logo blog

Friday, July 21, 2017

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MADINAH

BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Dalam pendidikan islam Rasulullah SAW adalah pendidik pertama dan terutama dalam dunia pendidikan islam. Untuk mewujudkan pendidik profesional berdasarkan roh islam, perlu melihat sisi kehidupan atau profil Rasulullah sebagai pendidik ideal, karena hakikat diutusnya Rasulullah ke atas muka bumi adalah sebagai uswat al-hasanat dan  rohmat lil-alamin.
Hasil pendidikan islam periode Rasulullah terlihat dari kemampuan murid-muridnya (para sahabat) yang luar biasa. Misalnya: Umar Ibn Khattb ahli hukum dan pemerintahan, Abu Hurairah ahli hadis, Salman Al Farisi ahli perbandingan agama (Majusi, Yahudi, Nasrani, dan Islam) dan Ali Ibn Abi Thalib ahli hukum dan tafsir Al-Qur’an kemudian murid dari para sahabat Rasulullah, tabi-tabi’in, banyak yang menjadi ahli dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan sains, teknologi, astronomi, filsafat yang menghantarkan islam ke pintu gerbang zaman keemasan terutama pada fase awal kekuasaan dinasti Abbasiyah.
Seokarno dan Supardi dalam Saleh berpendapat bahwa pendidikan islam terjadi sejak Nabi Muhammad menjadi rasul Allah di Mekkah dan beliau sendiri sebagai gurunya. Pendidikan masa ini merupakan prototype yang terus-menerus dikembangkan oleh umat islam untuk kependidikan pada zamannya. Pendidikan islam mulai dilaksanakan Rasulullah setelah mendapat perintah dari Allah agar beliau menyeru kepada Allah, sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran Surah Al-Muddatsir menyeru berarti mengajak, mangajak berarti mendidik.
                                                                                                   
B.                 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.                  Bagaimana pendidikan islam pada masa Rasulullah SAW ?
2.                  Bagaimana pendidikan islam pada masa Rasulullah periode madinah ?
3.                  Bagaimana perbedaan pendidikan islam periode makkah dan madinah ?
4.                  Bagaimana kurikulum pendidikan pada masa Rasulullah ?
5.                  Bagaimana metode pengajaran yang digunakan oleh Rasulullah ?

C.                Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah adalah :
1.                  Untuk mengetahui bagaimana pendidikan islam pada masa Rasulullah SAW
2.                  Untuk memahami bagaimana pendidikan islam pada masa Rasulullah periode madinah
3.                  Untuk memahami bagaimana perbedaan pendidikan islam periode makkah dan madinah
4.                  Untuk mengetahui bagaimana kurikulum pendidikan pada masa Rasulullah
5.                  Untuk memahami bagaimana metode pengajaran yang digunakan oleh Rasulullah SAW

BAB II
PEMBAHASAN

A.                Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah
Sebelum Rasulullah lahir dan islam ada bangsa arab dikenal dengan sebutan “Kaum Jahiliyah” yakni kaum yang masih ada dalam kegelapan khususnya masalah kegamaan dan tauhid. Kaum Quraisy penduduk Mekah sebagai bangsawan di kalangan Bangsa Arab hanya memiliki 17 orang yang pandai baca tulis, suku Aus dan Khozroj penduduk Yastrib (Madinah) hanya memiliki 11 orang yang pandai membaca. Hal ini menyebabkan bangsa Arab sedikit sekali mengenal ilmu pengetahuan dan kepandaian lainnya.
Dalam masalah ilmu pengetahuan perhatian Rasulullah sangat besar. Rasulullah SAW memberi contoh revosioner bagaimana sehausnya mengembangkan ilmu. Beliau mendapatkan hal-hal yang akan menjadi landasan dasar dalam usahanya, yaitu wahyu pertama di Gua Hira di Mekah pada tahun 610 M. Wahyu itu yakni Q.S. Al-Alaq yang artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (2) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. (3) Yang mengajar (manusia) dengan pena. (4) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (5)” (QS. Al-‘Alaq : 1-5). Kemudian disusul oleh wahyu yang kedua Q.S.  Al-Mudatsir yang artinya : “Wahai orang yang berselimut! (1) Bangunlah, lalu berilah peringatan, (2) dan agungkanlah Tuhanmu, (3) dan bersihkanlah pakaianmu, (4) dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji, (5) dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. (6) Dan karena Tuhanmu, bersabarlah. (7)” (Al-Muddasir: 1-7)
Dengan turunnya kedua wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah diberi tugas oleh Allah, supaya bangun melemparkan selimut dan menyingsingkan lengan baju untuk memberi peringatan kepada kaumnya sebagai tugas mendidik dan mengajarkan agama Islam. Pendidikan pada masa Rasulullah SAW dapat dibedakan menjadi dua periode, baik dari segi waktu dan tempat penyelenggaraan maupun dari segi isi dan materi pendidikannya, kedua periode tersebut yaitu: (1) Periode Mekah, sebagai periode awal pembinaan pendidikan Islam dengan Mekah sebagai pusat kegiatannya. (2) Periode Madinah, sebagai periode lanjutan (penyempurnaan atau pembinaan) pendidikan Islam di Madinah sebagai pusat kegiatannya.

B.                 Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah Periode Madinah
Pendidikan islam di Madinah adalah sebagai pendidikan permulaan dan pengemabangan yang dilaksanakan sedikit lebih maju dan berkembang dibandingkan pendidikan di Makkah. Evaluasi dan pemberian ijazah sebagaimana yang dikenal pada saat ini belum ada di Madinah saat itu. Namun kepada sahabat yang dinyatakan sudah menguasai materi pelajaran di berikan oleh Nabi Muhammad SAW, diberikan hak untuk mengajar di berbagai wilayah kekuasaan Islam.
Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara. Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agaam Islam di Madinah adalah sebagai berikut:
1.      Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru menuju satu kesatuan sosial dan politik. Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (kedalam), dan ke luar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut adalah :
a.       Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan anatr suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka.nabi mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula diantara sesama Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.
b.      Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
c.       Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dlam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syari’at zakat dan puasa, yang merupakanpendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial, bnaik secara materil maupun moral.
d.      Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyari’atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat juma’t yang dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Dengan sholat jum’at tersebut hampir seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad SAW dan shalat jama’ah jum’at. Rasa harga diri dan kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi Muhammad SWA menapat wahyu dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam shalat dari Baitul Maqdis ke Baitul Haram Makkah, karena dengan demikian mereka merasa sebagai umat yang memiliki identitas. Setelah selesai Nabi Muhammad mempersatukan kaum muslimin, sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin, tolong- menolong , bantu-membantu, terutama bila ada seranga musuh terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan negri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum Yahudi merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadat menurut kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
2.      Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan. Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan Islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun selama periode Madinah. Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.
3.      Pendidikan anak dalam Islam. Dalam Islam anak merupakan pewaris ajaran Islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw dan gnerasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan Islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Al-Qur’an berkaitan dengan itu. Diantara peringatan-peringatan tersebut antara lain :
a.       Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan agar kita menjaga diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran (api neraka).
b.      Pada surat An-Nisa ayat 9, terdapat agar janagan meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya menghadapi tantangan hidup.
c.       Pada surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT memperingatkan bahwa orang yang mendapatkan kemuliaan antara lain adalah orang-orang yang berdo’a dan memohon kepada Allah SWT, agar dikaruniai keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati.
d.      Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak dalam Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah : a) Pendidikan Tauhid, b) Pendidikan Shalat, c) Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat, d) Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga, e) Pendidikan kepribadian, f) Pendidikan kesehatan, g) Pendidikan akhlak.

C.                Perbedaan Pendidikan Islam Periode Makkah dan Madinah
1.                  Ciri Pokok Periode Makkah
Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
2.                  Ciri Pokok Periode Madinah
Pokok pembinaan pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai, merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut. Terdapat perkembangan dalam pendidikan periode madinah, yaitu:
a.       Perinsip pendidikan kesehatan (jasmani)
b.      Perinsip pendidikan sosial
c.       Perinsip pendidikan politik dan pemerintah

D.                Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW
Mengindentifikasi kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah terasa sulit, sebab Rasul mengajar pada sekolah kehidupan yang luas tanpa di batasi dinding kelas. Rasulullah memanfaatkan berbagai kesempatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan rasulullah menyampaikan ajarannya dimana saja seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-tempat lainnya. Sistem pendidikan Islam lebih bertumpu kepada Nabi, sebab selain Nabi tidak ada yang mempunyai otoritas untuk menentukan materi-materi pendidikan Islam. Kurikulum pendidikan islam pada masa Rasulullah apat dibedakan menjadi dua periode:
1.      Makkah, pada periode ini materi yang diajarkan hanya berkisar pada ayat-ayat Makiyyah sejumlah 93 surat dan petunjuk-petunjuknya yang dikenal dengan sebutan sunnah dan hadits. Materi yang diajarkan menerangkan tentang kajian keagamaan yang menitikberatkan pada keimanan, ibadah dan akhlak.
2.      Madinah. Upaya pendidikan yang dilakukan Nabi pertama-tama membangun lembaga masjid, melalui masjid ini Nabi memberikan pendidikan Islam. Materi pendidikan Islam yang diajarkan berkisar pada bidang keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan jasmanai dan pengetahuan kemasyarakatan. Metode yang dikembangkan oleh Nabi adalah:
a.       Dalam bidang keimanan: melalui Tanya jawab dengan penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti yang rational dan ilmiah.
b.      Materi ibadah: disampaikan dengan metode demonstrasi dan peneladanan sehingga mudah didikuti masyarakat.
c.       Bidang akhlak: Nabi menitikberatkan pada metode peneladanan. Nabi tampil dalam kehidupan sebagai orang yang memiliki kemuliaan dan keagungan baik dalam ucapan maupun perbuatan.

E.                 Metode Pengajaran Rasulullah SAW
Metode pengajaran ialah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Untuk menciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan dalam mengajar para sahabatnya, Rasulullah SAW menggunakan berbagai macam metode. Hal itu dilakukan untuk menghindarkan kebosanan dan kejenuhan siswa. Di antara metode yang di terapkan Rasulullah ialah:
1.      Metode ceramah. Menyampaikan wahyu yang baru diterimanya dan memberikan penjelasan-penjelasan serta keterangannya.
2.      Dialog. Misalnya dialog antara Rasulullah dengan Mu’az Ibn Jabbal ketika Mu’az akan diutus sebagai kadi kenegri yaman, dialog antara Rasulullah dengan para sahabat untuk mengatur strategi perang.
3.      Diskusi atau Tanya jawab. Sering sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang suatu hukum, kemudian Rasul menjawabnya.
4.      Metode perumpamaan, misalnya orang mukmin itu laksana suatu tubuh maka anggota tubuh, lainnya akan turut merasakannya.
5.      Metode demonstrasi. Membiasakan kaum muslimin shalat berjamaah.
6.      Metode hafalan misalnya para sahabat dianjurkan untuk menjaga Al-qur’an dengan menghafalnya.
7.      Metode kisah, misalnya kisah beliau dalam perjalanan isra’ dan mi’raj dan tentang kisah pertemuan antara nabi Musa dan nabi Khaidir.
8.      Metode eksperimen, sosiodrama dan bermain peranan.
Dalam buku “Tarbiyah Islamiyah” yang ditulis oleh Najib Khalid Al-amar mengatakan bahwa, metode pendidikan islam yang di lakukan nabi Muhammad SAW. Pada periode mekkah dan madinah, adalah :
1.      Melalui teguran langsung. Hadis Rasulullah SAW; Umar bin Salmah r.a berkata, “dahulu aku menjadi pembantu di rumah Rasulullah SAW, ketika makan, biasanya aku mengulurkan tanganku ke berbagai penjuru, melihat itu beliau berkata, “hai ghulam, bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang ada di dekatmu,”
2.      Melalui sindiran: Rasulullah bersabda, “Apa keinginanmu kaum yang mengatakan begini begitu? Sesungguhnya aku sholat dan tidur, aku berpuasa dan berbuka, dan akupun menikahi  wanita. Maka, barang siapa yang tidak senang dengan sunnahku berarti dia bukan golonganku.
3.      Pemutusan dari jamaah: Pernah Ka’ab bin Malik tidak ikut beserta Rasulullah SAW dalam perang Tabuk, dia berkata “Nabi melarang sahabat lainya berbicara dengan aku. Disebutkan pemutusan hubungan itu berlangsung selama lima puluh malam.” (HR.Bukhari).
4.      Melalui perbandingan kisah orang-orang terdahulu.
5.      Menggunakan kata Isyarat: misalnya merapatkan dua jarinya sebagai perlunya menggalang persatuan.
6.      Keteladanan: Setiap apa yang di sampaikan Rasulullah, maka yang menjadi uswah-nya adalah Rasulullah sendiri.
Metode Rasulullah SAW dalam mendidik anak dapat dilihat dari arti hadist Anas r.a. berkata, “Rasulullah SAW, adalah orang yang paling baik ahlaknya. Aku punya saudara yang di panggil Abu Umar.  Dia anak yang sudah di pisahkan dari susuan. Jika datang beliau berkata, “Wahai Abu Umar, apa yang dilakukan nughair (burung kecil)?” kadang-kadang beliau bermain dengan dia. Jika tiba saat sholat sementara beliau masih berada di rumah kami, beliau memunta permadani yang ada di bawahnya, lalu permadani itu beliau sapu dan di tiup-tiup. Kemudian berdiri dan diikuti oleh kami di belakangnya.”(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidji, dan Abu Daud ). Dari hadist tersebut nilai-nilai tarbiyah yang dapat di petik ialah sebagai berikut :
1.      Meluangkan waktu untuk bermain dengan anak-anak.
2.      Membersihkan pertanda adanya praktik amal untuk bisa berbuat bersih secara iman dan perilakunya nyata.
3.      Shalat Rasulullah di dalam rumah menanamkan pemahaman teladan di dalam urusan ibadah.
4.      Turunya Rasulullah ke atas intelek anak bisa membuahkan rasa optimis pada diri anak.
5.      Memakai cara dengan panggilan. Teori ini dapat memberikan kesan kepada keluarga bahwa anaknya sudah dewasa.


BAB III
PENUTUP

A.                Kesimpulan
Pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran, merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut. Mengindentifikasikan kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah tidak mudah sebab Rasul mengajar pada sekolah kehidupan yang luas tanpa di batasi dinding kelas. Beliau menyampaikan ajarannya dimana saja seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-tempat lainnya
Metode pendidikan yang Rasulullah terapkan dan kembangkan di dalam menyampaikan materi adalah metode ceramah dialog, perumpamaan, diskusi, perumpamaan, kisah dan hafalan. Rasulullah SAW telah melakukan serangkaian kebijaksanaan yang sangat strategis dalam melaksanakan fungsinya sebagai pendidik. Proses transformasi ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai-nilai spiritualisme yang dilakukan beliau merupakan mukjizat yang luar biasa.

B.                 Saran
Mudah-mudahan dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Selaku pemakalah kami meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah, mohon di maklumi.

DAFTAR PUSTAKA

Https://yuliantihome.wordpress.com/makalah/pendidikan-islam-periode madinah/ di akses pada tanggal 09 Februari 2017
Ma’ruf Amari dan Hadi Nur, Mengkaji Ilmu Tafsir. (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2014)
Https://gogon.blogspot.com/makalah/masa-pendidikan-rasululloh-periode-madinah/ di akses pada tanggal 09 Februari 2017






EmoticonEmoticon