dan
mengembangkan kreatifitasnya, atau bahkan sebaliknya, terkekang dan selalu
menuruti kemauan guru tanpa bisa berkembang.
Anak dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh orang tua (pendidikan informal),
guru-guru/sekolah (pendidikan formal), dan masyarakat (pendidikan non formal).
Dari ketiga aspek tersebut, pengaruh lingkunganlah yang paling menentukan.
Pendidikan sendiri dapat dipandang sebagai sosialisasi yang terjadi dalam
interaksi sosial. Maka sudah sewajarnya bila seorang guru/pendidik harus
berusaha menganalisis pendidikan dari segi sosiologi, mengenai hubungan antar
manusia baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat (dengan sistem
sosialnya).
Kenyataan menunjukkan
bahwa masyarakat mengalami perubahan sosial yang sangat cepat, maju dan
memperlihatkan gejala desintegratif. Perubahan sosial yang cepat itu meliputi
berbagai kehidupan, dan merupakan masalah bagi semua instuisi sosial, seperti:
industri, agama, perekonomian, pemerintahan, keluarga, perkumpulan-perkumpulan
dan pendidikan. maslaah sosial dalam masyarakat itu juga dirasakan oleh dunia
pendidikan. masalah pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah, dan
pendidikan dalam masyarkat merupakan refleksi masalah-masalah sosial dalam
masyarkat.[9]
Sosiologi
pendidikan merupakan suatu disiplin yang menjadi perhatian, baik ahli sosiologi
maupun ahli pendidikan, dan keduanya telah memebrikan kontribusi berharga. Ada
beberapa wilayah permasalahan, yang kiranya lebih baik diteliti oleh ahli-ahli
sosiologi. Tetapi ada juga wilayah permasalahan lainnya yang lebih baik
ditangani oleh ahli pendidikan atau tenaga kependidikan, dan keduaya telah
memberikan kontribusi berharga. Ada beberapa wilayah permasalahan, yang kiranya
lebih baik diteliti oleh ahli-ahli sosiologi. Tetapi ada juga wilayah
permasalahan lainnya yang lebih baik ditangani oleh ahli pendidikan atau tenaga
kependidikannya. Yang terpenting, pada keadaan dan tingkat manapun, hendaknya
semua upaya penelitian dilakukan secara terarah dan terkendali, dan dengan
mengggunakan metodologi yang ampuh.[10]
C.
Konsep Sosiologi Pendidikan Islam
Sesuai
dengan sifat manusia yang dinamis, sudah pasti interaksi sosialnya juga
mengalami perkembangan dan perubahan. Pada tahapan selanjutnya, proses sosial
dan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat tersebut menyebabkan terjadinya
kemajuan. Dan terjadi apa yang dikonsepkan sebagai modernisasi. Beberapa konsep
dasar sosiologi, antara lain:[11]
1.
Interaksi sosial:
interaksi ini bagaimanapun intensitasnya, selalu dialami oleh tiap individu dan
selalu terjadi di masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial selalu melakukan
interaksi dengan makhluk sosial lainya.
2.
Sosialisasi:
proses penanaman nilai dan pembelajaran norma sosial dalam rangka pengembangan
kepribadian individu yang bersangkutan.
3.
Kelompok sosial:
kumpulan manusia paling tidak terdiri atas dua orang, namun biasanya lebih dari
itu, diikat oleh nilai dan norma yang sama, serta memiliki rasa persatuan.
4.
Perlapisan
sosial: dapat kita contohkan di dalam kelompok sosial terdapat orang-orang
berpendidikan rendah, menengah, dan tinggi.
5.
Proses sosial:
proses sosial ini dialami oleh semua lapisan masyarakat, proses sosial ini
tidak akan pernah berhenti. Masyarakat, cepat atau lambat akan beranjak dari
tingkat terbelakang ke tingkat berkembang.
6.
Perubahan
sosial: perubahan sosial ini mengarah kepada kemajuan dan masyarakat tersebut
mengalami proses modernisasi. Contohnya terjadi perubahan status dari lapisan
bawah, ke lapisan tengah, bahkan sampai lapisan atas.
7.
Mobilisasi
sosial: mobilitas sosial disini dapat di bedakan menjadi dua,yaitu yang pertama
mobilitas vertikal dan yang kedua mobilitas horisontal.
8.
Modernisasi:
proses dan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat tersebut menyebabkan
terjadinya kemajuan yang positif.
9.
Patologi sosial:
dalam kehidupan sosial terdapat hal-hal yang diangga[ sebagai penyakit
masyarakat seperti kejahatan, pengangguran, pelacuran, gelandangan dan masih
banyak lagi. Penyakit-penyakit masyarakat tersebut dikonsepkan sebagai
pantologi sosial.
D.
Obyek Kajian Sosiologi Pendidikan Islam
Sosiologi dapat memilih
berbagai metode dalam melaksanakan kajiannya. Tentu saja metode yang dipilihnya
disesuaikan dengan prosedrur, alat dan desain penelitian yang digunakan. Jenis
penelitian harus sesuai dengan metode yang dipilih. Begitu juga prosedur dan
alat yang digunakan harus sesuai dengan metode penelitian yang digunakan. Maka
metode, prosedur, dan instrumen yang digunakan dalam penelitian sosiologi harus
sejalan dan mempunyai kesesuaian. Apabila salah satu dari tiga aspek tadi tidak
ada kesesuaian, penelitian itu akan mengalami kesulitan yang serius.
Masalah-masalah yang diselidiki
sosiologi pendidikan atau bidang kajian sosiologi pendidikan meliputi
pokok-pokok antara lain:[12]
1.
Hubungan sistem pendidikan dengan
aspek-aspek lain dalam masyarakat, yang meliputi:
a.
Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b.
Hubungan antara sistem pendidikan dengan
proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan.
c.
Fungsi sistem pendidikan dalam proses
perubahan sosial dan kultural, atau usaha mempertahankan status.
d.
Hubungan pendidikan dengan sistem
tingkat/status social
e.
Fungsi sistem pendidikan formal
bertalian dengan kelompok rasial, kultural, dan sebagainya
2.
Hubungan antar manusia di dalam sekolah,
dalam hal ini yang menjadi kajian yaitu menganalisis struktur sosial di dalam
sekolah. Pola kebudayaan di dalam sistem sekolah berbeda dengan apa yang
terdapat di dalam masyarakat di luar sekolah. Bidang yang dapat dipelajari
antara lain :
a.
Hakikat kebudayaan sekolah, sejauh ada
perbedaannya dengan kebudayaan di luar sekolah
b.
Pola interaksi sosial atau struktur
masyarakat sekolah, yang meliputi berbagai hubungan antara berbagai unsur di
sekolah, kepemimpinan dan hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola
interaksi informal.
3.
Pengaruh sekolah terhadap kelakuan dan
kepribadian semua pihak di sekolah, jadi yang diutamakan adalah aspek proses
pendidikan itu sendiri, bagaimana pengaruh sekolah terhadap murid. Seperti
peranan sosial guru, hakikat kepribadian guru, pengaruh kepribadian guru
terhadap kelakuan anak, dan fungsi sekolah dalam sosialisasi murid.
4.
Sekolah dalam masyarakat, yaitu
menganalisis pola interaksi sekolah dengan kelompok sosial dalam masyarakat di
sekitarnya, meliputi:
a.
Pengaruh masyarakat atas organisasi
sekolah
b.
Analisis proses pendidikan yang terdapat
dalam sistem-sistem sosial dalam masyarakat luar sekolah
c.
Hubungan antara sekolah dan masyarakat
dalam pelaksanaan pendidikan
d.
Faktor-faktor demografi dan ekologi
dalam masyarakat yang bertalian dengan organisasi sekolah, yang perlu untuk
memahami sistem pendidikan dalam masyarakat serta integrasinya di dalam
keseluruhan kehidupan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.
Dari pengertian-pengertian yang sudah
disebutkan didalam pembahasan, dapat kita simpulkan bahwa Sosiologi Pendidikan
Islam adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses
pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik sesuai
dengan ajaran agama Islam, mengatur bagaimana seorang individu berhubungan
dengan individu yang lain sesuai dengan kaidah-kaidah Islam yang akan
mempengaruhi individu tersebut dalam mendapatkan serta mengorganisasikan
pengalamannya.
2.
Ibnu Khaldun (1333-1406 M) sebelum
lahirnya Auguste Comte, melahirkan teori tentang solidaritas, yakni ashobiyah
yang mencoba menerjemahkan makna bahwa manusia beriman begaikan jasad yang
satu, kaljasad al-wahid. Teori ini melahirkan sikap toleransi dalam kehidupan
kelompok masyarakat sehingga lahir pula konsep Tasamuh dalam Islam. Artinya,
toleransi yang dibangun di atas prinsip Takaful al-ijtima’. Teori ini menjadi
landasan utama dalam menganalisis tindakan masyarakat beragama, baik sebagai
bagian dari murni masyarakat maupun anggota sebuah instuisi. Rujukan utamanya
adalah sabda Rasulullah SAW “Bahwa orang
beriman bagaikan bangunan, satu sama lain saling menguatkan”. Setiap
individu adalah anggota dari suautu kelompok. tetapi tidak setiap warga dari
suautu masyarakat hanya menjadi anggota dari satu kelompok tertentu, ia bisa
menjadi anggota lebih dari satu kelompok sosial.
3.
Beberapa konsep
dasar sosiologi yaitu : (1) Interaksi sosial (2) Sosialisasi (3) Kelompok
social (4) Perlapisan sosial (5) Proses sosial (6) Perubahan sosial (7)
Mobilisasi sosial (8) Modernisasi (9) Patologi sosial.
4.
Masalah-masalah yang diselidiki
sosiologi pendidikan atau bidang kajian sosiologi pendidikan meliputi
pokok-pokok antara lain: (1) Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain
dalam masyarakat, yang meliputi: a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan. b.
Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses kontrol sosial dan sistem
kekuasaan. c. Fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan
kultural, atau usaha mempertahankan status. d. Hubungan pendidikan dengan sistem
tingkat/status social. e. Fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan
kelompok rasial, kultural, dan sebagainya. (2) Hubungan antar manusia di dalam
sekolah, dalam hal ini yang menjadi kajian yaitu menganalisis struktur sosial
di dalam sekolah. Pola kebudayaan di dalam sistem sekolah berbeda dengan apa
yang terdapat di dalam masyarakat di luar sekolah. (3) Pengaruh sekolah
terhadap kelakuan dan kepribadian semua pihak di sekolah, jadi yang diutamakan
adalah aspek proses pendidikan itu sendiri, bagaimana pengaruh sekolah terhadap
murid. Seperti peranan sosial guru, hakikat kepribadian guru, pengaruh
kepribadian guru terhadap kelakuan anak, dan fungsi sekolah dalam sosialisasi
murid. (4) Sekolah dalam masyarakat, yaitu menganalisis pola interaksi sekolah
dengan kelompok sosial dalam masyarakat di sekitarnya.
B.
Saran
Dalam pendidikan interaksi sangatlah dibutuhkan, manusia sebagai
makhluk sosial harus memahami sosiologi pendidikan itu sendiri. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi segenap pendidik dan pelajar sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Abu
Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2007)
Munandar
Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar, Teori dan
Konsep Ilmu Sosial, (Bandung: PT Rineka Aditama, 2009)
M. Elly Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta:
Kencana, 2008)
Ary
H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan.,
Https://yuliantihome.wordpress.com/makalah/sosiologi-pendidikan-islam/
di akses pada tanggal 09 Februari 2017
[1] Munandar
Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar, Teori dan
Konsep Ilmu Sosial, (Bandung: PT Rineka Aditama, 2009), Hal.6.
[3] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan., Hal. 1.
[4] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan., Hal.
5-6.
[5] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan., Hal 6-7.
[6] Ibid.
[7] M. Elly Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta:
Kencana, 2008), Hal. 99.
[9] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, Hal. 14.
[10] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan., Hal. 21.
[11] Https://yuliantihome.wordpress.com/makalah/sosiologi-pendidikan-islam/
di akses pada tanggal 09 Februari 2017
[12] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan., Hal. 25
EmoticonEmoticon