BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam pendidikan islam Rasulullah SAW adalah pendidik pertama dan
terutama dalam dunia pendidikan islam. Untuk mewujudkan pendidik profesional
berdasarkan roh islam, perlu melihat sisi kehidupan atau profil Rasulullah
sebagai pendidik ideal, karena hakikat diutusnya Rasulullah ke atas muka bumi
adalah sebagai uswat al-hasanat dan
rohmat lil-alamin.
Hasil pendidikan islam periode Rasulullah terlihat dari kemampuan
murid-muridnya (para sahabat) yang luar biasa. Misalnya: Umar Ibn Khattb ahli
hukum dan pemerintahan, Abu Hurairah ahli hadis, Salman Al Farisi ahli
perbandingan agama (Majusi, Yahudi, Nasrani, dan Islam) dan Ali Ibn Abi Thalib
ahli hukum dan tafsir Al-Qur’an kemudian murid dari para sahabat Rasulullah,
tabi-tabi’in, banyak yang menjadi ahli dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan
sains, teknologi, astronomi, filsafat yang menghantarkan islam ke pintu gerbang
zaman keemasan terutama pada fase awal kekuasaan dinasti Abbasiyah.
Seokarno dan Supardi dalam Saleh berpendapat bahwa pendidikan islam
terjadi sejak Nabi Muhammad menjadi rasul Allah di Mekkah dan beliau sendiri
sebagai gurunya. Pendidikan masa ini merupakan prototype yang terus-menerus
dikembangkan oleh umat islam untuk kependidikan pada zamannya. Pendidikan islam
mulai dilaksanakan Rasulullah setelah mendapat perintah dari Allah agar beliau
menyeru kepada Allah, sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran Surah
Al-Muddatsir menyeru berarti mengajak, mangajak berarti mendidik.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.
Bagaimana pendidikan islam pada masa
Rasulullah SAW ?
2.
Bagaimana pendidikan islam pada masa
Rasulullah periode madinah ?
3.
Bagaimana perbedaan pendidikan islam
periode makkah dan madinah ?
4.
Bagaimana kurikulum pendidikan pada masa
Rasulullah ?
5.
Bagaimana metode pengajaran yang
digunakan oleh Rasulullah ?
C.
Tujuan
Masalah
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah adalah :
1.
Untuk mengetahui bagaimana pendidikan
islam pada masa Rasulullah SAW
2.
Untuk memahami bagaimana pendidikan
islam pada masa Rasulullah periode madinah
3.
Untuk memahami bagaimana perbedaan
pendidikan islam periode makkah dan madinah
4.
Untuk mengetahui bagaimana kurikulum
pendidikan pada masa Rasulullah
5.
Untuk memahami bagaimana metode
pengajaran yang digunakan oleh Rasulullah SAW
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah
Sebelum Rasulullah
lahir dan islam ada bangsa arab dikenal dengan sebutan “Kaum Jahiliyah” yakni
kaum yang masih ada dalam kegelapan khususnya masalah kegamaan dan tauhid. Kaum
Quraisy penduduk Mekah sebagai bangsawan di kalangan Bangsa Arab hanya memiliki
17 orang yang pandai baca tulis, suku Aus dan Khozroj penduduk Yastrib
(Madinah) hanya memiliki 11 orang yang pandai membaca. Hal ini menyebabkan
bangsa Arab sedikit sekali mengenal ilmu pengetahuan dan kepandaian lainnya.
Dalam masalah ilmu
pengetahuan perhatian Rasulullah sangat besar. Rasulullah SAW memberi contoh
revosioner bagaimana sehausnya mengembangkan ilmu. Beliau mendapatkan hal-hal
yang akan menjadi landasan dasar dalam usahanya, yaitu wahyu pertama di Gua
Hira di Mekah pada tahun 610 M. Wahyu itu yakni Q.S. Al-Alaq yang artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan, (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (2)
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. (3) Yang mengajar (manusia) dengan
pena. (4) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (5)” (QS.
Al-‘Alaq : 1-5). Kemudian disusul oleh wahyu yang kedua Q.S. Al-Mudatsir yang artinya : “Wahai orang yang berselimut! (1) Bangunlah,
lalu berilah peringatan, (2) dan agungkanlah Tuhanmu, (3) dan bersihkanlah
pakaianmu, (4) dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji, (5) dan
janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang
lebih banyak. (6) Dan karena Tuhanmu, bersabarlah. (7)” (Al-Muddasir: 1-7)
Dengan turunnya kedua
wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah diberi tugas oleh Allah, supaya bangun
melemparkan selimut dan menyingsingkan lengan baju untuk memberi peringatan
kepada kaumnya sebagai tugas mendidik dan mengajarkan agama Islam. Pendidikan
pada masa Rasulullah SAW dapat dibedakan menjadi dua periode, baik dari segi waktu
dan tempat penyelenggaraan maupun dari segi isi dan materi pendidikannya, kedua
periode tersebut yaitu: (1) Periode Mekah, sebagai periode awal pembinaan
pendidikan Islam dengan Mekah sebagai pusat kegiatannya. (2) Periode Madinah,
sebagai periode lanjutan (penyempurnaan atau pembinaan) pendidikan Islam di
Madinah sebagai pusat kegiatannya.
B.
Pendidikan
Islam Pada Masa Rasulullah Periode Madinah
Pendidikan islam di
Madinah adalah sebagai pendidikan permulaan dan pengemabangan yang dilaksanakan
sedikit lebih maju dan berkembang dibandingkan pendidikan di Makkah. Evaluasi
dan pemberian ijazah sebagaimana yang dikenal pada saat ini belum ada di
Madinah saat itu. Namun kepada sahabat yang dinyatakan sudah menguasai materi
pelajaran di berikan oleh Nabi Muhammad SAW, diberikan hak untuk mengajar di
berbagai wilayah kekuasaan Islam.
Berbeda dengan periode
di Makkah, pada periode Madinah Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam
yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi
Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga
sebagai kepala Negara. Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan
agaam Islam di Madinah adalah sebagai berikut:
1.
Pembentukan dan pembinaan masyarakat
baru menuju satu kesatuan sosial dan politik. Nabi Muhammad SAW mulai
meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern
(kedalam), dan ke luar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai
satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut adalah :
a.
Nabi Muhammad saw mengikis habis
sisa-sisa permusuhan dan pertentangan anatr suku, dengan jalan mengikat tali
persaudaraan diantara mereka.nabi mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula
diantara sesama Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan
lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.
b.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
Nabi Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja
sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
c.
Untuk menjalin kerjasama dan saling
menolong dlam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur,
turunlah syari’at zakat dan puasa, yang merupakanpendidikan bagi warga
masyarakat dalam tanggung jawab sosial, bnaik secara materil maupun moral.
d.
Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif
dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah
disyari’atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat juma’t yang
dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Dengan sholat jum’at tersebut hampir
seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari
Nabi Muhammad SAW dan shalat jama’ah jum’at. Rasa harga diri dan kebanggaan
sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi Muhammad SWA menapat wahyu
dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam shalat dari Baitul Maqdis ke Baitul
Haram Makkah, karena dengan demikian mereka merasa sebagai umat yang memiliki
identitas. Setelah selesai Nabi Muhammad mempersatukan kaum muslimin, sehingga
menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi,
penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat
dengan kaum muslimin, tolong- menolong , bantu-membantu, terutama bila ada
seranga musuh terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan negri bersama-sama
kaum Muslimin, disamping itu kaum Yahudi merdeka memeluk agamanya dan bebas
beribadat menurut kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
2.
Pendidikan sosial politik dan
kewarganegaraan. Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan Islam pada masa itu
adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam
prakteknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang
turun selama periode Madinah. Tujuan pembinaan adalah agar secara
berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku
bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab
maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.
3.
Pendidikan anak dalam Islam. Dalam Islam
anak merupakan pewaris ajaran Islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw
dan gnerasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan Islam ke
seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam
Al-Qur’an berkaitan dengan itu. Diantara peringatan-peringatan tersebut antara
lain :
a.
Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat
peringatan agar kita menjaga diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak)
dari kehancuran (api neraka).
b.
Pada surat An-Nisa ayat 9, terdapat agar
janagan meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya
menghadapi tantangan hidup.
c.
Pada surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT
memperingatkan bahwa orang yang mendapatkan kemuliaan antara lain adalah
orang-orang yang berdo’a dan memohon kepada Allah SWT, agar dikaruniai keluarga
dan anak keturunan yang menyenangkan hati.
d.
Adapun garis-garis besar materi
pendidikan anak dalam Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana
yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah : a) Pendidikan
Tauhid, b) Pendidikan Shalat, c) Pendidikan adab sopan dan santun dalam
bermasyarakat, d) Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga, e) Pendidikan
kepribadian, f) Pendidikan kesehatan, g) Pendidikan akhlak.
C.
Perbedaan
Pendidikan Islam Periode Makkah dan Madinah
1.
Ciri Pokok Periode Makkah
Pokok pembinaan
pendidikan Islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah
menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa
mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku
dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Ciri Pokok Periode Madinah
Pokok pembinaan
pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan
politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu
pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai, merupakan
cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut. Terdapat perkembangan dalam
pendidikan periode madinah, yaitu:
a.
Perinsip pendidikan kesehatan (jasmani)
b.
Perinsip pendidikan sosial
c.
Perinsip pendidikan politik dan
pemerintah
D.
Kurikulum
Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW
Mengindentifikasi
kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah terasa sulit, sebab Rasul mengajar
pada sekolah kehidupan yang luas tanpa di batasi dinding kelas. Rasulullah
memanfaatkan berbagai kesempatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan
rasulullah menyampaikan ajarannya dimana saja seperti di rumah, di masjid, di
jalan, dan di tempat-tempat lainnya. Sistem pendidikan Islam lebih bertumpu
kepada Nabi, sebab selain Nabi tidak ada yang mempunyai otoritas untuk
menentukan materi-materi pendidikan Islam. Kurikulum pendidikan islam pada masa
Rasulullah apat dibedakan menjadi dua periode:
1.
Makkah, pada periode ini materi yang
diajarkan hanya berkisar pada ayat-ayat Makiyyah sejumlah 93 surat dan
petunjuk-petunjuknya yang dikenal dengan sebutan sunnah dan hadits. Materi yang
diajarkan menerangkan tentang kajian keagamaan yang menitikberatkan pada
keimanan, ibadah dan akhlak.
2.
Madinah. Upaya pendidikan yang dilakukan
Nabi pertama-tama membangun lembaga masjid, melalui masjid ini Nabi memberikan
pendidikan Islam. Materi pendidikan Islam yang diajarkan berkisar pada bidang
keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan jasmanai dan pengetahuan kemasyarakatan. Metode
yang dikembangkan oleh Nabi adalah:
a.
Dalam bidang keimanan: melalui Tanya
jawab dengan penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh bukti-bukti yang
rational dan ilmiah.
b.
Materi ibadah: disampaikan dengan metode
demonstrasi dan peneladanan sehingga mudah didikuti masyarakat.
c.
Bidang akhlak: Nabi menitikberatkan pada
metode peneladanan. Nabi tampil dalam kehidupan sebagai orang yang memiliki
kemuliaan dan keagungan baik dalam ucapan maupun perbuatan.
E.
Metode
Pengajaran Rasulullah SAW
Metode
pengajaran ialah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan
siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, peranan metode
mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Untuk
menciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan dalam mengajar para
sahabatnya, Rasulullah SAW menggunakan berbagai macam metode. Hal itu dilakukan
untuk menghindarkan kebosanan dan kejenuhan siswa. Di antara metode yang di
terapkan Rasulullah ialah:
1.
Metode ceramah. Menyampaikan wahyu yang
baru diterimanya dan memberikan penjelasan-penjelasan serta keterangannya.
2.
Dialog. Misalnya dialog antara
Rasulullah dengan Mu’az Ibn Jabbal ketika Mu’az akan diutus sebagai kadi
kenegri yaman, dialog antara Rasulullah dengan para sahabat untuk mengatur
strategi perang.
3.
Diskusi atau Tanya jawab. Sering sahabat
bertanya kepada Rasulullah tentang suatu hukum, kemudian Rasul menjawabnya.
4.
Metode perumpamaan, misalnya orang
mukmin itu laksana suatu tubuh maka anggota tubuh, lainnya akan turut
merasakannya.
5.
Metode demonstrasi. Membiasakan kaum
muslimin shalat berjamaah.
6.
Metode hafalan misalnya para sahabat
dianjurkan untuk menjaga Al-qur’an dengan menghafalnya.
7.
Metode kisah, misalnya kisah beliau
dalam perjalanan isra’ dan mi’raj dan tentang kisah pertemuan antara nabi Musa
dan nabi Khaidir.
8.
Metode eksperimen, sosiodrama dan
bermain peranan.
Dalam buku “Tarbiyah
Islamiyah” yang ditulis oleh Najib Khalid Al-amar mengatakan bahwa, metode
pendidikan islam yang di lakukan nabi Muhammad SAW. Pada periode mekkah dan
madinah, adalah :
1.
Melalui teguran langsung. Hadis
Rasulullah SAW; Umar bin Salmah r.a berkata, “dahulu aku menjadi pembantu di
rumah Rasulullah SAW, ketika makan, biasanya aku mengulurkan tanganku ke
berbagai penjuru, melihat itu beliau berkata, “hai ghulam, bacalah basmalah,
makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang ada di dekatmu,”
2.
Melalui sindiran: Rasulullah bersabda,
“Apa keinginanmu kaum yang mengatakan begini begitu? Sesungguhnya aku sholat
dan tidur, aku berpuasa dan berbuka, dan akupun menikahi wanita. Maka, barang siapa yang tidak senang
dengan sunnahku berarti dia bukan golonganku.
3.
Pemutusan dari jamaah: Pernah Ka’ab bin
Malik tidak ikut beserta Rasulullah SAW dalam perang Tabuk, dia berkata “Nabi
melarang sahabat lainya berbicara dengan aku. Disebutkan pemutusan hubungan itu
berlangsung selama lima puluh malam.” (HR.Bukhari).
4.
Melalui perbandingan kisah orang-orang
terdahulu.
5.
Menggunakan kata Isyarat: misalnya
merapatkan dua jarinya sebagai perlunya menggalang persatuan.
6.
Keteladanan: Setiap apa yang di
sampaikan Rasulullah, maka yang menjadi uswah-nya adalah Rasulullah sendiri.
Metode
Rasulullah SAW dalam mendidik anak dapat dilihat dari arti hadist Anas r.a.
berkata, “Rasulullah SAW, adalah orang
yang paling baik ahlaknya. Aku punya saudara yang di panggil Abu Umar. Dia anak yang sudah di pisahkan dari susuan.
Jika datang beliau berkata, “Wahai Abu Umar, apa yang dilakukan nughair (burung
kecil)?” kadang-kadang beliau bermain dengan dia. Jika tiba saat sholat
sementara beliau masih berada di rumah kami, beliau memunta permadani yang ada
di bawahnya, lalu permadani itu beliau sapu dan di tiup-tiup. Kemudian berdiri
dan diikuti oleh kami di belakangnya.”(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidji, dan Abu
Daud ). Dari hadist tersebut nilai-nilai tarbiyah yang dapat di petik ialah
sebagai berikut :
1.
Meluangkan waktu untuk bermain dengan
anak-anak.
2.
Membersihkan pertanda adanya praktik
amal untuk bisa berbuat bersih secara iman dan perilakunya nyata.
3.
Shalat Rasulullah di dalam rumah
menanamkan pemahaman teladan di dalam urusan ibadah.
4.
Turunya Rasulullah ke atas intelek anak
bisa membuahkan rasa optimis pada diri anak.
5.
Memakai cara dengan panggilan. Teori ini
dapat memberikan kesan kepada keluarga bahwa anaknya sudah dewasa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan Islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan
sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah,
yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh
ajaran, merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
Mengindentifikasikan kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah tidak mudah
sebab Rasul mengajar pada sekolah kehidupan yang luas tanpa di batasi dinding
kelas. Beliau menyampaikan ajarannya dimana saja seperti di rumah, di masjid,
di jalan, dan di tempat-tempat lainnya
Metode pendidikan yang Rasulullah terapkan dan kembangkan di dalam
menyampaikan materi adalah metode ceramah dialog, perumpamaan, diskusi,
perumpamaan, kisah dan hafalan. Rasulullah SAW telah melakukan serangkaian
kebijaksanaan yang sangat strategis dalam melaksanakan fungsinya sebagai
pendidik. Proses transformasi ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai-nilai
spiritualisme yang dilakukan beliau merupakan mukjizat yang luar biasa.
B.
Saran
Mudah-mudahan dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Selaku pemakalah kami meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan
makalah, mohon di maklumi.
DAFTAR PUSTAKA
Https://yuliantihome.wordpress.com/makalah/pendidikan-islam-periode
madinah/ di akses pada tanggal 09 Februari 2017
Ma’ruf Amari dan
Hadi Nur, Mengkaji Ilmu Tafsir. (Solo:
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2014)
Https://gogon.blogspot.com/makalah/masa-pendidikan-rasululloh-periode-madinah/
di akses pada tanggal 09 Februari 2017
EmoticonEmoticon