PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seperti kita
ketahui sendiri, Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, dengan perantara Malaikat Jibril AS secara berangsur-angsur,
berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas atas petunjuk tersebut
serta sebagai pembeda antara yang haq dan bathil agar bisa membebaskan manusia
dari kesesatan menuju jalan yang lurus. Atas dasar tersebut, maka kami mencoba
membahas Tafsir surat Al Fath ayat 29 yang menjelaskan tentang pribadi
Rasulullah Saw dan para sahabat beliau. Beliau adalah seorang manusia biasa,
hanya saja beliau di beri wahyu oleh Allah Swt dan menjadi utusan-Nya. Beliau
adalah Nabi penutup dan sekaligus Rasul yang terakhir. Beliau diangkat menjadi utusan
Allah itu tidak untuk dipuji oleh sekalian umatnya, tidak untuk disanjung dan
dijunjung tinggi sampai setinggi langit, serta tidak untuk di dewa-dewakan,
atau senantiasa diperingati hari lahirnya oleh segenap pengikutnya, tetapi
untuk diikuti kepeminpinannya dalam urusan beriman kepada Allah, untuk dituruti
tuntunannya dalam hal cara beribadah kepada-Nya, serta untuk dicontoh akhlak
dan budi pekertinya dalam cara bergaul dan bermasyarakat dengan manusia.
Dan juga yang
kedua akan membahas Tafsir Surat Ali Imran ayat 138-139 yang menjelaskan
tentang salah satu fungsi Al-Qur’an dari sekian banyak fungsi lainnya yaitu
sebagai petunjuk dan pembimbing menuju jalan yang benar agar kita menjadi
orang-orang yang bertaqwa.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana ayat dan terjamah QS.
Al-Fath ayat 29 ?
2.
Bagaimana asbabun nuzul QS. Al-Fath
ayat 29 ?
3.
Bagaimana tafsirnya QS. Al-Fath
ayat 29 ?
4.
Bagaimana ayat dan terjemah QS.
Ali-Imron ayat 138-139 ?
5.
Bagaimana tafsirnya QS. Ali-Imron
ayat 138-139 ?
C.
Tujuan Masalah
1.
Menjelaskan ayat dan terjemah dari QS Al-Fath ayat 29
2.
Menjelaskan asbabun nuzul dari QS
Al-Fath ayat 29
3.
Menjelaskan tafsir dari QS Al-Fath
ayat 29
4.
Menjelaskan ayat dan terjemah QS.
Ali-Imron ayat 138-139
5.
Menjelaskan tafsirnya QS. Ali-Imron
ayat 138-139 ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ayat dan
Terjemah QS. Al-Fath 29
مُحَمَّدٌ
رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ
بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ
وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ
مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ
شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ
لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Artinya :
Muhammad itu adalah
utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka
rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka
tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam
Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar.
Mufrodat QS. Al-Fath :
29
Bekas
sujud
|
أَثَرِ السُّجُودِ
|
Nabi
Muhammad
|
مُحَمَّدٌ
|
Seperti
tanaman
|
كَزَرْعٍ
|
Utusan
Allah
|
رَسُولُ اللَّهِ
|
Mengeluarkan
|
أَخْرَجَ
|
Keras
|
أَشِدَّاءُ
|
Tunas
|
شَطْأَهُ
|
Berkasih
sayang
|
رُحَمَاءُ
|
Kuat
|
فَاسْتَوَى
|
Kamu
melihat
|
تَرَاهُمْ
|
Menjengkelkan
|
لِيَغِيظَ
|
Mencari
|
يَبْتَغُونَ ا
|
Janji
|
وَعَدَ
|
Karunia
|
فَضْلا
|
Ampunan
|
مَغْفِرَةً
|
Tanda-tanda
mereka
|
سِيمَاهُمْ
|
B.
Asbabun Nuzul
QS. Al-Fath 29
As-Suyuthi:
Az-Zubair bin Bakkar (dalam Akhbar Al Madinah) dan Abu Nu’aim (dalam Ad-Dalail)
meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, ia mengatakan Rasulullah SAW bersabda, “sifatku
adalah: Ahmad Al Mutawakkil, lahirnya di Mekkah dan tempat hijrahnya di
Madinah, tidak keras dan tidak kasar, membalas kebaikan dengan kebaikan, tidak
membalas dengan kejahatan,umatnya adalah orang-orang yang suka memuji
(Tuhannya), memakai pakaian dengan keadilan mereka, membersihkan anggota tubuh
mereka (berwudhu), injil-injil mereka (kitab suci mereka), berbaris dalam
perang, pengorbanan mereka adalah dengan darah mereka (jihad fi sabilillah),
pendeta di malam hari dan singa di siang hari.”
Al Hakim: Abu
Zakariya Al ‘Anbari mengabarkan kepada kami, Muhammad bon Abdussalam
menceritakan kepada kami, Ishaq bin Ibrahim menceritakan kepada kami, Jarir
memberitahukan kepada kami dari Al A’masy dari Khaitsamah, ia berkata, “Seorang
laki-laki membaca surat Al-Fath dihadapan Abdullah. Ketika ia sampai pada ayat:
كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ
فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِyaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus siantara pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya
Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir {dengan kekuatan
orang-orang mukmin}, ia berkata, “Supaya Allah membuat marah orang-orang kafir
dengan kekuatan Nabi dan sahabatnya.” Katanya, melanjutkan: kemudian Abdullah
berkata, “Kalian adalah tanaman dan telah dekat untuk dipanen.”
C.
Tafsir QS.
Al-Fath 29
مُحَمَّدٌ رَسُولُ
اللَّه (Muhammad itu adalah utusan Allah) Sesungguhnya
Muhammad SAW adalah Rasul Allah tanpa diragukan lagi dan tanpa disangsikan lagi
sekalipun diingkari oleh orang-orang yang ingkar dan didustakan oleh
orang-orang yang keras kepala. Ini merupakan mubtada’, sedang khabarnya termuat
di dalam semua sifat yang terpuji lagi baik. Kemudian Allah swt. Memuji para
sahabatnya yang bersama dia.
وَالَّذِينَ مَعَهُ
أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ (dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama merek) inilah
sifat seorang mu’min yang mempunyai sifat keras dan bengis terhadap orang
kafir, pengasih dan berbuat kebaikan kepada orang yang suka berbuat baik, dan
menunjukan wajah yang marah dan cemberut terhadap orang kafir, dan murah senyum
dan wajah yang ramah terhadap orang muslim itu sendiri, seperti diterangkan
dalam firman Alloh :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا قَاتِلُوا الَّذِينَ يَلُونَكُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ
غِلْظَةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ Hai orang-orang yang beriman, perangilah
orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui
kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang
bertakwa.(At-Taubah : 123)
تَرَاهُمْ
رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا (kamu lihat mereka rukuk dan sujud
mencari karunia Allah dan keridaan-Nya ) Kamu lihat mereka senantiasa
melakukan salat dan ikhlas kepada Allah dengan mengharapkan pahala dalam
salatnya itu serta upah yang banyak disisi-Nya seraya memohon ridho-Nya.
Allah menyifati mereka dengan
banyaknya beramal. Dan sesungguhnya shalat itu adalah amalan yang paling baik.
Allah juga menyifati mereka dengan keikhlasan mereka terhadap-Nya dan
mengharapkan balasan pahala disisi-Nya yaitu, surga yang mencakup atas karunia
dan kelapangan rezeki serta keridhaan Allah. Karunia dari Allah itu adalah
rezeki yang berlimpah bagi mereka dan ridlo-Nya kepada mereka, yang hal ini
jauh lebih banyak daripada nikmat yang pertama, yakni surga. Sebagaimana yang
disebutkan oleh firman-Nya
وَرِضْوَانٌ مِنَ
اللَّهِ أَكْبَرُ dan keridloan Allah adalah lebib besar
(At-Taubah :72)
فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ
أَثَرِ السُّجُودِ (tanda-tanda mereka
tampak pada muka mereka dari bekas sujud)
Pada mereka terdapat tanda yang baik
kekhususan dan ketundukan yang tampak bekasnya pada wajahnya. Oleh karena itu,
dikatakan, “sesungguhnya kebaikan itu mempunyai cahaya dalam hati dan sinar
pada wajah keluasan pada rezeki dan cinta yang tertanam dihati orang banyak.”
Tanda yang
tampak pada wajah mereka ialah keelokan, cahaya, kecerahan dan keramahan. Allah
memilih kata sujud karena ia menggambarkan kekhusyuan, ketundukan dan
penghambaan kepada Allah dengan sosok yang paling sempurna.
Sesudah itu
Allah SWT, memberitahukan bahwa Dia
memuji kelebihan orang-orang mukmin dalam kitab-kitab yang pernah diturunkan
dan berita-berita yang beredar dikalangan manusia.
ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي
التَّوْرَاةِ (Demikianlah
sifat-sifat mereka dalam Taurat.)
Sifat yang
disebutkan mengenai kaum tersebut, yakni sifat-sifat dari para pengikut Nabi
Muhammad SAW merupakan sifat-sifat mereka yang tercantum dalam kitab Taurat dan
menjadi berita gembira bagi penghuni bumi.
وَمَثَلُهُمْ فِي
الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى
سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ (dan sifat-sifat mereka
dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu
menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas
pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya)
Sesungguhnya para sahabat Muhammad SAW,
asalnya sedikit saja. Kemudian mereka semakin bertambah, semakin banyak dan
semakin kuat bagaikan tanaman yang mengeluarkan tunas-tunasnya yang
bercabang-cabang pada sisi-sisinya. Sehingga tanaman itu menjadi kuat dan
berubah dari asalnya yang kecil menjadi kuat dan tegak lurus pada pokoknya,
sehingga membuat para penanamnya kagum
karena kuat, kokoh, lebat dan indah dipandang.
Sifat yang disebut dalam Injil itu
mengisyaratkan perkembangan dan pertumbuhan umat Nabi Muhammad SAW. Jumlah
mereka tidak terbatas pada angka tertentu, tetapi dari hari ke hari semakin
bertambah. Di sisi lain merekapun akan terus mengalami perkembangan dan
kemajuan yang menjadikan penanamnya yaitu Nabi Muhammad SAW akan selalu merasa
gembira.
Kemudian Allah SWT menerangkan bahwa
orang-orang mukmin, Dia menjadikan sedemikian rupa:
لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin).
Bahwasannya
Allah mengembangkan orang-orang mukmin dan memperbanyak jumlah mereka adalah
untuk membuat jengkel orang-orang kafir terhadap mereka.
Berdasarkan
ayat ini Imam Malik ra. Menurut riwayat yang bersumber darinya menyebutkan
bahwa kafirlah orang-orang Rafidah itu karena mereka membenci para sahabat, dan
pendapatnya ini disetujui oleh sebagian ulama.
وَعَدَ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً
وَأَجْرًا عَظِيماً (Allah menjanjikan
kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara
mereka ampunan dan pahala yang besar.) Allah SWT menjanjikan kepada
orang-orang yang beriman dan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa Dia akan mengampuni
dosa-dosa mereka dan memberi pahala mereka yang banyak dengan memasukannya
mereka ke dalam surga yang penuh kenikmatan. Dan janji Allah itu adalah benar
tidak akan dilanggar dan tidak akan diganti.
Menurut Sayyid
Quthub, ayat di atas memberi gambaran yang sangat indah dilukiskan oleh
Al-Qur’an dengan gaya yang unik. Cuplikan dari keadaan dan sifat kelompok
terpilih. Seperti keadaan lahiriah dan batiniyah dalam menghadapi orang kafir
maupun dengan sesamanya, keadaan mereka dalam beribadah, keadaan isi hati
mereka serta apa yang terlintas dalam benak mereka, dampak ibadah dan arah yang
mereka tuju dengan ciri-cirinya yang dilukiskan dalam kitab Taurat dan Injil.
Sedangkan menurut sebuah hadits:
“Perumpamaan
orang-orang mukmin dalam hal saling cinta dan saling mengasihi sesama mereka
adalah seumpama satu jasad. Apabila ada salah satu anggota yang sakit maka
seluruh anggita yang lain ikut demam dan tidak bisa tidur.”
Dan juga sabda
Rasulullah SAW:
“orang mukmin
terhadap orang mukmin lainnya adalah bagaikan sebuah bangunan, sebagiannya
memperkuat sebagian yang lain dan beliau menjalin jari tangan beliau..”
Budi Luhur
Rosululloh Terhadap Orang Muslim:
a.
Beliau adalah seorang yang peramah,
sopan santun dan tenang.
Beliau adalah seorang yang
pengasih, penyayang kepada sesama, murah hati dan suka memberikan pertolongan
kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan, akibat kemurahan hari beliau, kerap
kali beliau menanggung kesusahan orang yang sedang menderita susah dan
mengalahkan kepentingan diri sendiri asalkan kesusahan orang lain dalam
kebenaran.
Beliau adalah orang yang sabar,
tahan uji dan berani menderita, beliau adalah orang yang tabah hati, tahan
marah, dan tahan dendam jika kebetulan marah, tidak ada tanda-tandanya,
melainkan kerut urat yang berdiri diantara bulu – bulu keningnya, memang beliau
adalah seorang yang lapang dada, dapat mengendalikan dan menahan kemarahan
hatinya.
b.
Beliau adalah orang yang terkenal
jujur, bisa di percaya.
Berliau jujur dalam perkatan dan
jujur dalam perbuatan serta sangat jauh dari sifat pendusta atau pembohong
karenanya sejak muda sudah terkenal dengan nama al amin ( yang di percaya )
c.
Beliau suka menghormati yang lebih tua
dan mengasihi yang lebih muda dan beliau orang yang berterima kasih, suka
membalas jasa dan tahu membalas jasa.
D.
Ayat dan
Terjamah QS. Ali-Imron 138-139
هَذَا
بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ
وَلا
تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya :
(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh
manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.(Ali-Imron
:138) Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman.(Ali-Imron :139)
Mufrudat QS. Ali-Imron
: 138-139
Janganlah
|
وَلا
|
Penerangan
|
بَيَانٌ
|
Lemah
|
تَهِنُوا
|
Bagi
manusia
|
لِلنَّاسِ
|
Bersedih
|
تَحْزَنُوا
|
Petunjuk
|
هُدًى
|
Paling
tinggi
|
الأعْلَوْنَ
|
Pelajaran
|
مَوْعِظَةٌ
|
Orang-orang
yang beriman
|
مُؤْمِنِينَ
|
Orang-orang
yang bertakwa
|
مُتَّقِينَ
|
E.
Tafsir QS.
Ali-Imron 138-139
هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ (Al-Qur’an) ini adalah penjelasan bagi
manusia, (Ali-Imron :138).
Al-Qur’an ini adalah penerang bagi
manusia secara keseluruhan. Ini adalah kutipan peristiwa kemanusiaan telah jauh
berlalu, yang manusia sekarang tidak dapat mengetahuinya jika tidak akan
penerangan (penjelasan) yang menunjukannya.
وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ (dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
(Ali-Imron :138) Akan tetapi, hanya segolongan manusia
tertentu saja yang mendapatkan petunjuk di dalamnya, mendapatkan pelajarn dari
padanya, mendapatkan manfaat dan menggapai petunjuknya. Mereka itu adalah
golongan “muttaqin” yaitu orang-orang yang bertaqwa.
Hal ini sesuai
pandangan firman Allah Surat Al-Baqarah ayat 2
ذَلِكَ
الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ yang artinya : Kitab (Al Qur'an) ini tidak
ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
Selain itu
Rasulullah SAW bersabda yang artinya :
“Dari Imam Malik, beliau
menyampaikan sesungguhnya Rasullah SAW Bersabda: “Aku telah meninggalkan kepada
kalian dua perkara, kamu takkan pernah tersesat selama kalian berpegang teguh
pada keduanya yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi.”
Surat Ali
Imran ayat 138 juga memerintahkan untuk mempelajari sunnatullah atau yang biasa
disebut oleh seorang ilmuwan yang bernama Alexis Carrel sebagai hukum-kukum
kemasyarakatan/alam/materi. Hukum-hukum Alam yaitu hukum-hukum yang bersifat
umum dan pasti, tidak ada satu pun, di negeri manapun yang dapat terbebaskan
dari sanksi bila melanggarnya. Manusia yang tidak bisa membedakan antara yang
halal dan haram, yang baik dan buruk, mereka akan terbentur oleh malapetaka,
bencana dan kematian. Ini semata-mata adalah sanksi otomatis, karena kepunahan
adalah akhir dari mereka yang melanggar hukum-hukum alam. Tiadk heran hal ini
diungkap Al-Qur’an, karena Al-Qur’an mengatur kehidupan masyarakat dan
berfungsi mengubah masyarakat dan anggota-anggotanya dari kegelapan menuju
cahaya, dari kehidupan negatif menjadi positif.
Pernyataan
Allah: (Al-Qur’an) Ini adalah penjelasan bagi manusia juga mengandung makna
bahwa Allah tidak akan langsung menjatuhkan sanksi sebelum manusia mengetahui
sanksi itu. Karena terlebih dahulu Allah akan memberikan petunjuk jalan dan
peringatan (Hidayah-Nya). Dan Janganlah kamu merasa lemah dan janganlah pula
kamu bersedih hati. Padahal kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya),
jika kamu (benar-benar) beriman (Ali-Imron :139)
Uraian yang
diantar oleh ayat sebelumnya yang menguraikan tentang adanya Sunnatullah atau
hukum alam yang berlaku kepada manusia. Kalau pada perang uhud Kaum Muslimin
tidak meraih kemenangan, bahkan menderita luka dan banyak yang mati syahid,
walaupun dalam perang Badar mereka meraih kemenangan dan berhasil menawan dan
membunuh sekian banyak lawan mereka, karena itu adalah bagian dari Sunnatullah.
Namun demikian, mereka tidak perlu berputus asa. Karena itu, Janganlah kamu
merasa lemah, menghadapi musuhmu dan musuh Allah, kuatkan jasmaninya dan
janganlah kamu bersedih hati akibat apa yang kamu alami perang Uhud, atau
peristiwa lain yang serupa, tapi kuatkan mentalmu untuk berusaha yang lebih
baik. Padahal kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya) di sisi Allah
baik di dunia maupun akhirat, di dunia karena kamu memperjuangakan kebenaran
dan di akhirat karena kamu akan mendapatkan surga. Jadi mengapa kamu bersedih
hati sedangkan yang gugur diantara kamu akan menuju surga dan yang luka akan
mendapat luka akan mendapat ampunan dari Allah SWT. Ini jika kamu (benar-benar)
beriman, yakni jika keimanannya benar-benar mantap dalam hatinya. Maka dari
itu, kamu tidaklah perlu bersikap lemah dan bersedih hati atas apa yang
menimpamu dan luput darimu karena kamu adalah orang-orang yang paling tinggi
derajatnya. Aqidahmu lebih tinggi karena kamu hanya menyembah kepada Allah
saja. Sedangkan mereka menyembah kepada selain Allah. Maka jika kamu benar-benar
beriman maka kamu akan ditinggikan derajatnya dan tidak akan mersa sedih karena
semua itu adalah sunnatullah yang bisa ditimpakan pada siapa saja yang Allah
kehendaki. Akan tetapi, hanya kamulah yang akan mendapat akibat (balasan
kebaikan) setalah berijtihad dan berusaha keras dalam menempuh ujian.
Diriwayatkan
oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda yang artinya :
“Orang mu’min
yang kuat (hatinya) lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang
mu’min yang lemah dan didalam keduanya terdapat kebaikan (karena sama-sama
beriman), dan bersemangatlah atas apa-apa yang akan bermanfaat bagimu dan
mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu berputus asa dan jika kamu
sedang mendapat cobaan maka janganlah kamu mengatakan : “seandainya aku berbuat
seperti ini dan seperti itu” akan tetapi katakanlah “ini semua adalah kuasa
Allah dan merupakan kehendak-Nya” karena sesungguhnya mengandai-andai akan
membuka (pintu) godaan dari perbuatan syetan”.
Kandungan
Hukum dan Aspek Tarbawi:
(Al-Qur’an) ini adalah penjelasan
bagi manusia, petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa (138).
Mempelajari
sejarah umat-umat terdahulu dan melihat berkasnya dengan melawat mengembara
dengan sendirinya akan memperoleh penjelasan, petunjuk dan pengajaran. Ilmu
kita akan bertambah-tambah tentang perjuangan hidup manusia didalam alam ini.
Dalam ayat ini kita berjumpa dengan anjuran mengetahui mengetahui beberapa ilmu
penting. Pertama, sejarah; kedua, ilmu bekas peninggalan sejarah; ketiga ilmu
siasat perang; keempat, ilmu siasat mengendalikan Negara. Di dalam sejarah
misalnya banyak kita temui hal-hal penting. Meskipun tidak seluruhnya ditulis
di Al-Qur’an hanya berkenaan dengan perjuangan Rasul-rasul., misalnya
perjuangan Nabi Musa AS menentang kezhaliman raja Fir’aun, atau Nabi Ibrahim AS
menghadapi kamunya dan Raja Namrud, namun yang tidak tertuils dalm Al-Qur’an
dapat kita cari dari bahan lain. Misalnya penyerbuan tentara Iskandar Macedonia
dari Barat ke Timur. Mengapa Iskandar yang tentaranya tidak mencukupi 100.000
orang bisa mengalahkan tentara Darius, Raja Persia, yang jumlahnya hampir
setengah juta? sebab tentara Iskandar ringan, sigap, lincah. Sedangkan tentara
Darius telah berat oleh pakaian dan perhiasan. Darius hanya menggantungkan
kekuatan hanya kepada banyaknya jumlah tentara, padahal Iskandar mempunyai
disiplin yang teguh dan tentara yang cekatan. Al-Qur’an telah memberikan
petunjuk kepada kita tentang masalah-masalah strategi pertempuran menghadapi
musuh, sampai bagaimana kita mempersiapkan diri. Dalam hal ini, kita dianjurkan
mengetahui hakikat persiapan supaya kita melangkah dengan kewaspadaan dalam
membela kebenaran.
وَلا تَهِنُوا Dan Janganlah
kamu merasa lemah.(Ali-Imron:139)
Yakni
janganlah kalian menjadi lemah dan patah semangat karena apa yang baru kalian
alami.
وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ dan
jangan(pula) bersedih hati, padahal kamu adalah orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu (benar-benar) beriman (Ali-Imron :139). Maksudnya
akibat yang terpuji dan kemenangan pada akhirnya akan kalian peroleh, wahai
orang-orang yang beriman.
Sesungguhnya
Allah melarang merasa susah terhadap apa yang telah lewat, karena hal tersebut
akan mengakibatkan seseorang kehilangan semangatnya. Sebaliknya Allah tidak
melarang hubungan seseorang dengan apa yang dicintainya, yaitu harta, kekayaan,
atau teman yang dapat memulihkan kekuatannya, serta dapat mengisi hatinya
dengan kegembiraan. Untuk itu kalian adalah orang-orang yang lebih utama
memiliki keteguhan tekad lantaran pengetahuan kalian tentang balasan yang baik
dan berpegang pada kebenaran.Sekali waktu kemenangan berada pada pihak yang
bathil, begitu pula sebaliknya karena semua itu adalah Sunatullah. Sesungguhnya
hari kemenangan hanyalah bagi orang yang mengetahui dan mau memelihara
sebab-sebab keberhasilan dengan sebaik-baiknya seperti kesepatan, tidak pernah
berselisih, teguh, selalu berfikir, kuat tekadnya, dan mengambil persiapan
serta menyusun segala kekuatan yang ada untuk menghadapinya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Surat
Al-Fath mempunyai arti kemenangan. Surat ini terdiri dari 29 ayat. Pada ayat
terakhir menjelaskan tentang sifat yang harus dimiliki oleh orang mukmin. Dalam
ayat 29 ini menjelaskan salah satu tujuan pendidikan yaitu sifat yang harus
dimiliki oleh orang-orang mukmin. Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa Nabi
Muhammad SAW dan pengikut-pengikutnya bersikap keras atau tegas terhadap orang-orang
kafir namun berkasih sayang terhadap sesamanya. Salah satu tanda orang mukmin
yaitu terdapat pada wajah mereka dari bekas sujud. Tanda-tanda tersebut juga
terdapat dalam kitab Taurat dan Injil.
Dan juga yang
kedua Tafsir Surat Ali Imran ayat 138-139 yang menjelaskan tentang salah satu
fungsi Al-Qur’an dari sekian banyak fungsi lainnya yaitu sebagai petunjuk dan
pembimbing menuju jalan yang benar agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa.
B.
Kritik dan
Saran
Dalam makalah
ini pastinya terdapat kekurangan yang menyertai kelebihan, maka dari itu bila
dalam kepenulisan, terdapat banyak kekurangan mohon untuk memberi masukan
ataupun saran yang membangun sehingga dapat menjadi periksa. Selain itu juga
dapat bermanfaat umumnya kepada pembaca sebagaimana sebagai ilmu pengetahuan
dalam mempelajari atau mengkaji tafsir Al-Qur’an dan semoga dapat berfungsi
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas atas petunjuk tersebut serta sebagai
pembeda antara yang haq dan bathil agar bisa membebaskan manusia dari kesesatan
menuju jalan yang lurus.
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH TAFSIR AYAT TARBAWI II TUJUAN
PENDIDIKAN Qs. Ali Imran 3: 138-139; QS. Al-Fath, 48: 29, QS. Al-Hajj, 22 : 41,
QS. Hud, 11:61
Katsir,
Ibnu. 1985. Al-Qur’an dan Tarjamah. Jakarta: Jakarta Pelita.
EmoticonEmoticon