logo blog

Thursday, August 10, 2017

RESUME BUKU SELAMAT TINGGAL PACARAN SELAMAT DATANG DI PELAMINAN


BAB I
SEJARAH DAN CINTA

A.           Mengungkap Sejarah Pacaran
Istilah pacaran sering kita dengar dikalangan remaja. Jika ditinjau lebih dalam istilah pacaran merupakan bagian dari kultur Barat. Karena biasanya masyarakat Barat membenarkan adanya fase-fase hubungan heteroseksual dalam kehidupan manusia sebelum menikah, seperti puppy love (cinta monyet),  dating (kencan), going steady (pacaran), dan engangement (tunangan).
Namun, jika ditinjau dari negeri kita sendiri sejarahnya juga berbeda. Secara etimologi, pacaran ternyata berasal dari kata pacar (daun pacar), dalam bahasa bugis dikenal dengan nama “pacci”. Dahulu, dalam masyarakat Melayu khususnya ada budaya memakaikan pacar air pada dua orang muda mudi yang ketahuan saling tertarik oleh keluarganya.
Berbeda dengan pandangan islam sendiri, dalam salah satu tausyiahnya, Habib Segaf bin Mahdi bin Syekh Abubakar bin Salim menyinggung perihal tradisi pacaran. Menurut beliau, pacaran bermula pada zamannya nabi Nuh A.S. ketika ada banyak manusia dan hewan yang membangkang perintah nabi Nuh untuk tidak melakukan hubungan badan diatas perahu karena muatannya yang sudah terlalu penuh, hanya sepasang anjing saat itu yang melanggar dan melakukan hubungan badan.

B.            Islam Mengakui Rasa Cinta
Seseorang tidak akan bisa menghindar dari cinta kecuali orang yang hatinya keras dan bodoh yang tidak memiliki keutamaan dan pemahaman, serta orang yang kasar perangainya, kurang waras atau tidak mempunyai gairah. Apabila seorang pria atau wanita sedang jatuh cinta maka dia mempunyai tanda-tanda yang membuktikannya. Tapi ada perbedaan diantara keduanya. Diantaranya, dikatakan bahwa cinta bagi seorang pria itu ibarat gunung. Ia besar tapi konstan dan rentan sehingga sewaktu-waktu dapat meletus, memuntahkan lahar, dan menghancurkan apa saja yang ditemuinya. Sedangkan cinta bagi seorang wanita bagaikan kuku, ia hanya seujung jari tapi ia tumbuh perlahan-lahan, diam-diam dan terus menerus bertambah. Jika dipotong maka akan tumbuh dan tumbuh lagi.
Ibnu Qayyim menjelaskan ada 20 tanda-tanda orang jatuh cinta baik itu pria atau wanita yang sebagiannya dapat terangkum dalam ungkapan yang indah bahwa : “Cinta itu ibarat pohon didalam hati. Akarnya adalah ketundukan kepada kekasih yang dicintai, dahannya adalah mengetahuinya, rantingnya adalah ketakutan kepadanya, daun-daunnya adalah malu kepadanya, buahnya adalah ketaatan kepadanya dan air yang menghidupinya adalah menyebut namanya. Jika didalam cinta ada bagian yang kosong, berarti cinta itu berkurang”.

BAB II
TA’ARUF DAN KHITBAH

A.     Ta’aruf
Ta’aruf berasal dari Bahasa Arab yaitu ‘arafa ya’rifu ta’aarafa yang artinya kenal, mengenal atau mengenali. Ta’aruf yang dimaksud disini adalah saling mengenal antara dua lawan jenis yang akan melangsungkan pernikahan. Jika keduanya ada kecocokan maka bisa berlanjut ke jenjang pernikahan tapi jika tidak menemukan kecocokan maka tahapan itu berhenti.
Islam tidak melarang adanya ta’aruf, dalam sebuah hadist disebutkan “Dari Anas bin Malik bahwa almughirah bin Syu’bah ingin menikah dengan seorang wanita maka Rasulullah berkata kepadanya : Pergi lalu lihatlah dia, sesungguhnya hal itu menimbulkan kasih sayang dan kedekatan antara kalian berdua” (HR. Ibnu Majah)
Jadi, kata ta’aruf itu mirip dengan makna ‘berkenalan’ dalam bahasa kita. Setiap kali kita berkenalan dengan seseorang, entah itu tetangga kita, orang baru atau sesama penumpang dalam sebuah kendaraan umum misalnya, dapat disebut sebagai ta’aruf. Ta’aruf jenis ini dianjurkan dengan siapa saja terutama dengan sesam muslim untuk mengikat hubungan persaudaraan. Namun, tentu saja ada batasan yang harus diperhatikan apabila perkenalan itu terjadi diantara dua orang yang berlawanan jenis. Ta’aruf yang benar adalah ta’aruf dengan langkah sebagai berikut :
1.        Pihak lelaki mencari keterangan tentang biografi, karakter, sifat atau hal lain pada wanita yang ingin ia pinang melalui seseorang yang mengenal baik tentangnya demi maslahatnya pernikahan. Bisa dengan cara meminta keterangan kepada wanita itu sendiri melalui perantaraan seseorang, seperti istri teman atau yang lainnya.
2.        Setelah menemukan kecocokan dan sebelum khitbah (tunangan), bagi lelaki disunnahkan melihat wanita yang ingin ia nikahi. Hal ini karena terkadang bermodalkan informasi saja tidak cukup, karena kondisi fisik seseorang itu relatif. Bisa saja cantik menurut kaca mata umum tapi tidak bagi peminang.

B.     Khitbah
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang paling mulia, ia bukanlah sosok makhluk yang sekedar memiliki jasad atau organisme hidup, sehingga kehidupan yang dijalaninya pun bukan sekedar untuk tujuan memperoleh makan, tumbuh, berkembang biak lalu mati. Manusia diciptakan ke alam dunia ini disertai dengan berbagai potensi kehidupan yang diberikan olehNya. Berbagai potensi kehidupan tersebut harus merupakan sesuatu yang disadari atau dipikirkan oleh manusia.
Melamar atau khitbah dalam bahasa arab merupakan pintu gerbang menuju pernikahan. Khitbah menurut bahasa, adat dan syara bukanlah perkawinan. Ia merupakan pendahuluan bagi perkawinan. Pinangan yang kemudia berlanjut dengan pertunangan yang kita temukan dalam masyarakat saat ini hanyalah budaya atau tradisi saja, yang paling inti adalah khitbah itu sendiri, walaupun disertai dengan ritual tukar cincin, selametan dan lain lain. Ada satu hal penting yang perlu kita catat, anggapan masyarakat bahwa pertunangan itu adalah tanda pasti menuju pernikahan hingga mereka mengira dengan melaksanakan ritual itu mereka sudah menjadi mahram adalah anggapan yang keliru. Pertunangan belum tentu berakhir dengan pernikahan, oleh karena itu bagi pihak laki-laki atau perempuan harus tetap menjaga batasan-batasan yang telah ditentukan oleh syariat.
Meski bagaimanapun dilakukan berbagai upacara adat khitbah tetaplah khitbah, hal itu tidak lebih hanya untuk menguatkan dan memantapkan sebelum terjadi pernikahan. Khitbah bagaimanapun keadaannya juga tidak akan dapat memberikan hak apa-apa kepada si peminang melainkan hanya dapat menghalangi lelaki lain untuk meminangnya, sebagaimana disebutkan dalam hadist dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda “Tidak boleh salah seorang diantara kamu meminang pinangan saudaranya” (HR. Muttafaq ‘Alaih)

BAB III
PACARAN DAN NIKAH

A.     Pacaran Terbaik adalah Setelah Nikah
Islam yang sempurna telah mengatur hubungan dengan lawan jenis secara rapi dan indah. Hubungan ini telah diatur dalam syariat suci yaitu pernikahan. Pernikahan yang benar dalam islam juga bukanlah yang diawali dengan pacaran, tapi dengan mengenal karakter calon pasangan tanpa melanggar syariat. Melalui pernikahan inilah akan dirasakan kasih sayang yang hakiki dan berbeda dengan pacaran yang cintanya hanyalah cinta bualan semata.
Ketika seorang muslim pria atau wanita akan menikah biasanya timbul perasaan yang bermacam-macam. Ada rasa gundah, resah, risau, bimbang, termasuk tidak sabar menunggu datangnya sang pendamping. Bahkan ketika dalam proses ta’aruf sekalipun masih muncul perasaan khawatir dalam diri yang selalui menghantui.
Persoalan utama seseorang yang akan menikah adalah penyakit ragu-ragu. Jika penyakit tersebut hinggap dalam hati dan pikiran seseorang maka saat itu juga waktu yang paling tepat untuk introspeksi diri terhadap keyakinannya. Karena itulah kunci utama dalam melangkah kedepan dalam menghadapi ujian dan cobaan hidup. Berkaitan dengan kekhawatiran itu, yang karenanya seseorang tidak segera menikah padahal sudah mempunyai calon pasangan.

B.      Bagaimana yang Terlanjur Pacaran ?
Sudah terlalu banyak para remaja yang kehilangan masa depannya hanya gara-gara pacaran. Ada beberapa langkah bagi seseorang yang terlanjur pacaran, yaitu :
1.             Jika sudah terlanjur, maka segeralah mengubah gaya pacaran secara syar’i dan segeralah merencanakan pernikahan agar tidak terus menerus terjebak dalam kemaksiatan.
2.             Menghindari sejauh mungkin pacaran (hubungan spesial antara seorang laki-laki dan wanita yang bukan mahram) karena pacaran sekarang ini yang banyak dilakukan oleh para pemuda pemudi umumnya merupakan perbuatan yang jelas-jelas melanggar syariat. Kenapa pacaran dilanggar ? karena pacaran itu sendiri mengandung beberapa unsur yaitu : (a) Berkhalwat (Berduaan ditempat yang sepi), (b) Melihat kepada lawan jenis yang bukan mahram dengan sengaja, (c) Bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahram, (d) Mendekati perzinahan (berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, dll)
3.             Bertobat dari zina karena ini merupakan dosa besar yang bisa mengantarkan pelakunya kepada azab yang pedih.
4.             Perlu diketahui bahwa seseorang yang telah berzina dengan lawan jenis kemudian ia bertaubat dari perbuatan keji itu maka telah terangkatlah sifat zina dari dirinya
5.             Apabila sudah bertaubat dari perbuatan zina dan pacaran maka bersegeralah untuk mengubah gaya hidup.

C.      Segeralah Bertobat Kepada Allah
Allah memerintahkan hambaNya untuk bertobat dan segera kembali ke jalan yang benar. Perintah ini merupakan perintah wajib yang harus segera dilaksanakan sebelum ajal tiba. Allah berfirman “...Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung..” (QS. An Nur : 31). Sebagai manusia kita tidak tahu kapan kita melakukan kesalahan, kita tidak akan memperhatikan betapa mata telah banyak melihat kemaksiatan, mulut menyakiti hati orang lain, tangan mengambil sesuatu yang bukan haknya dan masih banyak lainnya. Maka dari itu, bertobatlah segera memohon ampunan kepada Allah Swt.
Tobat dibagi kedalam beberapa tingkatan sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Ibnu Qudamah Almuqdisi, yaitu :
1.        Tingkatan pertama, yaitu orang yang istiqomah dalam tobatnya hingga akhir hayatnya. Ia benar-benar melakukan taubatan nasuha yakni tidak akan mengulangi dosa yang sama dan ia berusaha menyelesaikan semua urusannya yang pernah ia keliru. Tetapi terkadang masih ada sedikit dosa kecil yang ia lakukan dan memang umumnya manusia tidak bisa lepas dari dosa kecil.
2.        Tingkatan kedua, yaitu orang yang menempuh jalan orang-orang yang istiqomah dalam semua perkara ketaatan dan dan menjauhkan semua dosa-dosa besar akan tetapi ia terkena musibah yaitu ia sering melakukan dosa-dosa kecil tanpa sengaja.
3.        Tingkatan ketiga, yaitu orang yang bertobat dan istiqomah dalam tobatnya sampai satu waktu kemudian suatu saat ia mengerjakan lagi sebagian dari dosa-dosa besar karena ia dikalahkan oleh syahwatnya. Kendati demikian ia masih tetap menjaga perbuatan yang baik dan masih tetap taat kepada Allah Swt.
4.        Tingkatan keempat, yaitu orang yang bertobat akan tetapi tobatnya hanya sementara waktu saja kemudian ia kembali melakukan dosa dan maksiat, tidak peduli akan perintah dan larangan Allah Swt serta tidak ada rasa menyesal terhadap dosa-dosanya. Nafsu sudah menguasai kehidupannya serta selalu memerintah kepada perbuatan yang buruk.

BAB IV
NASIHAT BAGI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

A.     Nasihat Bagi Seorang Laki-laki
Sering kali kita ketahui seorang wanita menangis karena seorang pria. Entah karena dikecewakan oleh sikapnya atau disakiti oleh perkataannya atau bahkan karena ditinggalkannya. Banyak lelaki yang merasa bosan ketika seorang perempuan lebih sering menggunakan air matanya ketika terjadi perdebatan antara keduanya. Padahal makna dari jatuhnya air mata tersebut sangatlah dalam, air mata yang dijatuhkan oleh seorang wanita bukan berarti tanda bahwa dia lemah akan tetapi tanda bahwa wanita tersebut menggunakan prasaan.
Banyak cara yang dapat dilakukan bagi seorang lelaki untuk memuliakan wanita, salah satunya adalah dengan tidak menyakiti hati dan prasaannya. Menghindari pacaran merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar seorang lelaki tidak sampai menyakiti hati seorang wanita. Pada awal pembahasan kita sudah mengetahui hakikat pacaran, pacaran yang tidak dibarengi dengan keseriusan untuk melanjutkan pada jenjang pernikahan hanya bisa membuat sakit hati dan prasaan seorang perempuan. Maka dari itu lebih baik agar hal itu dihindari.
Dalam pacaran akan terjadi banyak kemaksiatan, secara tidak sadar ketika seorang lelaki menyentuhnya atau berbuat yang tidak baik terhadapnya bahkan mendzaliminya maka disitulah letak seorang lelaki yang tidak bisa menjaga kemuliaan seorang wanita. Hal ini juga berkaitan erat dengan keimanan dan akhlak yang baik. Semakin baik akhlak seseorang maka semakin sempurna pula imannya. Semakin baik sikap lelaki kepada wanita maka keutamaannya pun semakin besar di sisi Allah Swt.
Janganlah wanita sekedar dimanfaatkan atau dipermainkan, dinikmati kecantikannya, suaranya bahkan hanya sekedar dijadikan pacar tanpa status halal atau jika wanita itu berasal dari keluarga mampu hartanya ditipu daya yang pada akhirnya jika sudah bosan maka dikhianati cintanya.

B.     Wanita Ketika Pra dan Pasca Islam
Banyak sekali sejarah yang mengungkap tentang wanita, tentang bagaimana mulainya seorang wanita, bagaimana perjuangan wanita dalam menegakkan islam dan lain sebagainya. Sebelum adanya islam, seorang wanita bukanlah apa-apa bahkan dianggap manusia saja tidak. Orang Yunani menganggap wanita sebagai sarana pemuas hasrat semata sedangkan orang-orang Romawi memberikan hak kepada seorang ayah atau suami untuk menjual anak perempuan dan istrinya. Orang arab memberikan hak atas seorang anak perempuan untuk tidak mewarisi harta ayahnya. Mereka tidak memiliki hak waris serta tidak boleh memiliki harta benda.
Setelah islam datang menerangi dan memerangi segala bentuk kedzaliman serta menjamin setiap hak manusia tanpa terkecuali, nasib seorang wanita pun berputar. Tidak ada lagi yang namanya perbudakan, jual beli wanita dan kekerasan dalam bentu apapun. Akan tetapi malah sebaliknya, wanita menjadi pendukung setiap perjuangan yang dilakukan oleh suami dan ayahnya. Banyak para pejuang wanita yang bermunculan membantu menegakkan syariat islam seperti Sayyidah Khadijah r.a. yang menjadi pendukung Nabi SAW dalam segala hal yang berhubungan dengan agama.

C.    Wanita adalah Karunia, Bukan Musibah
Setelah pada zaman jahiliyah orang-orang memandang wanita sebagai musibah, islam memandang wanita sebagai karunia dari Allah. Bersamanya seorang lelaki akan mendapatkan ketenangan lahir maupun batin. Darinya akan muncul energi positif yang sangat bermanfaat berupa rasa cinta, kasih sayang dan motivasi hidup. Lelaki dan wanita menjadi satu entitas dalam bingkai rumah tangga, keduanya saling membantu dalam mewujudkan hidup yang nyaman dan penuh kebahagiaan, mendidik dan membimbing generasi manusia yang akan datang.
Islam sangat menghormati seorang wanita, islam pun menjaga kaum wanita dari segala hal yang dapat menodai kehormatannya, menjatuhkan wibawanya, dan merendahkan martabatnya. Bagai mutiara yang mahal harganya, islam menempatkan wanita sebagai makhluk mulia yang harus dijaga. Atas dasar inilah kemudian sejumlah aturan ditetapkan oleh Allah Swt agar kaum wanita dapat menjalankan peran strategisnya sebagai pendidik umat generasi mendatang.
Wanita dapat mengatasi beban lebih baik daripada seorang lelaki, dia mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri, dia mampu tersenyum saat hatinya diliputi kesedihan, mampu menyanyi ketika menangis bahkan tertawa ketika merasa takut. Allah memberikan kepekaan terhadap setiap wanita untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan bahkan ketika anaknya menyakiti hatinya. Allah memberinya kekuatan untuk menyokong suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi tulang rusuk suaminya dengan hatinya. Ketika seorang lelaki mampu memahami hal ini secara mendalam, maka ia akan merasakan betapa berharganya seorang wanita.

BAB V
JOMBLO MULIA

A.     Menjadi Jomblo yang Mulia dan Bahagia
Sering kali kita dihadapkan dengan beberapa pilihan, entah itu soal cinta ataupun yang lainnya. Kadang memiliki seorang kekasih yang selalu bisa diajak berbagi memang menyenangkan. Tapi memilih hidup sendiri tanpa pacaran tak jarang justru lebih menenangkan dan menggembirakan. Siapa bilang hidup tanpa seorang pacar akan membuat hidup kita menyedihkan ? tak ada satupun yang dapat mengungkapkan secara jelas bahwa hidup wajib berpacaran.
Yakinlah bahwa setiap jiwa yang lahir ke dunia telah Allah cukupkan rezekinya, kapan ajalnya dan begitu pula siapa jodohnya nanti. Jika seseorang yakin bahwa Allah sudah menjamin ketiga hal tersebut lantas kenapa masih harus menggelisahkan hati karena tak kunjung mendapatkan pacar, padahal dalam Al-Qur’an sudah jelas mengatakan bahwasanya manusia diciptakan secara berpasang-pasang.
Para jomblo ketika merasa galau akan bertanya-tanya, apalagi saat kesepian dan merasa gelisah karena tidak ada teman chatingan, telfonan dan semacamnya. Disaat itulah kadang mereka merasakan kesedihan yang mendalam dan tak berdaya memikirkan keadaan hidup yang sedang dijalaninya. Nah, agar tidak berlarut-larut dalam kesedihan yang sebenarnya hanyalah halusianasi sementara waktu, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mengubah cara pandang kita terlebih dahulu terhadap makna ‘jomblo’ itu sendiri. Betapa banyak manusia yang mendeklarasikan dirinya jomblo akan tetapi memahami makna jomblo itu sendiri. Jomblo hanyalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki pasangan, bukan keadaan dimana seseorang tidak laku ataupun tidak ada yang mau. Cara pandang seperti inilah yang sering membuat kita malu ketika menyandang status jomblo.
Dalam hidup banyak yang harus dilakukan daripada hanya sekedar berkencan dengan pacar. Banyak sekali kegiatan positif lainnya yang bisa dilakukan. Dengan begitu seseorang yang menyandang status jomblo tidak akan berlarut-larut memikirkan statusnya yang sebenarnya tidak begitu penting untuk difikirkan. Seorang muslim sejati harus yakin penuh bahwa Allah maha segalanya, Allah menciptakan manusia secara berpasangan.




B.     Keistimewaan Seorang Jomblo
Allah memberikan kelebihan pada setiap kekurangan begitupun sebaliknya Allah juga menjadikan adanya kekurangan pada setiap kelebihan. Jika kita fikir secara mendalam, ada hal istimewa bagi seorang jomblo dibanding dengan seseorang yang memiliki kekasih, yaitu :
1.        Bebas. Mindset yang perlu ditanamkan oleh seorang jomblo adalah bahwasanya jomblo itu merupakan suatu keaadaan yang merdeka. Jomblo itu memiliki kebebasan yang sempurna, ia tidak akan mendapatkan larangan dari seorang kekasih saat mau pergi kemanapun. Bahkan ia juga bebas dekat dengan siapapun. Tidak ada aturan terikat yang dibuat oleh pacar.
2.        Berprestasi. Coba kita amati sejenak, cara belajar orang jomblo dan punya pacar pun beda, setidaknya orang jomblo lebih punya banyak peluang untuk belajar dibanding seorang yang sibuk membagi waktunya dengan pacar.
3.        Hemat. Percaya atau tidak jomblo lebih hemat dibandingkan seseorang yang memiliki pacar. Orang yang berpacaran setidaknya akan memiliki pengeluaran rutin saat malam minggu tiba. Tapi bagi jomblo, tidak ada pengeluaran rutin semacam itu.
4.        Bahagia. Bahagianya orang jomblo memang berbeda dengan bahagianya seorang yang memiliki pacar. Tapi setidaknya seorang jomblo tidak akan pernah merasakan yang namanya penyakit asmara, seperti sakitnya ditinggal, cemburu berat dan lain sebagainya.

BAB VI
MUTIARA DAN HIKMAH

A.     Cinta yang Hakiki
Mahabbah (cinta) adalah getaran dalam relung jiwa yang terpancar dalam suatu perasaan dan terbias dalam pancaran hati nurani yang terangkum dalam naluri. Cinta juga memautkan hati seseorang yang mencintai kepada yang ia cintai, dengan dorongan semangat dan wajah yang bercerahkan oleh keceriaan. Adakalanya manusia merasakan nikmat Allah yang sangat agung, yaitu cinta. Semua manusia ditakdirkan untuk saling mencintai dan mengasihi, karena sang pencipta maha pengasih lagi maha penyayang.
Rasa cinta itu fitrah bagi setiap manusia yang lahir, dengan cinta kita bisa saling menolong, gotong royong, bekerja sama, belajar bersama dan hidup bersama. Akan tetapi jika rasa cinta tidak lagi dipedulikan maka yang ada adalah rasa kekecewaan, itulah cinta terhadap manusia. Jauh lebih mulia lagi jika kita serahkan cinta kita kepada sang pencipta alam semesta. Memang rasa cinta bisa menyebabkan orang lalai akan pekerjaan, waktu, belajar dan lain sebagainya.
Kalau kita mencintai seseorang karena Allah maka kita tidak akan mendapatkan sesuatu kecuali kebahagiaan dan kecintaan yang sejati dan itulah tujuan yang diinginkan para pecinta hakiki. Jauhnya kita dengan orang yang kita cintai untuk mengharap ridlo Allah lebih baik daripada dekatnya kita dengan orang yang kita cintai akan tetapi kita akan jauh dari ridlo Allah. Bagi para pecinta sejati yang kecintaannya karena Allah tidak akan pernah merasakan kesepian jika sang kekasih pergi darinya sebab cintanya bukan sepenuhnya karena orang yang dicintai, akan tetapi cintanya sepenuhnya karena Allah Swt.
Cukuplah bagi pecinta hakiki untuk diam dalam cinta, bukan karena membencinya tetapi karena ingin menjaga kesuciannya, bukan karena lemah untuk menghadapinya akan tetapi hanya ingin menguatkan jiwa dari godaan syaitan yang begitu halus dan menyiksanya. Cukuplah diam dalam cinta, karena kehadiranmu mungkin tidak akan mampu menjauhkannya dari ujian, karena bisa jadi hadirmu hanya akan menggoyahkan iman dan ketenangan jiwa.

B.      Pesan untuk yang Mencari Pasangan Hidup
Ketahuilah bahwa yang membuat hati senang bukanlah karena uang akan tetapi pasangan hidup yang penuh kasih sayang. Yang membuat hati nyaman bukanlah karena sebuah jabatan akan tetapi pasangan hidup yang penuh pengertian. Yang membuat hati penuh syukur bukanlah karena kehidupan yang makmur akan tetapi karena pasangan yang selalu jujur. Yang membuat semangat berkobar bukanlah mobil yang berjajar akan tetapi pasangan hidup yang penyabar. Yang membuat hidup berkah bkanlah sebuah rumah yang bertingkat akan tetapi pasangan hidupnya yang selalu taat. Yang membuat hidup suka dan gembira bukanlah karena ia memiliki mutiara dan permata akan tetapi memiliki pasangan hidup yang penuh cinta.

Jodoh adalah perihal roh yang saling mengenali, jika keduanya memiliki kunci yang sama maka keduanya akan saling mengenal begitupun sebaliknya. Kunci itu adalah saling mengenali melalui kadar keimanannya, Allah tidak pernah kehilangan cara untuk memisahkan yang tidak berjodoh dan mempersatukan yang berjodoh meskipun dalam kadar akal manusia itu sangat mustahil. Allah tidak akan pernah mengecewakan seorang hamba yang mengangkat tangan untuk berdoa memohon kepada Allah Swt. Maka syarat utama adalah keyakinan hati kita bahwasanya Allah akan memberikan pasangan yang baik kepada hamba yang baik. Wallahu a’lam.

1 komentar:


EmoticonEmoticon